Dalam sebuah
rumah mewah, hiduplah sepasang suami istri. Mereka sangat harmonis,
rezekipun sudah berlimpah dan sudah meraih kehidupan yang mapan.
Namun setelah 10 tahun menikah mereka belum juga dikarunia seorang
anakpun. Mereka benar-benar saling mencintai, tetapi karena desakan
berbagai pihak akhirnya si suami setuju untuk menceraikan istrinya
karena dianggap tidak mampu memberinya seorang anak sebagai pewaris.
Setelah berdebat lama dan cukup sengit, si istri yang terluka hatinya akhirnya menyerah.
Melalui percakapan berkali-kali dengan berat hati orang tua mereka
menyetujui dengan syarat, sebelum bercerai mereka harus mengadakan pesta
perpisahan layaknya pesta pernikahan mereka dulu.
Maka pesta
megah pun diselenggarakan, pesta yang tidak membahagiakan siapapun. Si
suami tampak tertekan dan meneguk anggur sampai mabuk berat.., sementara
si istri sesekali menghapus air matanya.
Disaat tak terduga si
suami yang mabok dengan lantang berkata, "Istriku, saat kau pergi
nanti, semua barang berharga atau apa pun yang kau sukai dan kau
sayangi, boleh kau bawa dan menjadi milikmu!"
Setelah berkata demikian ia kembali meneguk anggur sampai tak sadarkan diri.
Keesokan harinya dengan kepala berat si suami terbangun dan sadar bahwa
ia tidak tidur di kamarnya. Ia tidak mengenali kamar itu selain sosok
yang sudah dikenalnya bertahun-tahun disampingnya, yaitu istrinya.
"Ada di manakah kita? Apakah aku masih mabuk dan bermimpi?"
Dengan penuh cinta si istri menjawab, "Kita di rumah orang tuaku. Tadi
malam, didepan para tamu kamu mengatakan bahwa aku boleh membawa apa
saja yang kusayangi. Di dunia ini tidak ada yang lebih berharga dan
kusayangi dengan sepenuh hatiku selain kamu. Karena itu kamu kubawa
kemari kerumah orang tuaku"
Si suami termenung dan segera
menyadari betapa besar rasa sayang istrinya itu, lalu ia memeluk
istrinya, "Maafkan aku sayang, karena aku berpikir dan bertindak bodoh
dan tidak menyadari dalamnya cintamu padaku. Walau aku telah menyakitimu
dan ingin menceraikanmu, tetapi kau malah membawaku bersamamu".
Pesan Moral,
Ketika pernikahan dilangsungkan, komitmen dari suami dan istri adalah setia dalam keadaan senang maupun susah.
Firman Tuhan dengan jelas mengatakan bahwa anak adalah upah ( Maz 127
), dan dengan jelas mengatakan bahwa seorang suami harus mengasihi
istrinya seperti Kristus mengasihi jemaatNya ( Efesus 5:25 ), berkat
yang paling utama didalam pernikahan adalah pasangan kita bukan anak,
anak merupakan berkat tambahan dan sebagai pelengkap di dalam kehidupan
suami istri.
Suami istri hendaklah tetap saling mencintai
sekalipun Tuhan belum memberikan keturunan, karena komitmen pernikahan
adalah setia sampai salah satu dipanggil pulang ke rumah Bapa.
Tuhan Yesus memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar