Rabu, 09 Januari 2013

Sekantong Kue

Seorang wanita sedang menunggu di bandara suatu malam. Masih ada beberapa jam sebelum jadwal terbangnya tiba. Untuk membuang waktu, ia membeli buku dan sekantong kue di toko bandara, lalu menemukan tempat untuk duduk.

Sambil duduk wanita tersebut membaca buku yang baru saja dibelinya. Dalam keasyikannya tersebut ia melihat lelaki disebelahnya dengan begitu berani mengambil satu atau dua dari kue yang berada diantara mereka berdua.

Wanita tersebut mencoba mengabaikan agar tidak terjadi keributan. Ia membaca, mengunyah kue dan melihat jam. Sementara si Pencuri Kue yang pemberani menghabiskan persediaannya.

Ia semakin kesal sementara menit-menit berlalu. Wanita itupun sempat berpikir, "Kalau aku bukan orang baik sudah kutonjok dia!".

Setiap ia mengambil satu kue, si lelaki juga mengambil satu.

Ketika hanya satu kue tersisa, ia bertanya-tanya apa yang akan dilakukan lelaki itu.

Dengan senyum tawa di wajahnya dan tawa gugup, si lelaki mengambil kue terakhir dan membaginya dua.

Si lelaki menawarkan separo miliknya sementara ia makan yang separonya lagi. Si wanita pun merebut kue itu dan berpikir. "Ya ampun orang ini berani sekali", dan ia juga kasar malah ia tidak kelihatan berterima kasih. Belum pernah rasanya ia begitu kesal.

Ia menghela napas lega saat penerbangannya diumumkan, dan ia mengumpulkan barang miliknya dan menuju pintu gerbang. Menolak untuk menoleh pada si "Pencuri tak tahu terima kasih!". Ia naik pesawat dan duduk di kursinya, lalu mencari bukunya, yang hampir selesai dibacanya.

Saat ia merogoh tasnya, ia menahan napas dengan kaget. Disitu ada kantong kuenya, di depan matanya. "Kok milikku ada di sini?", erangnya dengan patah hati.

"Jadi kue tadi adalah miliknya dan ia mencoba berbagi! :o"

Terlambat untuk meminta maaf, ia tersandar sedih. Bahwa sesungguhnya dialah yang kasar, tak tahu terimakasih dan dialah pencuri kue itu.


Dalam hidup ini kisah pencuri kue seperti tadi sering terjadi.

Kita sering berprasangka dan melihat orang lain dengan kacamata kita sendiri serta tak jarang kita berprasangka buruk terhadapnya.

Orang lainlah yang selalu salah,

Orang lainlah yang patut disingkirkan,

Orang lainlah yang tak tahu diri,

Orang lainlah yang berdosa,

Orang lainlah yang selalu bikin masalah,

Orang lainlah yang pantas diberi pelajaran.


Padahal kita sendiri yang mencuri kue tadi, padahal kita sendiri yang tidak tahu terimakasih.

Kita sering mempengaruhi, mengomentari, mencemooh; pendapat, penilaian atau gagasan orang lain sementara sebetulnya kita tidak tahu betul permasalahannya.

Kita sering kali mengalami hal di atas, kita sering berpikir bahwa,

Kita paling benar sendiri,

Kita paling suci,

Kita paling tinggi,

Kita paling pintar,,,' dan lain sebagainya.

Namun dibalik kerendahan hati orang lain, sebenarnya mereka peduli dengan kita agar bisa mendengarkan orang lain dengan hati nurani yang baik, tidak selalu berprasangka buruk, orang lain mungkin jauh lebih suci di banding kita, orang lain mungkin lebih pintar dari kita dsb.

*Yakobus 1:19,
Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah;

Bisakan kita memulai untuk bisa rendah hati dan tidak mudah marah?

Tuhan Yesus memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar