Kamis, 30 Mei 2013

TERSENTUH ORANG ASING

Bacaan: Roma 12:3-16
NATS: Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara (Roma 12:10)

Marsha Burgess benar-benar orang asing bagi kami, sehingga kami sangat tersentuh oleh surat yang ia kirimkan. Ia mengenal ibu suami saya, Carl, yang baru saja meninggal. Ia sering melihat ibu mertua saya itu ketika mengunjungi ibunya sendiri di panti jompo setempat.

Maka ketika Carl kehilangan ibunya, Marsha menyisihkan waktu untuk berbagi kenangannya dengan kami. Ia menutup suratnya dengan kata-kata demikian: "Ibu Anda selalu tersenyum lebar dan ia selalu senang melihat kami. Betapa indahnya memiliki kenangan seperti ini! Kami mengasihi ibu Anda. Kami tidak akan pernah melupakannya." Marsha adalah seorang kristiani, dan kata-katanya membawa penghiburan di tengah-tengah suasana dukacita yang masih kami rasakan. Surat yang ia tulis secara khusus itu mengingatkan kami akan sukacita sebagai bagian dari tubuh Kristus (Roma 12:5).

Setiap orang percaya telah diberi karunia khusus oleh Allah untuk membangun orang lain—bernubuat, melayani, mengajar, menasihati, berbagi, memimpin, dan menunjukkan kemurahan (ayat 6-8). Namun kita semua harus "saling mengasihi sebagai saudara" (ayat 10) dan bersukacita dengan orang yang bersukacita, serta menangis dengan orang yang menangis (ayat 15).

Kadang-kadang kita ragu untuk menjangkau orang yang tidak kita kenal. Kita bertanya-tanya apakah tindakan itu pantas dilakukan atau apakah hal itu berarti bagi orang tersebut. Tetapi surat dari Marsha mengingatkan kita betapa besar arti sentuhan dari orang asing —AMC

KESEMPATAN UNTUK BERBAIK HATI
TIDAK PERNAH SULIT UNTUK DITEMUKAN

WARNA BIRU

Bacaan: Bilangan 15:37-41
NATS: Katakanlah kepada mereka, bahwa mereka harus membuat jumbai-jumbai pada punca baju mereka ... dan dalam jumbai-jumbai punca itu haruslah dibubuh benang ungu kebiru-biruan (Bilangan 15:38)

Allah menyuruh anak-anak Israel untuk membuat jumbai-jumbai pada punca baju mereka yang di dalamnya "dibubuh benang ungu kebiru-biruan" (Bilangan 15:38). Jumbai-jumbai itu akan mengingatkan mereka untuk "melakukan segala perintah-Ku dan menjadi kudus bagi Allahmu" (ayat 40). Benang biru -- seperti warna langit di atas -- berbicara tentang kuasa dan anugerah keselamatan Allah yang tak terukur.

Hari ini pun kita masih perlu diingatkan. Di dalam kesibukan hidup yang hiruk pikuk dan meresahkan, kita dapat dengan mudah melupakan Allah dan kasih-Nya bagi kita. Kita pun bisa lupa bahwa Dia hidup di dalam dan di sekitar kita serta mengasihi kita dengan kasih sayang yang kekal. Ada hal-hal yang dapat membantu mengingatkan kita akan kehadiran-Nya. Salah satunya adalah warna biru.

"Langkah pertama adalah mengingat," kata Aslan di dalam buku C.S Lewis The Silver Chair. Aslan, sebagai figur Kristus, mengatakan kepada Jill untuk "mengingat tanda-tanda" yang telah ia berikan kepadanya.

Jika Anda mengerti tanda-tanda Allah, seperti nilai penting dari warna biru, Anda akan lebih mudah mengingat kasih Allah. Warna biru dapat mengingatkan Anda akan dunia yang tak terlihat di atas dan di sekeliling kita; dunia yang tak terlihat namun nyata. Danau di tengah pegunungan, celah gletser, bunga forget-me-not berwarna biru di pegunungan, langit yang biru -- semuanya mengingatkan kita akan surga dan kasih Allah yang tak terukur.

Saat Anda melihat warna biru, ingatlah akan kasih Allah, dan khususnya kasih-Nya bagi Anda --DHR

BERKAT SEHARI-HARI MENGINGATKAN KITA AKAN ALLAH SETIAP HARI

BERGANDENGAN DAN MELOMPAT!

Bacaan: Pengkhotbah 4:8-12
NATS: Berdua lebih baik daripada seorang diri (Pengkhotbah 4:9)

Ketika Leo dan Amy membuka restoran yang dikemas mewah dengan 300 kursi, Leo mengaku "takut akan semua hal". Amy menggambarkan lompatan iman mereka dalam memulai bisnis ini seperti dua orang yang bergandengan sambil melompat dari atas gunung. Namun, apabila Anda hendak melakukan sesuatu yang menakutkan, "Anda pasti ingin melakukannya dengan seseorang yang Anda kenal dan percayai," lanjut Leo.

Chris dan Karie, pasangan lain yang mengambil risiko untuk memiliki dan mengelola restoran bersama, mengatakan bahwa mereka mempunyai "hubungan kerja yang baik, dan saling mengagumi pekerjaan masing-masing".

Salomo, orang paling bijak yang pernah hidup di dunia, tahu betapa pentingnya mempunyai teman-teman. Ia menulis, "Berdua lebih baik daripada seorang diri" (Pengkhotbah 4:9). Jika yang satu jatuh pada waktu yang sulit, yang lain menghibur dan mengangkatnya (ayat 10-12). Kita membutuhkan pasangan hidup dan teman-teman untuk menolong kita melewati waktu-waktu yang menakutkan dan memberi dukungan emosional. Orang-orang yang sendirian, akan mengalami hidup yang semakin keras (ayat 8). Namun, orang-orang yang menyadari kebutuhan mereka akan orang lain, memperoleh pertolongan dan penghiburan.

Jika Anda perlu melakukan lompatan iman -- yang melibatkan keuangan, perubahan karier, pelayanan yang baru -- ajaklah seseorang yang dapat dipercaya untuk menggandeng tangan Anda saat Anda "melompat". Atau berikanlah dorongan yang sama kepada seseorang yang dekat dengan Anda. Sebab berdua lebih baik daripada seorang diri --AMC

MEREKA YANG MEMERCAYAI ALLAH
DAPAT MENOLONG ORANG LAIN UNTUK BERIMAN KEPADA-NYA JUGA

Rabu, 29 Mei 2013

DIKENAL ALLAH

Bacaan: Mazmur 77:2-16
NATS: Sudah lupakah Allah menaruh kasihan, atau ditutup-Nyakah rahmat-Nya karena murka-Nya (Mazmur 77:10)

Ketika mengunjungi makam para pahlawan yang gugur pada Perang Dunia I di Prancis, saya heran dengan banyaknya nisan yang hanya bertuliskan kata-kata berikut.

Tentara Perang Besar: Dikenal Allah

Makam itu dikelilingi oleh tiga sisi papan batu yang memuat 20.000 nama tentara yang mati dalam pertempuran tidak jauh dari tempat itu. Membayangkan betapa kesepiannya orang-orang yang tewas dalam perang dan kepedihan keluarga mereka yang berduka di rumah terasa sangat berat.

Dalam hidup kadang-kadang kita merasa dilupakan dan sendirian. Lalu kita berseru seperti pemazmur, "Untuk selamanyakah Tuhan menolak dan tidak kembali bermurah hati lagi? . . . Sudah lupakah Allah menaruh kasihan, atau ditutup-Nyakah rahmat-Nya karena murka-Nya?" (Mazmur 77:8,10).

Jawaban pemazmur atas perasaannya yang ditinggalkan datang ketika ia mengingat semua yang telah Allah kerjakan pada masa lampau, merenungkan karya-Nya yang ajaib, dan membicarakannya dengan orang lain (ayat 12,13).

Pada saat-saat yang paling gelap, kita dapat mengingat kata-kata Yesus: "Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit? Sungguhpun demikian tidak seekor pun dari padanya yang dilupakan Allah, bahkan rambut kepalamu pun terhitung semuanya. Karena itu jangan takut, karena kamu lebih berharga daripada banyak burung pipit" (Lukas 12:6,7).

Kita tidak pernah dilupakan Allah —DCM

DI SETIAP PADANG PENCOBAAN
ALLAH MENYEDIAKAN OASIS PENGHIBURAN

BERAPA LAMA LAGI?

Bacaan: Mazmur 13
NATS: Berapa lama lagi, Tuhan, Kaulupakan aku terus-menerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu terhadap aku? (Mazmur 13:2)

Teman saya, Bob dan Delores, mengerti apa artinya menunggu jawaban, yaitu jawaban yang tampaknya tak akan datang. Ketika anak mereka, Jason dan calon menantu mereka, Lindsay terbunuh pada bulan Agustus 2004, dilakukanlah perburuan tingkat nasional untuk menemukan pembunuhnya dan membawanya ke pengadilan. Setelah dua tahun berdoa dan mencari si pembunuh, masih saja belum ada jawaban nyata atas pertanyaan dua keluarga yang terluka akibat peristiwa itu. Yang ada hanyalah kebisuan.

Pada saat-saat seperti itu, kita dengan mudah mengambil kesimpulan yang salah mengenai kehidupan, Allah, dan doa. Dalam Mazmur 13, Daud bergumul dengan masalah doa yang tidak terjawab. Ia bertanya mengapa dunia ini begitu berbahaya dan ia meminta jawaban dari Allah.

Ini adalah mazmur berat yang dinyanyikan Daud, dan tampaknya mazmur ini juga mengungkapkan perasaan frustrasinya. Namun pada akhirnya, keraguan dan rasa takutnya berubah menjadi rasa percaya. Mengapa? Karena situasi pergumulan kita tidak dapat mengurangi karakter Allah serta kasih sayang-Nya kepada anak-anak-Nya. Di ayat 6, Daud mengubah pikirannya. Dari dalam hatinya ia berdoa, "Tetapi aku, kepada kasih setia-Mu aku percaya, hatiku bersorak-sorak karena penyelamatan-Mu."

Dalam kesesakan dan pergumulan hidup yang tiada jawaban, kita dapat selalu menemukan penghiburan dari Bapa surgawi kita --WEC

Kadang-kadang kita tidak tahu mengapa
Ada doa kita yang tidak dijawab,
Kita hanya dapat menantikan waktu Allah --
Untuk mengangkat salib dan beban kita. --Anon.

TATKALA KITA BERDOA
ALLAH MEMELUK KITA DALAM LENGAN-NYA YANG PENUH KASIH

Selasa, 28 Mei 2013

MELAMPAUI KETAKJUBAN

Bacaan: Mazmur 19:1-7
NATS: Langit adalah buatan tangan-Mu (Mazmur 102:26)

Pada tahun 1977, Amerika Serikat meluncurkan roket ke angkasa. Di dalamnya ada kapal kecil bernama Voyager I, sebuah satelit yang diluncurkan ke angkasa untuk menjelajahi planet-planet. Setelah Voyager selesai mengirimkan kembali foto-foto dan data dari planet Jupiter dan sekitarnya, kapal itu tidak berhenti bekerja. Voyager masih tetap beredar.

Sampai hari ini, hampir 30 tahun kemudian, wahana kecil itu masih tetap beredar -- menempuh kecepatan 60.800 km per jam, dengan jarak sekitar 14,4 milyar km dari matahari. Sungguh luar biasa! Para ilmuwan cemerlang itu telah mengirimkan kapal sampai ke tepi tatasurya kita. Benar-benar mencengangkan. Benar-benar menakjubkan.

Namun, keberhasilan ini masih tergolong kecil bila dibandingkan dengan apa yang telah dilakukan Allah. Kurang lebih seperti seseorang yang membual kepada sang arsitek Gedung Empire State bahwa ia sudah berjalan-jalan sampai ke lantai kedua gedung itu.

Kita nyaris belum mulai menjelajahi luasnya ciptaan Allah. Namun, setiap langkah kecil yang telah dicapai manusia di luar angkasa harus tetap membuat kita tunduk dalam kekaguman mutlak akan kuasa dan kreativitas Allah. Renungkanlah hal ini: Ketika kita meninggalkan satu bintang dengan mengendarai sebuah pesawat luar angkasa, Sang Pencipta bintang di angkasa itu "memanggil nama mereka sekaliannya" (Yesaya 40:26). Ya, Dialah yang menciptakan semua bintang itu.

Menjelajahi alam semesta memang menakjubkan. Namun, menjelajahi Allah yang menciptakan semuanya itu: sungguh luar biasa menakjubkan! --JDB

YANG PALING LUAR BIASA ADALAH --
SAAT KITA MENYADARI BAHWA ALLAH MENCINTAI SAYA -- Shea

KENANGAN YANG DIBERKATI

Bacaan: Matius 26:6-13
NATS: Apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia (Matius 26:13)

Beberapa nama tertentu dari masa lalu dapat memancing beraneka ragam tanggapan. Dengan menyebut nama Hitler, misalnya, dapat menimbulkan perasaan jijik dalam hati kita. Sebaliknya, seorang tokoh sejarah besar seperti Churchill menimbulkan tanggapan yang positif. Bahkan dalam lingkungan kenalan kita, kita akan mengingat beberapa orang dengan perasaan syukur. Dan kita secara negatif mengingat orang lain yang hidupnya dilewatkan dengan mengejar hal-hal bagi kepentingan diri sendiri.

Pada Hari Pahlawan, kita merenung sejenak untuk menghormati orang-orang dari generasi sebelum kita. Ketika berbagai kenangan akan mereka muncul kembali, kita menyadari bahwa suatu saat kita masing-masing juga akan menjadi kenangan belaka. Apa yang akan dikenang oleh orang lain tentang perkataan dan perbuatan kita apabila mereka mengingat kita?

Suatu kali saya membaca tentang James Lewis Pettigru. Hidupnya begitu patut diteladani, sehingga setelah ia meninggal masyarakat mendirikan tugu peringatan yang bertuliskan kata-kata ini untuk menghormatinya:

Tidak terpesona oleh opini, tidak terbujuk oleh rayuan,
tidak cemas oleh bencana, ia menghadapi hidup dengan berani,
dan kematian dengan harapan kristiani.

Apakah yang akan dikenang orang tentang Anda? Dengan anugerah Allah milikilah ketetapan hati untuk hidup bagi-Nya dan berikanlah diri Anda sendiri bagi kebutuhan orang lain. Dengan demikian, kesaksian Anda akan menjadi berkat dan inspirasi bagi semua orang yang mengikuti langkah Anda --RWD

ANDA AKAN DIKENANG SEBAGAI PEMBAWA BERKAT
ATAU SEBAGAI NODA?

MENCARI PERMATA LANGKA

Bacaan: Amsal 2:1-21
NATS: Berbahagialah orang yang mendapat hikmat ... karena keuntungannya melebihi keuntungan perak, dan hasilnya melebihi emas (Amsal 3:13,14)

Tatkala Betty Goldstein dari Staten Island, New York, dirawat di rumah sakit, suaminya, Ron membungkus cincin berlian 3,5 karat dengan sebuah saputangan untuk disimpan supaya aman. Namun suatu ketika, Ron Goldstein yang berusia 63 tahun ini tanpa sengaja melemparkan saputangan itu ke tempat sampah. Ketika menyadari kesalahannya itu, ia buru-buru keluar untuk mengambilnya lagi. Akan tetapi, ia hanya mendapati truk sampah yang telah mengangkut semua sampah rumah sakit. Lalu, ia menghubungi dinas kebersihan di kota itu dan mendapatkan izin untuk mengikuti truk itu ke tempat pembuangan akhir. Para pekerja mulai menyortir ratusan kantong sampah dan menemukan cincin itu sejam kemudian.

Penulis kitab Amsal mendorong kita untuk bertekun dalam mencari sesuatu yang jauh lebih berharga, yaitu hikmat. Di pasal 2, seorang ayah mendorong anaknya melakukan apa pun untuk mendapatkan pengetahuan dan hikmat. Pencarian hikmat yang tak mudah ini sebenarnya merupakan pencarian akan Allah sendiri (ayat 3-5). Sebenarnya, kebahagiaan batin muncul saat manusia mendapatkan hikmat itu (3:13). Seorang ayah mengarahkan anaknya untuk terus bertekun dalam mencari permata langka ini karena hikmat tak akan ditemukan orang yang mencari dengan cara biasa-biasa saja. Hikmat ditemukan dan dinikmati hanya oleh mereka yang bertekun, bersungguh-sungguh, dan berketetapan mencarinya.

Mari kita curahkan seluruh keberadaan kita untuk mencari permata hikmat yang langka tersebut --MW

Lebih berharga daripada permata yang langka
Itulah hikmat tak ternilai dari surga;
Dengan emas murni pun tak dapat dibandingkan
Karena ia penuh kasih dan kebenaran. --D. De Haan

DENGAN SEGALA YANG KAUPEROLEH
PEROLEHLAH PENGERTIAN (AMSAL 4:7) --SALOMO

Senin, 27 Mei 2013

Hidupmu Berharga

Bagaimana mungkin kursi goyang yang harganya $3,000 bisa laku $453,000. Sebuah mobil bekas yang ditaksir bernilai $18,000 laku dilelang seharga $79,500. Gelas biasa yang ditaksir bernilai $500 ternyata bisa laku seharga $38,000. Sebuah kalung yang bernilai $700 bisa laku $211,500 atau mengalam peningkatan 302.000% dari harga normal

Sudah bayar sedemikian mahal, mereka masih mengucapkan beribu-ribu terima kasih. Gila, bukan? Tetapi semua kegilaan itu bisa dimaklumi karena barang-barang yang dilelang tersebut adalah milik Jacqueline Kennedy Onassis. Yang membuat barang-barang tersebut laku mahal tentu saja bukan karena barang itu  sendiri, tetapi karena siapa yang memilikinya.

Bagaimana dengan hidup kita?
Sama seperti barang-barang lelangan tersebut, hidup kita sungguh berharga. Yang membuat kita berharga karena Dia yang memiliki kita, kita telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar.

Ada dua kebenaran yang bisa kita petik melalui renungan hari ini:

Pertama, jangan pernah sombong sebab yang membuat kita bernilai dan berharga bukan karena diri kita, tapi karena Tuhan.

Kedua, ketika kita depresi karena merasa tidak berharga, ingatlah bahwa nilai kita ditentukan oleh Tuhan Yesus. Dia bersedia membayar dengan darah yang mahal hanya untuk menyelamatkan kita.

Kita begitu berharga dan bernilai. Jangan pernah memiliki cara pandang yang miskin tentang diri kita sendiri.

Miliki rasa percaya diri, bukan karena diri kita, tetapi karena Tuhan Yesus yang memiliki kita.

Hidup kita berharga bukan karena diri kita sendiri tapi karena Dia yang memiliki kita. " Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus ... bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal ... "(1 Petrus 1:18-19)

Minggu, 26 Mei 2013

ARSIP SURGA

Bacaan: 1Tesalonika 4:13-18
NATS: Kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa (1Tesalonika 4:17)

Istri saya, Luann, memiliki map yang ia sebut "arsip surga". Map itu berisi berbagai artikel, berita duka, foto, dan lembar kata ibadah yang dibuat untuk mengenang kepergian anggota keluarga maupun para sahabat kami. Ia menyimpan semua itu tidak untuk mengingat kesedihan atas orang-orang terkasih yang telah tiada, tetapi untuk menantikan pertemuan bahagia bersama mereka di surga.

Paulus menuliskan pengharapan indah ini kepada jemaat di Tesalonika, sehingga mereka tidak berduka seperti orang-orang yang tak berpengharapan. "Maka Tuhan sendiri akan turun dari surga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan. Karena itu, hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini" (1Tesalonika 4:16-18).

Perikop ini berbicara mengenai sukacita bersama di masa depan dalam hadirat Yesus Kristus, Sang Juru Selamat. Saat ini, kita yang masih hidup di bumi memiliki persekutuan dengan Tuhan, dan kita mengalami apa yang disebut oleh Samuel J. Stone, seorang penulis himne, sebagai "persekutuan roh yang manis dengan mereka yang telah mencapai tempat perhentian".

Apa yang akan terjadi di masa depan tetaplah misteri, tetapi kita dapat dengan yakin berharap bisa berada dalam hadirat Kristus bersama semua orang kudus yang telah mendahului kita --DCM

Saat kita terpisah jauh
Tak ayal hati kita diliputi duka;
Namun kita tetap bersatu di dalam hati.
Dan berharap suatu saat berjumpa lagi. --Fawcett

ANAK-ANAK ALLAH TIDAK AKAN PERNAH BENAR-BENAR
MENGUCAPKAN "SELAMAT TINGGAL"

MALAIKAT MUSIK

Bacaan: Efesus 6:10-18
NATS: Iblis pun menyamar sebagai malaikat terang (2Korintus 11:14)

Dalam drama musikal karya Andrew Lloyd Webber The Phantom of the Opera, seorang gadis penyanyi paduan suara bernama Christine Daae mendapat latihan vokal dari seorang pemusik misterius yang disebutnya sebagai "Malaikat Musik". Christine percaya bahwa pemusik ini adalah malaikat yang dijanjikan oleh ayahnya yang sedang mendekati ajal, untuk dikirimkan kepadanya guna menyempurnakan latihan musiknya.

Seiring bergulirnya cerita, kita tahu bahwa pelatih misterius gadis ini ternyata orang gila yang ingin menyeretnya ke dunia bawah tanah yang ganjil di bawah gedung opera. Yang semula disangka si gadis sebagai perantara supranatural kiriman sang ayah terkasih, ternyata adalah orang gila yang ingin memilikinya untuk maksud-maksud pribadi. "Malaikat Musik" menceritakan tentang kejahatan yang disamarkan dalam kebaikan.

Orang yang percaya kepada Kristus juga menghadapi sosok jahat yang sering menyamarkan diri. Salah satu strategi penting yang digunakan Setan ialah menyamar sebagai seseorang yang baik. Paulus berkata kepada kita, "Iblis pun menyamar sebagai malaikat terang" (2Korintus 11:14). Kata Yunani menerjemahkan kata "menyamar" sebagai "berganti rupa, memakai kedok, atau menyamarkan diri sendiri".

Untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi strategi iblis, Allah telah menyediakan semua senjata yang kita perlukan untuk mempertahankan diri. Dengan mengenakan selengkap senjata Allah, kita akan membuka kedok si jahat yang melawan kita dan menguatkan langkah rohani kita (Efesus 6:10-18) --HDF

SENJATA ALLAH MEMANG TELAH DIBUAT SESUAI UKURAN KITA
NAMUN KITA HARUS BERGERAK MENGENAKANNYA

CACING DAN BUAH

Bacaan: Ayub 37:14-19
NATS: Semua yang diciptakan Allah itu baik dan suatu pun tidak ada yang haram (1Timotius 4:4)

Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa Allah membuat makhluk khusus, seperti nyamuk dan ular? Saya kerap kali bertanya-tanya tentang cacing. Mengapa Allah menciptakan binatang merayap yang menjijikkan itu?

Sebenarnya, cacing mempunyai fungsi yang sangat penting dan perlu. Amy Stuart, dalam bukunya The Earth Moved: On The Remarkable Achievements of Earthworms [Bumi Bergerak: Prestasi Cacing yang Luar Biasa] memaparkan bahwa dalam sekitar setengah hektar tanah terdapat cacing yang tak terhitung banyaknya sedang menggemburkan tanah. Kegiatan yang dilakukan dengan diamdiam dan tak terlihat itu mutlak diperlukan, sehingga apabila tidak ada cacing, maka tak akan ada tumbuh-tumbuhan.

Jadi, apa yang dapat kita pelajari dari cacing? Tidak saja pada alam, dalam hidup kita juga ada kekuatan-kekuatan tak terlihat yang sedang bekerja. Ada karya doa yang diam-diam dan tak terlihat dari mereka yang peduli pada kesejahteraan kita. Ada pekerjaan dari kedisiplinan jiwa kita sendiri, ketika kita berdoa dan merenungkan firman Tuhan. Dan ada pekerjaan penting dari Roh Kudus, yang menggemburkan gumpalan tanah jiwa kita dan menghasilkan di dalam hati kita buah-buah Kristus, yaitu "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran ..." (Galatia 5:22,23).

Dalam hidup kita dan dalam dunia ini, Allah pun memerintahkan banyak pengaruh yang tak terlihat namun menghasilkan buah. Entah itu melalui cacing yang hina atau mahkota ciptaan Allah–yakni umat manusia–ada begitu banyak pekerjaan yang dilakukan meski tak tampak oleh mata --VCG

KARYA ALLAH YANG TAK TAMPAK DI DALAM HATI KITA
AKAN MENGHASILKAN BUAH DALAM HIDUP KITA

KETAATAN SETIAP HARI

Bacaan: Mazmur 96
NATS: Menyanyilah bagi Tuhan, pujilah nama-Nya, kabarkanlah keselamatan yang dari pada-Nya dari hari ke hari (Mazmur 96:2)

Tiger Woods telah memenangkan banyak turnamen secara dramatis selama kariernya sebagai pegolf profesional. Namun, salah satu dari keberhasilannya yang terbesar boleh dikatakan tidak menarik perhatian sebab berkembang lambat selama 7 tahun. Selama kurun masa itu, Tiger berhasil dalam 142 turnamen berturut-turut -- melebihi semua pemain dalam sejarah olahraga golf di Amerika Serikat. Hal ini menunjukkan kekuatan dari komitmen, konsistensi, dan keyakinannya untuk pantang menyerah.

Baru-baru ini saya merasa tertantang oleh pernyataan seorang teman tentang keinginannya yang semakin besar untuk mengikut Tuhan dengan "taat setiap hari, bukannya taat secara dramatis". Apakah itu yang terjadi dalam kehidupan iman saya dalam Yesus Kristus? Apakah saya konsisten, atau berjalan tak menentu? Apakah saya dapat diandalkan, atau tidak dapat dipercaya?

Ada peristiwa-peristiwa iman yang besar dalam hidup kita, tetapi pilihan-pilihan kita setiap hari untuk taat kepada Kristus mengungkapkan dengan baik kasih kita yang tak putus-putusnya kepada Dia. Mazmur 96, yang merupakan panggilan untuk bersaksi dan memuji Tuhan, berkata, "Menyanyilah bagi Tuhan, pujilah nama-Nya, kabarkanlah keselamatan yang daripada-Nya dari hari ke hari. Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di antara segala suku bangsa" (ayat 2,3).

Apabila kita secara konsisten taat kepada Tuhan, kita akan menyatakan kasih dan kuasa-Nya setiap hari. Seiring berjalannya waktu, hidup dalam ketaatan setiap hari akan menjadi kesaksian yang luar biasa bagi Juru Selamat kita --DCM

MENJADI MURID MERUPAKAN SOAL KETAATAN
KEPADA RAJA ATAS SEGALA RAJA

Sabtu, 25 Mei 2013

APA YANG DISUKAI ALLAH?

[Bagaimana Menyikapi Gereja Yang Terpecah]

Bacaan: Efesus 5:15-21
NATS: Hendaklah kamu penuh dengan Roh, dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani (Efesus 5:18,19)

Sebagian gereja telah terpecah-pecah karena tata cara ibadahnya. Gereja yang satu mungkin berkeras menggunakan cara kebaktian tradisional, sementara yang lain mendorong format yang lebih kontemporer.

Kita semua dapat belajar dari apa yang diperoleh oleh seorang lelaki yang sedang dalam perjalanan bisnis, sesudah menghadiri kebaktian gereja di dekat hotelnya. Ia berbicara dengan sang pendeta betapa ia merasa diberkati oleh khotbahnya. Akan tetapi, ia tidak bisa menikmati ibadahnya.

Pendeta tersebut kemudian bertanya, "Kira-kira menurut Anda apa yang tidak disukai oleh Allah?" Laki-laki itu pun menjawab, "Saya kira tidak ada yang tidak Dia sukai. Saya hanya membicarakan reaksi saya sendiri. Akan tetapi, ibadah bukanlah persoalan mengenai diri saya, bukankah demikian?"

Kita berhak memiliki pilihan, dan kita harus memegang teguh keyakinan alkitabiah kita. Akan tetapi, sebelum kita menyampaikan pendapat, marilah kita berusaha dengan sungguh-sungguh memahami sudut pandang Allah. Renungkanlah Efesus 5 dari sudut pandang ibadah: kita harus dipenuhi Roh, berbicara satu sama lain dalam mazmur, kidung puji-pujian, nyanyian rohani, bersyukur kepada Allah, dan merendahkan diri seorang kepada yang lain (ayat 19,21).

Apa pun gaya ibadah kita, ketika kita menaikkan pujian kepada Allah atas kebesaran-Nya dan semua yang telah Dia perbuat, kita akan meninggikan Dia dan menguatkan orang lain. Itulah yang disukai Allah —VCG

INTI IBADAH ADALAH PUJIAN DARI LUBUK HATI

KINI DAN SELAMANYA

Bacaan: Yehezkiel 33:23-33
NATS: Terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu (Yakobus 1:21)

Rasa ngeri mencekam hati seorang tentara ketika mortir berdesing di atas kepalanya, senapan meletus, dan musuh mendekat. Tiba-tiba rasa sakit mengoyaknya ketika sebutir peluru menembus dada dan lengannya. Namun itu bukan akhir hidup tentara tersebut. Menurut artikel di The New York Times, peluru itu diperlambat oleh Perjanjian Baru yang dibawa di saku bajunya. Bertahun-tahun kemudian, orang ini masih menyimpan kitab yang terkena noda darah dengan lubang kasar di tengah-tengahnya itu. Ia percaya kitab itu telah menyelamatkan hidupnya.

Ini memang cerita yang menarik, tetapi ini tidak ada kaitannya dengan pertolongan rohani yang menyelamatkan hidup yang dapat diberikan oleh Alkitab. Dalam kitab Yehezkiel 33, kita membaca bahwa bangsa Israel kuno merasa terhibur dengan nubuat para nabi, tetapi mereka tidak menggunakannya untuk mengubah hidup. Mereka menyalahgunakan janji-janji Allah kepada Abraham untuk mendukung klaim mereka sendiri atas tanah (ayat 24). Mereka senang mendengarkan nubuat nabi (ayat 30), namun Tuhan berfirman kepada Yehezkiel, "Mereka mendengar apa yang kauucapkan, tetapi mereka tidak melakukannya" (ayat 31). Hasilnya? Mereka menerima hukuman Allah.

Demikian pula sekarang, firman Allah tidak untuk dipuja-puja sebagai pembawa keberuntungan atau untuk meringankan beban pikiran dengan membawa kelegaan sementara dari kecemasan. Firman diberikan untuk dilaksanakan sehingga bantuan-Nya tidak hanya berlaku untuk kehidupan sekarang ini, tetapi juga untuk selamanya —MRD II

KITA BELUM BENAR-BENAR MEMAHAMI FIRMAN
SEBELUM KITA MENLAKSANAKANNYA

Maafkan Aku

* Amsal 16:32,
Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan.

Mengapa sebuah masalah sederhana berubah menjadi rumit?

Mengapa urusan sepele berubah menjadi permusuhan bertahun-tahun?

Mengapa sebuah diskusi yang tenang cepat berubah menjadi perdebatan yang panas dan sengit, menjadi saling menuduh, hujat-menghujat sampai pada berantem dan saling melukai?

Penyebab utama adalah karena semua pihak merasa paling benar dan tak ada yang mau mengaku salah. Karena merasa benar, maka tak mau lagi berpikir dan mendengar dengan tenang. Sebaliknya hanya mau menyerang untuk membuktikan kesalahan lawan dan menjatuhkannya. Sementara lawan juga merasa paling benar dan menyerang balik. Akhirnya serang-menyerang, saling menyakiti membuat masalah sepele menjadi berantakan.  Apalagi kalau harga diri dan gengsi ikut berbicara.

Selama semua pihak merasa benar, perselisihan tidak akan berakhir. Jalan menuju solusi tertutup selamanya.

Penyelesaian baru ada, ketegangan menjadi santai, suasana panas menjadi sejuk bila ada yang mau mengaku salah dan berkata “Maafkan Aku…”

“Maafkan Aku…” adalah kalimat yang penuh kekuatan dan mukjizat yang dapat menyejukkan, bahkan menyentuh hati nurani lawan, memadamkan kebencian dan menumbuhkan belas kasih, menimbulkan rasa persaudaraan dan kebersamaan.

Itu sebabnya:
Orang bijak minta maaf…

Orang bodoh menyalahkan…

Anda termasuk yang mana???

Jumat, 24 Mei 2013

KETAATAN SETIAP HARI

Bacaan: Mazmur 96
NATS: Menyanyilah bagi Tuhan, pujilah nama-Nya, kabarkanlah keselamatan yang dari pada-Nya dari hari ke hari (Mazmur 96:2)

Tiger Woods telah memenangkan banyak turnamen secara dramatis selama kariernya sebagai pegolf profesional. Namun, salah satu dari keberhasilannya yang terbesar boleh dikatakan tidak menarik perhatian sebab berkembang lambat selama 7 tahun. Selama kurun masa itu, Tiger berhasil dalam 142 turnamen berturut-turut -- melebihi semua pemain dalam sejarah olahraga golf di Amerika Serikat. Hal ini menunjukkan kekuatan dari komitmen, konsistensi, dan keyakinannya untuk pantang menyerah.

Baru-baru ini saya merasa tertantang oleh pernyataan seorang teman tentang keinginannya yang semakin besar untuk mengikut Tuhan dengan "taat setiap hari, bukannya taat secara dramatis". Apakah itu yang terjadi dalam kehidupan iman saya dalam Yesus Kristus? Apakah saya konsisten, atau berjalan tak menentu? Apakah saya dapat diandalkan, atau tidak dapat dipercaya?

Ada peristiwa-peristiwa iman yang besar dalam hidup kita, tetapi pilihan-pilihan kita setiap hari untuk taat kepada Kristus mengungkapkan dengan baik kasih kita yang tak putus-putusnya kepada Dia. Mazmur 96, yang merupakan panggilan untuk bersaksi dan memuji Tuhan, berkata, "Menyanyilah bagi Tuhan, pujilah nama-Nya, kabarkanlah keselamatan yang daripada-Nya dari hari ke hari. Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di antara segala suku bangsa" (ayat 2,3).

Apabila kita secara konsisten taat kepada Tuhan, kita akan menyatakan kasih dan kuasa-Nya setiap hari. Seiring berjalannya waktu, hidup dalam ketaatan setiap hari akan menjadi kesaksian yang luar biasa bagi Juru Selamat kita --DCM

MENJADI MURID MERUPAKAN SOAL KETAATAN
KEPADA RAJA ATAS SEGALA RAJA

MENGUBAH FIRMAN?

Bacaan: 2Timotius 3
NATS: Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat (2Timotius 3:16)

Alkitab, yang merupakan firman Allah tertulis, dapat mengubah hidup kita. Pesan keselamatannya tentu saja membuat perubahan yang paling mendalam di dalam diri kita. Akan tetapi, Kitab Suci juga dapat mengubah cara kita dalam memperlakukan orang lain. Ia dapat memberikan dasar yang kokoh bagi masyarakat dengan pengajarannya yang jelas terhadap lembaga-lembaga yang ada di masyarakat seperti pernikahan, keluarga, dan gereja.

Tetapi apa yang terjadi ketika apa yang dikatakan Alkitab—sebagaimana dipahami selama berabad-abad oleh orang-orang percaya yang terpelajar dan juga para mahasiswa teologi—ditolak? Mereka yang menolak pengajarannya berusaha mengubah firman Allah.

Dua kata Yunani dapat menjelaskan hal ini: eisegese dan eksegese. Eisegese adalah proses pembacaan teks untuk menarik pesan yang tidak tercantum dalam teks—menyelipkan suatu makna yang mengalir dari tindakan pribadi. Sebaliknya, eksegese berarti menarik makna yang jelas-jelas tersirat dari teks, dengan menggunakan konteks, bagian teks Kitab Suci lain yang memiliki topik sama, dan peralatan yang sah untuk memahami Alkitab seperti tafsir.

Bukannya berusaha mengubah firman Allah agar sesuai dengan gagasan kita sendiri, marilah kita mengizinkan firman Allah mengubah diri kita. Ketika kita membaca firman Allah dan menaati-Nya, Roh Kudus mengubah kita menjadi orang yang dikehendaki Allah.

Jangan mengubah firman Allah—izinkanlah firman itu mengubah Anda —JDB

ALKITAB ADALAH KEBENARAN KEKAL
DAN KEINDAHAN YANG TIDAK PERNAH PUDAR

Roti Gosong

Ketika aku masih anak perempuan kecil, ibu suka membuat sarapan dan makan malam. Dan suatu malam, setelah ibu sudah membuat sarapan, bekerja keras sepanjang hari, malamnya menghidangkan sebuah piring berisi telur, saus, dan roti panggang yang gosong di depan meja ayah.

Saya ingat, saat itu menunggu apa reaksi dari orang-orang di situ! Akan tetapi, yang dilakukan ayah adalah mengambil roti panggang itu, tersenyum pada ibu, dan menanyakan kegiatan saya di sekolah. Saya tidak ingat apa yang dikatakan ayah malam itu, tetapi saya melihatnya mengoleskan mentega dan selai pada roti panggang itu dan menikmati setiap gigitannya!

Ketika saya beranjak dari meja makan malam itu, saya mendengar ibu meminta maaf pada ayah karena roti panggang yang gosong itu. Dan.satu hal yang tidak pernah saya lupakan adalah apa yang ayah katakan: “Sayang, aku suka roti panggang yang gosong.”

Sebelum tidur, saya pergi untuk memberikan ciuman selamat tidur pada ayah. Saya bertanya apakah ayah benar-benar menyukai roti panggang gosong? Ayah memeluk saya erat dengan kedua lengannya yang kekar dan berkata, “Debbie, ibumu sudah bekerja keras sepanjang hari ini dan dia benar-benar lelah. Jadi sepotong roti panggang yang gosong tidak akan menyakiti siapa pun.”

Apa yang saya pelajari di tahun-tahun berikutnya adalah belajar untuk menerima kesalahan orang lain, dan memilih untuk merayakan perbedaannya – adalah satu kunci yang sangat penting untuk menciptakan sebuah hubungan yang sehat, bertumbuh dan abadi.

JANJI YANG "KELIRU"?

Bacaan: Mazmur 37:1-24
NATS: Bergembiralan karena Tuhan; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu (Mazmur 37:4)

Adakah janji Alkitab yang membuat Anda putus asa? Beberapa orang mengatakan Mazmur 37:4 adalah jaminan bahwa Anda akan mendapatkan apa pun yang Anda inginkan—pasangan hidup, pekerjaan, uang. Terkadang ini mengherankan saya, mengapa saya tak mendapatkan apa yang saya inginkan?

Bila suatu janji membuat Anda putus asa, saat itu tampaknya Allah tidak memenuhinya. Mungkin itu karena kita tidak memahami apa yang sebenarnya dimaksudkan oleh ayat tersebut. Berikut ini terdapat tiga bantuan saran, menggunakan Mazmur 37 sebagai contoh:

Lihat konteksnya. Mazmur 37 memberi tahu kita agar tidak khawatir atau iri pada orang jahat. Fokus kita bukan pada apa yang mereka miliki, juga bukan pada hukuman yang tampaknya bisa mereka hindari (ayat 12,13). Sebaliknya, kita diperintahkan untuk memercayai Tuhan dan bergembira karena Tuhan (ayat 3,4).

Pertimbangkan ayat-ayat lain. Perikop 1 Yohanes 5:14 menyatakan bahwa permohonan kita harus sesuai dengan kehendak-Nya bagi kita. Bagian lain dari Kitab Suci mengenai topik yang sama membantu menyeimbangkan pemahaman kita.

Pelajari tafsir Alkitab. Dalam The Treasury of David, C.H. Spurgeon mengatakan mengenai ayat 4: "[Mereka] yang bergembira karena Allah, tidak menginginkan atau meminta apa pun melainkan berusaha menyenangkan hati Allah." Melakukan pemahaman yang sedikit lebih mendalam dapat membantu kita memahami ayat-ayat Alkitab yang membuat frustrasi seperti ayat yang kita bahas ini.

Bila kita belajar menyenangkan Tuhan, kehendak-Nya menjadi kehendak kita dan Dia akan memberikannya pada kita —AMC

ANDA TIDAK AKAN KEHILANGAN JANJI ALLAH
APABILA MEMERCAYAINYA

KATA-KATA KOTOR

Bacaan: Matius 15:17-20
NATS: Siapa yang menjaga mulutnya, memelihara nyawanya, siapa yang lebar bibir, akan ditimpa kebinasaan (Amsal 13:3)

Belum lama ini saya kebetulan mendengar seorang wanita yang lebih tua berbicara kepada seorang teman tentang obsesi orang-orang dewasa ini untuk melakukan diet. "Saat ini," katanya merenung, "saya lebih mementingkan sesuatu yang keluar dari mulut saya daripada apa yang masuk ke dalamnya." Ada hikmat yang bijak dalam kata-kata itu.

Yesus berkata, "Apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang. Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinaan, percabulan, pencurian, kesaksian palsu dan hujat. Hal-hal inilah yang menajiskan orang" (Matius 15:18-20).

Sesuatu yang kita katakan akan memengaruhi orang lain. "Ada orang yang lancang mulutnya seperti tikaman pedang," kata Amsal 12:18. Namun, yang mungkin sering kita lupakan adalah pengaruh kata-kata kita yang sembrono bagi diri kita sendiri. Pada waktu kita membicarakan orang lain, atau ketika kita memfitnah orang lain, kata-kata kita mulai menjatuhkan kita, sebab kita memuaskan pikiran jahat yang ada di dalam kita dan memupuknya sampai kata-kata itu meruntuhkan kita.

Sebaliknya, apabila kita menjaga bibir kita, kita mematahkan pikiran jahat itu. "Lidah orang bijak mendatangkan kesembuhan," lanjut Amsal 12:18. Kita melindungi jiwa kita, sebab kita melemahkan pikiran jahat yang ingin meruntuhkan kita.

Mintalah kepada Allah untuk "mengawasi" mulut Anda dan "berjaga pada pintu" bibir Anda (Mazmur 141:3). Kiranya kata-kata Anda meningkatkan kualitas hidup Anda, bukan merusak atau meruntuhkannya --DHR

SEPATAH KATA DARI MULUT ANDA
BERBICARA BANYAK TENTANG HATI ANDA

CORKY

Bacaan: Yohanes 16:1-16
NATS: Sebab hidup kami ini adalah hidup berdasarkan iman, bukan berdasarkan apa yang kelihatan (2Korintus 5:7)

Stephen Kuusisto bertumbuh dengan rasa minder karena ia buta. Baginya, penglihatan terdiri atas kaleidoskop berbagai bentuk, warna, dan bayangan. Jika sedang sendirian, ia suka menempelkan wajahnya ke halaman buku dan berusaha keras menghafalkan nama-nama jalan agar ia terlihat seperti orang yang bisa melihat jelas, tidak seperti keadaan sebenarnya.

Waktu berusia 39 tahun, hidupnya berubah setelah ia mendapatkan seekor anjing penuntun terlatih dan setia bernama Corky. Saat belajar menggunakan Corky sebagai penuntun, Stephen merenungkan rasa percaya yang tumbuh dalam hubungan mereka. Ia berkata, "Keyakinan tumbuh dari rasa percaya yang berkembang menjadi keyakinan, lalu menjadi kepastian. Kami berdua adalah tim hebat!" Saat Stephen mengakui bahwa ia memerlukan pertolongan sahabat yang dapat melihat, terbukalah dunia baru yang memberinya kebebasan bergerak dan belum pernah ia alami.

Banyak orang percaya tersandung bagai orang buta saat menjalani hidup kristiani karena mengandalkan kekuatan sendiri. Tampaknya mereka tak menyadari Allah telah menyediakan Penuntun adikodrati yang menuntun jalan mereka. Yesus berkata bahwa Dia akan mengirimkan Penghibur yang akan menuntun kita ke dalam segala kebenaran (Yohanes 16:13). Apabila kita mengakui semua dosa dan bergantung pada Roh Kudus untuk menuntun kita (Galatia 5: 16,18), kita menjadi tim yang hebat bagi Allah! "Sebab hidup kami ini adalah hidup berdasarkan iman, bukan berdasarkan apa yang kelihatan" (2Korintus 5:7) --HDF

Lebih baik aku berjalan dalam kegelapan bersama Allah
Daripada berjalan sendirian dalam terang;
Lebih baik aku berjalan dalam iman kepada-Nya
Daripada berjalan sendiri dan hanya mengandalkan penglihatan. --Anon.

KE MANA PUN ALLAH MENUNTUN,
DIA PASTI MENYEDIAKAN YANG KITA PERLUKAN

Rabu, 22 Mei 2013

MENJADI ANAK BAIK

Bacaan: 1Samuel 15:10-23
NATS: Mengapa engkau tidak mendengarkan suara Tuhan? (1Samuel 15:19)

Ketika Ratu Victoria masih kecil, ia tidak menyadari bahwa di kemudian hari ia akan mewarisi takhta kerajaan Inggris. Para guru yang bertugas menyiapkan dirinya menghadapi masa depan merasa frustrasi, karena mereka tidak dapat menumbuhkan motivasi kepadanya. Ia tidak mau belajar dengan sungguh-sungguh. Akhirnya, para gurunya memutuskan untuk memberi tahu bahwa suatu hari ia akan menjadi ratu Inggris. Setelah mendengar tentang hal ini, Victoria kemudian dengan tenang berkata, "Kalau begitu saya akan jadi anak yang baik." Kesadaran bahwa ia akan mewarisi panggilan mulia ini memberinya rasa tanggung jawab yang memengaruhi tingkah lakunya secara mendalam semenjak hari itu dan seterusnya.

Bacaan Kitab Suci kita pada hari ini menceritakan bagaimana Saul telah dipilih dari antara bangsa Israel untuk menjadi raja yang diurapi (1 Samuel 15:17). Allah Yang Mahakuasa telah memberikan kehormatan besar kepadanya dengan menempatkannya sebagai pemimpin umat-Nya yang terpilih. Akan tetapi Saul tidak memedulikan perilaku yang seharusnya menyertai panggilannya yang mulia tersebut. Jika ia peduli, tentu ia tidak akan mengambil jarahan perang seakan-akan ia seorang pemimpin gerombolan terlarang (ayat 19).

Sebagai orang percaya, kita adalah anak-anak Allah dan ahli waris bersama-sama dengan Kristus (Roma 8:16,17). Kita memiliki panggilan yang mulia. Ingatlah selalu akan siapa diri kita yang sebenarnya. Hal ini akan membantu kita berkata seperti Victoria, "Saya akan menjadi anak baik" —HVL

ANAK RAJA AKAN INGIN MENUNJUKKAN PERILAKU YANG PANTAS

Selasa, 21 Mei 2013

SELAMAT DATANG KRITIK

Bacaan: Amsal 9:1-10
NATS: Orang bodoh menolak didikan ayahnya, tetapi siapa mengindahkan teguran adalah bijak (Amsal 15:5)

Peneliti kanker Dr. Robert Good adalah sosok pekerja keras yang secara cerdas dapat memunculkan ide-ide baru. Menurut artikel yang saya baca tentang beliau, ia memiliki kemampuan untuk menggunakan semua informasi yang pernah ia peroleh.

Meskipun demikian saya sangat terkesan dengan pernyataan yang menyebutkan bahwa ia bersedia mengakui kesalahan yang terjadi dalam berbagai teorinya dan meninggalkannya lebih cepat dari siapa pun dalam penelitian medis. Salah seorang rekannya berkata, "Dr. Good tidak pernah ‘menikahi’ hipotesa-hipotesanya, jadi ia juga tidak merasakan sakitnya ‘perceraian’ apabila salah satu hipotesanya terbukti salah."

Amsal 9 sangat menghargakan kesediaan untuk menghadapi kesalahan dan mengakuinya. Renungan hari ini menggambarkan "orang bijak" sebagai orang yang mau belajar dari kesalahannya. Apabila ia ditantang, ia menahan diri untuk tidak meninggikan punggungnya seperti layaknya kucing jantan yang terancam. Sebaliknya, ia menerima setiap nasihat dengan baik dan bahkan itu menjadi sarana penting baginya untuk menambah pengetahuan (ayat 9). Di pihak lain, apabila seorang "pencemooh" dikecam, ia menanggapinya dengan kemarahan dan kebencian (ayat 8). Karena rasa egonya terlalu besar, ia tidak mau mendengar apabila kesalahannya dikemukakan.

Kita perlu mengikuti jalan yang penuh hikmat dengan memerhatikan kata-kata yang menegur kita. Untuk sungguh-sungguh menjadi bijak, kita harus ingat bahwa adakalanya kita juga melakukan hal yang bodoh --MRD

ORANG YANG TIDAK MAU MENDENGARKAN KRITIK
TIDAK AKAN PERNAH BELAJAR DARINYA

Hidup Maksimal

Beberapa turis dari Eropa yang tengah berada di Afrika, menjumpai sebuah oase di tengah padang belantara. Di dekat danau itu banyak batu-batuan dan terdapat sebuah papan bertuliskan:

“Yang mengambil batu akan menyesal. Yang tidak mengambil batu juga akan menyesal”.

Heran dengan kalimat itu, ada yang malah tertarik untuk mengambil beberapa butir batu-batu itu untuk melihat apa yang akan terjadi selanjutnya. Beberapa yang lainnya tidak terlalu menggubrisnya. Jadi mereka tidak mengambil batu-batu itu dan lebih tertarik untuk menikmati segarnya air di oase itu.

Setelah kembali ke Eropa, mereka menyuruh ahli batu-batu untuk memeriksa batu-batuan yang mereka bawa itu. Ternyata batu-batuan itu adalah sejenis Safir yang dari luar tampaknya jelek, tapi di dalamnya merupakan permata yang sangat indah dan mahal harganya. Yang tidak membawa batu itu jadi menyesal karena tidak membawanya, tetapi yang membawanya pun akhirnya menyesal karena tidak membawa lebih banyak.

Bukankah hidup manusia serupa seperti cerita di atas?

Tuhan memberikan kehidupan yang sangat berharga. Namun, bukankah kita seringkali kurang menghargai waktu hidup ini justru saat kita masih bisa hidup lama?

Hidup ini begitu bernilai. Jauh lebih bernilai daripada batu-batu permata. Itulah sebabnya agar kita tidak menyesal di kemudian hari, maka kita harus menjalani hidup dengan maksimal. Bekerja dengan maksimal, mengasihi keluarga dengan maksimal, berkarya bagi sesama dengan maksimal.

Intinya ketika kita sudah mengusahakan yang terbaik selama hidup ini, maka kita tidak perlu lagi menyesal di kemudian hari.

Usahakan yang terbaik selama kesempatan itu masih ada.

Meninggalkan Cara Hidup Yang Lama

Rut sejak awalnya berkata kepada Naomi bahwa bangsa Naomi adalah bangsanya juga dan Allah Naomi adalah Allahnya juga. Sikap inilah yang membuat Rut berbeda dengan perempuan-perempuan yang bukan Israel lainnya.

Bila kita ingat akan sejarah Israel, setiap kali mereka mengambil istri dari bangsa lain, Israel jadi ikut menyembah allah mereka dan oleh sebab itu Tuhan memberikan perintah agar mereka tidak kawin mengawinkan dengan bangsa yang tidak mengenal Tuhan. Tetapi dengan Rut, justru Rut tidak membawa Naomi dan keluarganya untuk menyembah allah Moab, tetapi Rut justru meninggalkan allahnya dan bangsanya dan mengikuti Naomi dan Tuhan. Oleh karena sikap hatinya inilah, Rut masuk ke dalam sejarah Israel.sebagai buyutnya Daud yang kita kenal sebagai Raja yang berkenan.di hati Tuhan.

Marilah kita belajar dari Rut untuk kita benar-benar meninggalkan segala kehidupan lama kita dan menghidupi kehidupan baru kita di dalam Tuhan. Seperti Rut yang meninggalkan total bangsa dan allahnya dan ikuti adat istiadat Israel dan tata cara Israel dan ikut menyembah Tuhan, marilah kita tinggalkan semua hal-hal yang dulu kita sembah dan segala adat istiadat, cara berpikir yang lama dan biarlah kita ikuti kebenaran Tuhan, cara berpikir yang benar dan dibaharui oleh Roh Kudus. Dengan begitu, kita akan dapat melihat kemuliaan Tuhan di dalam kehidupan kita, sebab tidak ada lagi kehidupan yang lama, yang ada hanyalah lembaran baru yang
masih kosong dan dapat di isi dengan berjalan bersama Tuhan.

Jadi, tinggalkan semua yang lama dan hanyalah ikuti Tuhan Yesus Kristus dan kebenaran-Nya.

* 1 Petrus 1,
18 Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas,
19 melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.

Tuhan Yesus Memberkati.

Senin, 20 Mei 2013

BERUANG PENAKUT

Bacaan: Matius 6:25-34
NATS: Janganlah khawatir (Matius 6:25)

Jack, kucing berwarna oranye dan putih seberat 7,5 kg, mengerjakan tugasnya menjaga kebun belakang rumah majikannya di New Jersey dengan sangat baik. Ia sering menakut-nakuti binatang penyusup kecil. Namun suatu hari, majikannya terkejut ketika mendapatinya duduk di bawah pohon yang tinggi sambil memandang ke atas pada seekor beruang hitam besar.

Jack mengeong keras pada beruang itu ketika si beruang, yang berasal dari hutan di dekat rumah majikannya, tersesat di halaman belakang rumah. Beruang yang ketakutan itu dengan cepat naik pohon. Mana mungkin seekor beruang hitam besar takut dengan kucing kecil? Apa yang dipikirkan beruang itu?

Yang lebih tidak masuk akal lagi adalah rasa khawatir dan takut yang ada dalam pikiran kita, padahal kita tahu bahwa kita memiliki Allah, yang baik dan berkuasa, yang memelihara kita. Yesus memberi tahu para murid-Nya, "Janganlah khawatir ..." (Matius 6:25,31,34). Dia berkata bahwa kita tidak perlu merasa takut dan khawatir, karena Bapa surgawi mengetahui apa yang kita perlukan, dan kita adalah makhluk berharga di mata-Nya (ayat 26,32). Dia sungguh-sungguh bersedia dan sanggup memenuhi kebutuhan kita.

Saat kita mengkhawatirkan sesuatu, bagaimana perspektif kita? Yang mengungkapkan sikap kita bukan apa yang kita lihat, melainkan bagaimana kita melihatnya. Jika kita memandang hidup dengan kacamata Allah yang penuh kuasa dan baik, kita akan memercayai-Nya, bukan merasa sangat khawatir. Jika perspektif kita benar, kita dapat melihat Allah dan pemeliharaan-Nya yang setia --AMC

Saat ketakutan dan kecemasan menguji iman
Dan kekalutan mendera pikiran,
Ingatlah, Allah tetap memegang kendali
Dan Dia tidak akan pernah gagal. --Sper

KEKHAWATIRAN ADALAH BEBAN YANG TIDAK ALLAH MAKSUDKAN
UNTUK MENJADI TANGGUNGAN KITA

Minggu, 19 Mei 2013

DENGAN TUJUAN

Bacaan: 2Korintus 3:11-18
NATS: Karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita sedang diubah menjadi serupa dengan gambar [Kristus], dalam kemuliaan yang semakin besar (2Korintus 3:18)

Buku Rick Warren, The Purpose-Driven Life secara mengejutkan bertahan lama dalam daftar buku terlaris. Gebrakan yang fenomenal itu mengingatkan kita bahwa orang percaya dan orang tak percaya sebenarnya memiliki kerinduan yang sama untuk mengetahui tujuan hidup yang jelas. Kita semua ingin tahu apakah kita menjalani hidup yang bermakna. Hidup ini hanya menjadi rutinitas belaka bila tidak ada pemahaman yang kuat akan panggilan dan tujuan hidup.

Dengan menjadi pengikut Yesus, kita mendapatkan keuntungan nyata karena memiliki keyakinan akan tujuan hidup. Katekismus Westminster menyimpulkannya dengan baik ketika menyatakan bahwa "tujuan utama manusia" adalah "memuliakan Allah dan menikmati-Nya selamanya".

Memuliakan Allah berarti mewujudkan karakter, kehendak, dan cara-cara-Nya dalam segala kelakuan kita. Paulus mengingatkan kita bahwa "karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita sedang diubah menjadi serupa dengan gambar [Kristus], dalam kemuliaan yang semakin besar" (2Korintus 3:18). Kita memiliki tujuan hidup agar sesama kita melihat seperti apa Allah, saat mereka mengamati dan mengalami kasih-Nya melalui kita.

Sungguh, kehormatan yang besar untuk mencerminkan kasih, belas kasihan, keadilan, dan kebenaran Allah kepada dunia yang hatinya "tertutup" bagi kebenaran Allah! (4:3,4). Tujuan hidup kita adalah menunjukkan kepada dunia betapa kecilnya kita dan betapa besar-Nya Dia. Itulah hidup yang berdasarkan suatu tujuan! --JMS

Kiranya lidah dan hidup kita mengungkapkan
Injil kudus yang kita percaya,
Kiranya ucapan dan kebajikan kita bercahaya
Untuk membuktikan semua ajaran itu berasal dari Allah. --Watts

TUJUAN HIDUP ORANG KRISTIANI ADALAH
MENGERJAKAN RENCANA ALLAH

DILEPASKAN OLEH SALIB

Bacaan: Matius 27:33-50
NATS: Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita dalam hal ini: Ketika kita masih berdosa, Kristus telah mati untuk kita (Roma 5:8)

Dalam mitologi Yunani kuno, pahlawan Prometheus ditangkap dan dirantai di puncak gunung. Di sana ia dihukum untuk selama-lamanya. Setiap hari, seekor rajawali raksasa datang untuk memakan hatinya. Hermes datang kepadanya dan berkata, "Jangan harap penderitaanmu akan berakhir kecuali seorang dewa datang menggantikan siksaanmu, dan siap turun bagimu ke dalam kerajaan Hades (dewa kematian)." Menurut mitologi tersebut, hal ini dilakukan oleh Dewa Chiron yang bijak dan adil, yang rela mengorbankan dirinya sendiri bagi Prometheus dan membebaskannya dari siksaan.

Dalam beberapa hal, kisah ini merupakan gambaran dari apa yang terjadi pada kita saat Yesus mati di kayu salib. Manusia telah terikat oleh dosa, dan tak ada harapan bagi manusia untuk terlepas dari dosa kecuali Allah menggantikan. Dan itulah yang benar-benar terjadi. Yesus Kristus, Putra Allah, mati untuk menggantikan kita dan membayar hukuman dosa kita. Dia menyediakan jalan bagi kita untuk terlepas dari hukuman kekal. Meskipun kita menyediakan diri untuk menulis dalam seribu hari, kita tetap tak dapat mengungkapkan dengan sempurna arti pengurbanan Kristus bagi penebusan dosa seluruh umat manusia. Makna sejatinya jauh melebihi pemahaman kita.

Apakah Anda telah mengakui dosa-dosa Anda dan meminta Yesus Kristus menjadi Juru Selamat pribadi Anda? Jika belum, hari ini adalah saat yang paling tepat. Percayalah kepada-Nya, dan Anda akan tahu apakah artinya terlepas dari rantai dosa karena salib --DCE

KELUARLAH DARI PERBUDAKAN DOSA DAN MASUKILAH
KEBEBASAN YANG MENYELAMATKAN -- PERCAYALAH KEPADA KRISTUS

Kisah Ulat Bulu Dan Kupu-Kupu Cantik

Pada suatu hari ada seorang ibu yang membeli beberapa pohon bunga yang ada di pot. Bunga itu diletakkan di halaman rumah untuk menambah keasrian dan keindahan rumahnya. Sambil berkata kecil dalam hati, ibu ini berdoa pada Tuhan, “Ya Tuhan, melalui bunga-bunga ini semoga nanti akan banyak berdatangan kupu-kupu indah ke rumahku.”

Lalu si ibu ini kembali lagi pada kesibukan sehari-harinya, setelah seminggu berselang ia menunggu dan menunggu, mengapa tidak juga ada kupu-kupu yang ia lihat di halaman rumahnya tersebut? Hingga suatu hari betapa kagetnya si Ibu mendapati bahwa bukannya kupu-kupu yang datang, tapi malah ulat bulu yang merambat pada pohon-pohon yang dibelinya itu. Bukan main marahnya dan saking kesalnya si ibu ini dengan keras berkata, “Bagaimana sich Tuhan ini? Lah wong yang saya minta adalah kupu-kupu yang cantik, eh yang datang malah ulat-ulat jelek seperti ini.” Sambil terus mengumpat, pot- pot bunga yang penuh dengan ulat bulu itu akhirnya dipindahkan dari taman ke tempat tersembunyi di dalam gudang.

Sebulan sudah berselang, dan ibu tersebut telah melupakan kejadian pohon-pohon di pot yang dipenuhi ulat bulu tersebut. Dan tepat di hari yang ke-30 sejak kejadian tersebut, si ibu rupanya sedang mencari peralatan tamannya yang rupanya lupa ia taruh di gudang. Dan ketika ia membuka pintu gudang, betapa kagetnya ia melihat begitu banyak kupu-kupu yang berwarna-warni dan sangat indah memenuhi gudang tersebut.

Kupu-kupu itu satu demi satu mulai berterbangan keluar pada saat pintu gudang dibuka untuk mencari bunga-bungaan di sekitarnya. Terang saja kejadian yang luar biasa ini telah membuat si ibu tadi menjadi diam tertegun, ia tidak bisa berkata-kata lagi, melainkan hanya memandangi satu per satu kupu-kupu yang keluar dari gudang menuju tamannya. Dan tanpa sadar kakinya bergerak melangkah mengikuti arah kupu-kupu tadi  terbang.

“Alangkah Indahnya tamanku saat ini,” si ibu berujar dalam hati. “Ya Tuhan, ternyata ulat bulu yang dulu jelek itu kini telah berubah menjadi seekor kupu-kupu yang begitu cantik dan menawan. Seandainya saja dulu aku tahu…” katanya dalam hati, “Mungkin aku tidak akan pernah mengeluh dan merasa terusik dengan keberadaan mereka.”

Wahai para orang tua yang berbahagia di mana pun Anda berada, begitulah kita para orang tua dan guru pada umumnya, sering kali melihat dan menilai anak-anak kita bak ulat bulu, yang mengganggu dan membuat kita gatal untuk selalu mengeluh, marah, dan berusaha menyingkirkan mereka.

Anak kita tidak ubahnya seperti ulat bulu yang sering kali dinilai berdasarkan sisi negatifnya saja, padahal di balik itu semua ada sebuah proses metamorfosa yang tersembunyi, sisi indah yang kelak akan dimunculkannya saat mereka dewasa.

Saya sering mendengar banyak orang tua dan guru yang mengeluhkan anaknya yang hiper aktif dan tidak mau diam atau tidak bisa tenang Padahal sesungguhnya kelak anak-anak ini akan menjadi orang yang sangat dinamis, kelak anak-anak ini akan mampu mengerjakan berbagai tugas dalam waktu bersamaan, atau malah memimpin lebih dari satu perusahaan tanpa merasa kesulitan sama sekali.

Ada juga orang tua yang mengeluhkan anaknya yang katanya keras kepala dan susah sekali diatur, padahal sesungguhnya kelak anak-anak semacam ini akan menjadi pimpinan-pimpinan organisasi/perusahaan yang sangat berhasil dengan peningkatan karir yang sangat cepat.

Atau ada juga orang tua yang mengeluhkan anaknya yang katanya pemalu dan sulit bergaul, ia lebih suka menyendiri melakukan sesuatu di kamar dan anaknya cengeng sekali. Padahal sesungguhnya kelak anak-anak semacam ini akan menjadi anak yang sangat unggul di bidang Sains Teknologi atau bisa juga menjadi seniman-seniman kelas dunia. Mereka adalah anak-anak yang peka dan penuh cinta kasih terutama pada orang tuanya.

Lain lagi misalnya ada orang tua yang mengeluhkan anaknya terlalu cerewet dan tidak tahu malu, bahkan cenderung malu-maluin katanya. Padahal sesunguhnya kelak anak-anak ini akan menjadi orang-orang yang terkenal karena kemampuan tampilnya di depan umum dan keberaniannya untuk berekspresi.

Para orang tua dan guru yang saya cintai di mana pun Anda berada, begitulah sejarah telah membuktikan berkali-kali bahwa anak-anak yang dulu pada saat masa kecilnya dianggap sebagai anak yang aneh dan menyebalkan seperti Ulat Bulu, namun nyatanya setelah mereka dewasa justru menjadi orang-orang yang sangat sukses dan terkenal di kehidupan. Tapi bagaimana mungkin Sang Ulat Bulu akan bisa menjadi Kupu-Kupu yang cantik dan indah, jika kita semua selalu menganggapnya sebagai sesuatu yang aneh, menjijikkan, dan harus segera disingkirkan dari pandangan kita?

Sesungguhnya begitu banyak anak-anak Indonesia yang mengalami nasib mirip seperti Ulat Bulu tadi, dan karena mereka selalu dianggap sebagai anak bermasalah, maka mereka tidak pernah memiliki kesempatan untuk bermetamorfosa menjadi seekor Kupu-Kupu yang indah. Yah begitu malangnya mereka sampai akhirnya mereka harus tetap menjadi Ulat Bulu di sepanjang hidupnya. Ya, Ulat Bulu yang benar-benar mengganggu kehidupan kita semua.

Mari kita renungkan bersama. Saya yakin jika kita semua mau berubah kita akan banyak memiliki Kupu-Kupu indah yang berterbangan menghiasi seluruh bumi nusantara tercinta ini.

Mari bersama-sama kita bangun Indonesia yang kuat melalui anak-anak kita tercinta.

Kalau bukan kita, siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan lagi?

Hari Pentakosta

“ ... kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai keujung bumi.” (Kis.1:8)

Hari Pentakosta adalah puncak dari rangkaian 50 hari masa acara/peringatan sekitar Paskah. Dimulai dari minggu sengsara Yesus yang berakhir pada hari Perjamuan Malam dan penyaliban Yesus, disusul dengan kematian Yesus, lalu kebangkitanNya yang dirayakan sebagai Paskah. Kemudian Yesus memberikan Amanat Agung Penginjilan , dan 40 hari setelah hari Paskah, Yesus naik ke Surga (Ascensi). 10 hari kemudian atau 50 hari setelah hari Paskah, pada hari Pentakosta, terjadi Pencurahan Roh Kudus kepada para murid seperti yang sudah dijanjikan oleh Yesus.

Hari Pentakosta adalah akhir dari drama penebusan dan pelayanan Yesus dibumi sebelum Ia mengutus Roh Kudus sebagai penerus usahanya mendampingi para murid-Nya, namun Hari Pentakosta sekaligus menjadi awal sejarah gereja, sebab sejak itu terjadi Pekabaran Injil keseluruh dunia dan dimana-mana berdiri gereja-gereja Kristen sampai dengan saat ini.

Peristiwa yang terjadi pada hari Pentakosta seperti yang diceritakan dalam Kisah pasal 2 memang luar biasa, karena pada waktu itu Petrus yang penakut menjadi penginjil yang berani dan pada hari itu tercatat ribuan orang bertobat dan kemudian mereka menjadi penginjil-penginjil setelah pulang ke daerah-daerah asal mereka. Juga terjadi demonstrasi karunia-karunia rohani dan mujizat mengiringi hari pencurahan Roh Kudus yang spektakuler itu.

Dalam Kisah 2:1-13 kita membaca bahwa para murid penuh dengan Roh Kudus dan mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya. Sekalipun dalam fasal ini digambarkan hanya terjadi gejala karunia lidah dan mujizat berbahasa lain, kita jangan hanya terpaku pada gejala demikian, sebab dari bagian-bagian lain, kita dapat melihat makna ‘Turunnya Roh Kudus’ dengan lebih lengkap.

Dalam Injil Yohanes 14:15-31;16:4b-15, kita melihat bahwa sebelumnya Yesus telah menjanjikan pada umat percaya Penolong dan Penghibur, dan dalam Roma 8:1-17 kita dapat membaca mengenai kehidupan dalam Roh Kudus mereka yang telah menerima Roh Kudus. Yang jelas, Roh Kudus sekalipun berkuasa tidak sekedar kuasa (tenaga/daya batin/the Force), tetapi dalam Alkitab jelas ditunjukkan sebagai pribadi. Hanya berbeda dengan pribadi Bapa yang tidak terjamah dan tidak terlihat, dan Yesus yang berinkarnasi menjadi manusia, Roh Kudus adalah pribadi Roh yang mendiami dan menyertai umat percaya. Rasul Yohanes menyebutnya sebagai Penolong dan Penghibur yang diutus oleh Yesus untuk meneruskan pekerjaan-Nya (Yoh.14:16,26;16:7), Ia juga disebut sebagai Roh Kebenaran yang akan memimpin umat percaya kepada seluruh kebenaran (Yoh.14:17;16:13; Rom.8:10).

Berbeda dengan Yesus yang menyadarkan orang-orang akan dosa dan hukuman melalui firman-Nya, Roh Kudus bekerja dari dalam hati manusia untuk menginsyafkan dunia  akan dosa, kebenaran dan penghakiman (Yoh.16:8). Kalau dalam Perjanjian Lama Roh Kudus sewaktu-waktu mendiami dan mendampingi umat Allah, sesudah hari Pentakosta, Roh Kudus mendiami umat percaya secara tetap , Roh yang tidak dikenal dunia tetapi akan dikenal oleh umatNya (Yoh.14:17; Rom.8:9).

Satu hal yang menarik, bahwa kehadiran Roh Kudus dalam diri umat percaya dimaksudkan agar kita menjadi anak-anak Allah yang dipimpin oleh Roh Allah sendiri (Rom.8:14,16) sehingga roh kita bersama dengan Roh Allah dalam diri kita dapat berseru ‘Abba ya Bapa’ (Rom.8:15), sebuah pengakuan tulus dari dalam diri umat manusia bahwa kita adalah anak-anakNya yang dikasihinya.

Seperti pada awal renungan ini, Roh Kudus bukan saja sekedar memberi kita karunia dan kuasa, tetapi lebih dalam Ia akan mengajar dan mengingatkan kita semua akan firman Yesus (Yoh.14:26;16:15), dan umat yang dikarunia dengan Roh Kudus akan mengasihi Allahnya dan akan hidup menurut dan memegang firman-Nya (Yoh.14:21,23).

Tidak boleh tidak, umat percaya yang percaya kepada Tuhan Yesus sepatutnya hidup di dalam dan menurut Roh itu (Yoh.14:20; Rom.8:5,9,11), karena Ia telah memerdekakan kita dari hukum dosa dan maut (Roma 8:2) sehingga kita tidak lagi diperbudak oleh dunia
dengan segala kuasa kegelapannya, sebab keinginan Roh Kudus adalah agar kita hidup dalam damai sejahtera (Yoh.14:27; Rom.8:6).

Menarik untuk mengetahui bahwa kehadiran Roh Kudus yang dikaruniakan kepada umat percaya menjadikan kita ahli waris yang menerima janji-janji keselamatan Allah (Rom.8:17), dan lebih dari itu, kita akan ikut dipermuliakan bersama Dia (Rom.8:17). Janji penyertaan Tuhan tidak hanya diberikan sewaktu-waktu melainkan penyertaan itu akan diberikan selama-lamanya (Yoh.14:16) yaitu seperti yang diamanatkan oleh Tuhan Yesus, akan menyertai kita selama-lamanya sampai Akhir Zaman (Mat.28:20).

Lebih dari itu semua, kehadiran Roh Kudus yang dikaruniakan dalam diri umat percaya akan memberi kita kuasa mujizat dan kuasa untuk berani menjadi saksi kebangkitan (Kis.1:8). Rasul Petrus yang pengecut dan takut ketika dituduh sebagai teman Yesus pada waktu Yesus diadili, telah berubah hidupnya dan menjadi rasul yang berani mati berdiri mempertahankan iman dan kesaksian kebangkitannya di hadapan Mahkamah Agama Yahudi (Kis.2:31-32).

Rasul Paulus adalah pembunuh berdarah dingin dan seorang pemimpin agama yang fanatik yang membunuh Stefanus yang tidak berdosa (Kis.7:54 – 8:1), akhirnya bertobat dan mengaku bahwa sebelumnya ia hidup dalam dosa dan
permusuhan, tetapi kemudian ia mengikuti jalan Tuhan yang membawanya kepada damai sejahtera dan menjadi rasul kebangkitan (1Kor.15).

Sekarang, bagaimana dengan kehidupan kita sebagai umat percaya? Mungkin kita sudah membaca firman Yesus tetapi apakah kita sudah mengalami kehadiran Roh Kudus dalam diri kita? Apakah kita sudah hidup berkemenangan dan berkuasa atas dosa yang sebelumnya menguasai hidup kita? Dan apakah kita sudah memiliki kuasa untuk menjadi saksi kebangkitan? Sudah tiba saatnya umat Kristen bangun dari iman yang suam dan kembali bergairah menjadi saksi kebangkitan, karena itu sudah dijanjikan dan Roh Kudus sudah dikaruniakan kepada kita.
            Amin!

"DILEDAKKAN" UNTUK BERUBAH

Bacaan: Kisah 9:1-9
NATS: Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang terkasih (Kolose 1:13)

Ketika seorang redaktur surat kabar mendengar bahwa seseorang bernama Alfred Nobel meninggal dunia, ia menyangka almarhum adalah Nobel si penemu dinamit. Karena itu, sang redaktur menerbitkan obituari berjudul "Nobel si pedagang kematian".

Ketika Nobel -- si penemu dinamit -- membaca berita tentang "kematiannya sendiri", ia bereaksi seperti seorang buta yang tiba-tiba dapat melihat kembali. Sejak hari itu, Nobel mencurahkan dirinya untuk perkara-perkara kemanusiaan -- terutama perdamaian.

Saulus dari Tarsus mengalami perubahan yang jauh lebih drastis daripada Nobel. Dalam perjalanannya ke Damsyik untuk menangkap para pengikut Yesus, Saulus bertemu dengan Tuhan sendiri. Setelah buta selama beberapa waktu karena pertemuan itu, Saulus menyerahkan sisa hidupnya untuk melayani Dia yang dulu dikejar-kejarnya. Musuh Yesus itu akhirnya menjadi rasul yang berbakti kepada-Nya (Kisah 9:15,16).

Pengalaman kita sendiri mungkin tidak begitu menggemparkan. Namun, kita harus bertanya kepada diri kita sendiri apakah kita sudah berjumpa dengan Sang Juru Selamat, yaitu Dia yang telah mengubah arah hidup kita.

Apabila Anda belum mengalaminya, bukalah Yohanes 3 dan bacalah perkataan Yesus mengenai kelahiran kembali. Lalu, dengan doa sederhana yang berisi penyesalan dosa, bukalah hati Anda kepada-Nya. Komitmen yang jujur kepada Tuhan akan membawa Anda untuk memasuki hubungan yang baru dengan Dia -- hubungan yang abadi --VCG

KESELAMATAN TAK SEKADAR MEMUTUS KEBIASAAN BURUK
TETAPI JUGA MEMBENTUK KARAKTER YANG BAIK

Sabtu, 18 Mei 2013

MELAKUKAN BAGIAN KITA

Bacaan: 2Raja-raja 20:1-7
NATS: Telah Kudengar doamu ... sesungguhnya Aku akan menyembuhkan engkau; pada hari ketiga engkau akan pergi ke rumah Tuhan (2Raja-raja 20:5)

Seorang pelari dalam perlombaan sekolah melewati garis akhir satu langkah mendahului pesaingnya. Melihat bibir pelari tersebut berkomat-kamit selama detik-detik terakhir, seorang penonton bertanya-tanya apa yang ia lakukan. Ia kemudian bertanya kepadanya. "Saya berdoa," jawab pelari tersebut. Sambil menunjuk ke arah kakinya, ia pun berkata, "Saya katakan, ‘Angkatlah kaki ini Tuhan, dan aku yang akan menurunkannya.’" Atlet itu berdoa memohon bantuan Allah, tetapi ia juga melakukan apa yang bisa dilakukan untuk menjawab doanya sendiri.

Apabila kita memohon pertolongan kepada Allah, kita harus mau melakukan apa pun yang bisa kita lakukan, menggunakan sarana apa pun yang Dia berikan. Ketika Hizkia mendengar bahwa ia akan mati, ia kemudian berdoa memohon mukjizat, dan Allah berjanji untuk memperpanjang hidupnya lima belas tahun lagi. Kemudian Yesaya memerintahkan untuk menaruh kue ara pada barah (2 Raja-raja 20:5-7). Allah memberikan kesembuhan, tetapi menggunakan usaha manusia dan sarana-sarana alami.

Suatu pagi, ada dua orang anak berjalan menuju sekolah. Tiba-tiba mereka sadar bahwa apabila mereka tidak bergegas, maka mereka akan terlambat. Salah satu dari mereka mengajak berhenti sejenak dan berdoa supaya mereka tidak terlambat masuk sekolah. "Tidak," jawab yang lain, "ayo kita berdoa sambil lari secepat mungkin."

Apabila kita memohon kepada Allah agar Dia mengerjalan sesuatu bagi kita, maka kita pun harus siap untuk melakukan bagian kita —RWD

BERDOALAH SEAKAN-AKAN SEGALANYA, TERGANTUNG PADA ALLAH;
BEKERJALAH SEAKAN-AKAN SEGALANYA, TERGANTUNG PADA ANDA!

BERSYUKURLAH

Bacaan: Mazmur 92
NATS: Adalah baik untuk menyanyikan syukur kepada Tuhan, dan untuk menyanyikan mazmur bagi nama-Mu, ya Yang Mahatinggi (Mazmur 92:2)

Mazmur 92 adalah sebuah "Nyanyian untuk hari Sabat", tempat istirahat bagi mereka yang mengalami kesesakan.

Nyanyian ini diawali dengan pujian: "Adalah baik untuk menyanyikan syukur kepada Tuhan." Hal ini membawa kebaikan bagi kita karena kita dapat berpaling dari pikiran yang resah dan tidak tenang kepada pikiran yang memberitakan "kasih setia-[Nya] di waktu pagi dan kesetiaan-[Nya] di waktu malam" (ayat 3). Allah mengasihi kita dan selalu setia! Dia membuat kita selalu bersukacita (ayat 5).

Nyanyian pujian tidak hanya membuat kita bersukacita, tetapi juga membuat kita menjadi bijaksana. Kita mulai memahami sesuatu yang berhubungan dengan kebesaran Allah dan rancangan kreatif dalam segala sesuatu yang dilakukan-Nya (ayat 6-10). Kita mendapatkan hikmat yang tersembunyi bagi mereka yang tak mengenal Allah. Orang fasik bisa "berkembang" dan "bertunas seperti tumbuh-tumbuhan" untuk sementara waktu (ayat 8), namun akhirnya mereka akan layu.

Sebaliknya, orang benar dipersatukan dengan Allah yang tinggal dalam kekekalan (ayat 9). Mereka "bertunas seperti pohon kurma" dan "seperti pohon aras di Libanon" (ayat 13), lambang keindahan yang anggun dan kekuatan yang kokoh. Itu semua karena mereka telah "ditanam di bait Tuhan" (ayat 14). Akar mereka menancap masuk ke dalam lahan kesetiaan Allah; mereka menikmati kasih-Nya yang tak akan pernah padam.

Bersyukurlah dan pujilah Tuhan hari ini! --DHR

Oh, bersyukurlah kepada Allah di surga,
Mata air kasih yang kekal,
Rahmat-Nya teguh sepanjang masa
Bertahan, dan akan berlanjut sampai kekal. --Anon.

HATI YANG SELARAS DENGAN ALLAH
AKAN SENANTIASA MENYANYIKAN PUJIAN BAGI-NYA

Jumat, 17 Mei 2013

PEMULIHAN

Bacaan: Yeremia 33:1-9
NATS: Aku akan menyembuhkan mereka dan akan menyingkapkan kepada mereka kesejahteraan dan keamanan yang berlimpah-limpah (Yeremia 33:6)

Dua puluh lima tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 18 Mei 1980, Gunung St. Helens meletus. Peristiwa ini menjadi salah satu bencana alam terbesar pada zaman modern. Puncak gunung itu menyemburkan bebatuan yang hancur setinggi 17 kilometer dan menjadi awan kelabu. Pada saat yang bersamaan, banjir batu, lumpur, dan es melanda lereng gunung itu, menghancurkan semua yang dilaluinya, menutup sungai-sungai, dan menghentikan perahu-perahu.

Selama seperempat abad yang lalu, pemerintah Amerika Serikat menghabiskan dana lebih dari 1 miliar dolar untuk pemulihan Gunung St. Helens dan perbaikan jangka panjang pada wilayah itu. Akan tetapi, berbagai pekerjaan di bidang teknik dan konstruksi yang dilakukan Korps Insinyur Tentara AS sepertinya "tidak terlihat" karena mereka membuat "banjir tidak pernah terjadi lagi, rumah dan lingkungan tidak akan hancur, dan lalu lintas perairan berjalan lancar".

Dalam proses pemulihan ini, saya melihat gambaran pengampunan dan pemulihan Allah akan bencana yang diakibatkan oleh pemberontakan kita. Ketika Allah mengizinkan umat-Nya ditawan bangsa Kasdim, Dia berjanji, "Aku akan menyembuhkan mereka dan akan menyingkapkan kepada mereka kesejahteraan dan keamanan yang berlimpah-limpah" (Yeremia 33:6).

Pemulihan rohani kerap memerlukan waktu lama. Akan tetapi apabila kita mengizinkan Allah memulihkan kehidupan kita, Dia akan dapat menghindarkan kita dari kegagalan yang akan terjadi di kemudian hari —DCM

KEKUATAN PEMBERSIHAN KRISTUS DAPAT MENGHILANGKAN
NODA DOSA YANG PALING BANDEL

KEYAKINAN DIRI YANG KELIRU

Bacaan: Roma 4:4-8
NATS: Kamu telah ditebus ... bukan dengan barang yang fana, ... melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus (1Petrus 1:18,19)

Seorang pengusaha sukses membuat suatu pernyataan, "Hampir semua agama berbicara mengenai kedatangan seorang juru selamat. Ketika Anda berkaca di pagi hari, Anda sedang melihat juru selamat itu. Tak seorang pun bisa menyelamatkan Anda selain diri Anda sendiri."

Sebagai orang kristiani, kita tak setuju dengan pandangan tersebut karena sangat bertentangan dengan Injil. Alkitab mengajarkan hal yang sama sekali berbeda dengan keyakinan diri yang egois seperti itu. Rasul Petrus berkata demikian mengenai Yesus, "Tidak ada keselamatan di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan" (Kisah 4:12).

Dalam Roma 4, kita mendapat pengajaran yang jelas bahwa hanya karena iman, bukan karena perbuatan, kita dapat bersekutu dengan Allah: "Tetapi kepada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan sebagai kebenaran" (ayat 5). Dan, kita membaca dalam Roma 3:28, "Karena kami yakin bahwa manusia dibenarkan karena iman, bukan karena melakukan hukum Taurat." Tidak ada cara lain -- bukan dengan uang ataupun perbuatan baik -- yang dapat membuat Allah menerima diri kita yang berdosa.

Kita tidak dapat menyelamatkan diri sendiri. Kita hanya dapat diselamatkan oleh Anak Allah, yaitu Yesus yang menjalani hidup tanpa cela, mati sebagai kurban sempurna atas dosa-dosa kita dan bangkit dari kubur --VCG

Kau tidak bisa membeli jalan menuju surga --
Upah dosa adalah maut.
Yesus rindu menyelamatkanmu dari dosa;
Jangan menunggu sampai maut menjemput. --Hess

YESUS MEMBERIKAN DIRI-NYA UNTUK MEMBERI KITA KESELAMATAN

Kadal

Ini sebuah kisah nyata yang terjadi di Jepang.

Ketika sedang merenovasi sebuah rumah, seseorang mencoba merontokan tembok. Rumah di Jepang biasanya memiliki ruang kosong di antara tembok yang terbuat dari kayu.

Ketika tembok mulai rontok, dia menemukan seekor kadal terperangkap di antara ruang kosong itu karena kakinya melekat pada sebuah paku. Dia merasa kasihan sekaligus penasaran. Lalu ketika dia mengecek paku itu, ternyata paku tersebut telah ada di situ 10 tahun lalu ketika rumah itu pertama kali dibangun.

Apa yang terjadi? Bagaimana kadal itu dapat bertahan dengan kondisi terperangkap selama 10 tahun???

Dalam keadaan gelap selama 10 tahun, tanpa bergerak sedikitpun, itu adalah sesuatu yang mustahil dan tidak masuk akal. Orang itu lalu berpikir, bagaimana kadal itu dapat bertahan hidup selama 10 tahun tanpa berpindah dari tempatnya sejak kakinya melekat pada paku itu?

Orang itu lalu menghentikan pekerjaannya dan memperhatikan kadal itu, apa yang dilakukan dan apa yang dimakannya hingga dapat bertahan. Kemudian, tidak tahu darimana datangnya, seekor kadal lain muncul dengan makanan di mulutnya…

Astaga!! Orang itu merasa terharu melihat hal itu. Ternyata ada seekor kadal lain yang selalu memperhatikan kadal yang terperangkap itu selama 10 tahun.

Sungguh ini sebuah cinta, cinta yang indah. Cinta dapat terjadi bahkan pada hewan yang kecil seperti dua ekor kadal itu. Apa yang dapat dilakukan oleh cinta? Tentu saja sebuah keajaiban.

Bayangkan, kadal itu tidak pernah menyerah dan tidak pernah berhenti memperhatikan pasangannya selama 10 tahun.

Bayangkan bagaimana hewan yang kecil itu dapat memiliki karunia yang begitu mengagumkan.

Saya tersentuh ketika mendengar cerita ini. Lalu saya mulai berpikir tentang hubungan yang terjalin antara keluarga, teman, saudara lelaki, saudara perempuan.

Berusahalah semampumu untuk tetap dekat dengan orang-orang yang kamu kasihi.

Kamis, 16 Mei 2013

Monyet

Seorang profesor sedang mengadakan penelitian terhadap beberapa ekor monyet. Monyet A dan monyet B dimasukkan ke sebuah ruangan tertutup yang di dalamnya diletakkan sebatang tiang, dimana pada puncak tiang itu terdapat setandan pisang. Monyet A mulai memanjat tiang itu, pada saat yang bersamaan, sang profesor menyiramkan air sehingga terpelesetlah monyet A dan jatuh. Monyet A berusaha untuk memanjat lagi, tapi karena licin, kembali dia terjatuh, begitu seterusnya, sehingga monyet A menyerah.

Kemudian giliran monyet B, melakukan hal yang sama dengan monyet A, berulang kali mencoba dan jatuh, menyerah jugalah monyet B.

Kemudian, sang profesor memasukkan monyet C ke dalam ruangan tersebut. Monyet C ingin memanjat tiang tersebut. Sebelum hal itu terjadi, monyet A dan monyet B dengan semangat menasehati monyet C untuk tidak mengalami hal yang konyol yaitu terpeleset dan jatuh. “Percuma kamu memanjat tiang itu, kami berdua sudah mencoba berulang kali tetapi selalu gagal.” Akhirnya monyet C menuruti nasehat kedua monyet itu, dia tidak berusaha mencoba memanjat lebih dahulu.

Kemudian sang profesor mengeluarkan monyet A dan B, dimasukkannyalah monyet D dan monyet E. Monyet D dan monyet E ingin sekali memanjat tiang itu, tetapi monyet C mencoba menasehati mereka untuk tidak sekali-kali memanjatnya kalau tidak ingin terpeleset dan jatuh. Monyet D mendengar dan mematuhi nasehat tersebut, dia tidak berusaha untuk memanjat

Tapi lain halnya dengan monyet E, dia tidak mendengarkan nasehat itu, dia tidak terpengaruh dengan nasehat itu, dia mulai mencoba untuk memanjat. “Apa salahnya mencoba?” pikir monyet E. Karena sang profesor tidak memberi air lagi pada tiang itu, monyet E akhirnya dapat mencapai puncak dan mendapatkan pisang.

Ada beberapa karakter yang dapat kita jumpai:

Monyet A dan monyet B:
Ibaratnya adalah orang yang mempunyai karakter dengan mudahnya menyerah kalah dan dengan mudahnya mempengaruhi orang lain untuk tidak berusaha, menanamkan input-input negatif kepada orang lain. Padahal 99% kita-kita yang merasa gagal sebetulnya belum tentu gagal, hanya saja kita cepat menyerah. Sangat disayangkan bahwa dunia ini sebenarnya dipenuhi oleh orang-orang hebat yang potensial, tetapi terlalu cepat menyerah. Banyak dari kita yang keburu sudah mati sebelum mencoba menggali seluruh potensi yang ada pada diri kita.

Monyet C dan monyet D:
Ibaratnya adalah orang yang mempunyai karakter mudah sekali percaya dengan input-input negatif yang dia terima, tanpa mau bersusah-susah untuk meraih kesuksesan, orang-orang yang takut gagal, padahal belum mencoba. Kita cenderung mengikuti falsafah Jan Spoelman “Kalau ragu, lebih baik tidak usah dilakukan”. Jika kita tidak pernah mencoba, kita sudah pasti tidak akan pernah berhasil. Kita berjuang bukan dengan kepandaian, tetapi dengan kegigihan.

Monyet E:
Ibaratnya adalah orang yang mempunyai karakter tidak mudah terpengaruh dengan input-input negatif, orang yang selalu berjuang untuk mendapatkan kesuksesan, berani mencoba dan tidak takut gagal. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang tidak pernah mengalami kegagalan. Orang yang sukses selalu bangkit kembali meskipun sudah jatuh. Kalau kita ingin berhasil, kita harus berani mengambil RESIKO.

ANDA SUKA MENGELUH?

Bacaan: Bilangan 11:1-10
NATS: Bangsa itu bersungut-sungut di hadapan Tuhan ... dan ketika Tuhan mendengarnya bangkitlah murka-Nya (Bilangan 11:1)

Alkisah, ada seorang petani yang terkenal karena sikapnya yang negatif. Suatu hari seorang tetangga berhenti dan mengomentari tanaman si petani yang tumbuh dengan subur. "Anda pasti sangat gembira dengan panen tahun ini," katanya. Si petani dengan enggan menjawab, "Ya, betul, memang kelihatannya baik. Tetapi hasil bumi yang istimewa ini sangat sulit ditanam."

Bangsa Israel juga suka mengeluh. Dengan penuh keajaiban Allah telah memelihara mereka selama menempuh perjalanan melalui gurun yang ganas, tetapi mereka terus-menerus mengeluh. Misalnya, mereka mengomel tentang manna yang disediakan dengan begitu murah hati oleh Allah. Ketika teringat akan ikan, timun, melon, bawang prei, bawang merah, dan bawang putih dari Mesir, mereka pun merajuk, "Tidak ada sesuatu apa pun, kecuali manna ini saja yang kita lihat" (Bilangan 11:6). Betapa tidak bersyukurnya mereka!

Kadang-kadang kita juga cenderung memikirkan hal-hal yang negatif daripada yang positif. Kita menggerutu dan melawan Tuhan, saat kita seharusnya memuji Dia atas berkat-berkat-Nya yang tiada habisnya. Saat Allah mengizinkan kekecewaan dan kehilangan terjadi dalam hidup ini demi kebaikan rohani kita, maka kita begitu larut untuk membiarkan hal-hal itu mengalihkan perhatian kita dari kasih Allah.

Apabila kita tergoda untuk mengomel dan tidak bersyukur, ingatlah akan peringatan dari Bilangan 11:1, "Bangsa itu bersungut-sungut di hadapan Tuhan ... dan ketika Tuhan mendengarnya bangkitlah murka-Nya" --RWD

SEBAGIAN ORANG MENJALANI HIDUP DENGAN BERSUNGUT-SUNGUT

SAMPAH ORGANIK

Bacaan: Yeremia 32:16-25
NATS: [Engkau] ... agung dalam perbuatan-Mu; mata-Mu terbuka terhadap segala tingkah langkah anak-anak manusia (Yeremia 32:19)

Ketika terjadi peristiwa besar—berkat atau tragedi—kita segera mengenalinya dan menanggapi dengan pujian atau permohonan kepada Allah. Ketika mendapatkan pekerjaan yang sudah lama dicari-cari, mendengar orang yang kita kasihi menerima Kristus, atau mendengar berita buruk dari dokter, kita teringat akan Allah dan berpaling kepada-Nya. Tetapi dalam hal-hal kecil—pekerjaan rutin, sederhana, kecil—kita mudah mengabaikan bahwa Dia sedang bekerja (Yeremia 32:19).

Allah pun mengerjakan hal besar dan kecil di hutan. Di hutan kita melihat bahwa permukaan tanahnya tertutup oleh bahan organik yang sebagian sudah membusuk. Lapisan itu berasal dari dedaunan dan ranting. Tetapi jika Anda menggaruk humus tersebut, Anda akan menemukan berbagai hal kecil penting yang sedang berlangsung. Tanah itu kaya, gelap, dan tercium bau kehidupan. Tanah itu penuh tanaman-tanaman kecil, serangga, dan berbagai jamur. Di bawah bahan organik yang menutupi tanah itu sedang berlangsung suatu proses yang penting, karena dengan cara demikian Allah membangun hutan masa depan.

Dengan cara serupa Tuhan berkarya dalam umat-Nya. Tentu saja Dia memerhatikan masalah-masalah besar kehidupan. Tetapi Dia juga berkarya "di bawah lapisan organik" melalui aktivitas sehari-hari, menyiapkan kita untuk tugas-tugas penting yang telah Dia rencanakan untuk kita.

Jadi ketika tugas duniawi yang sederhana mengecilkan hati Anda, bersyukurlah kepada Allah atas hal kecil yang sedang berlangsung di bawah "humus" —DCE

MATA IMAN MELIHAT ALLAH BERKARYA DALAM SEGALA HAL

Bunda, Tolong Mandikan Aku Sekali Saja

Bunda, Tolong Mandikan Aku Sekali Saja

Dewi adalah sahabat saya, ia adalah seorang mahasiswi yang berotak cemerlang dan memiliki idealisme yang tinggi. Sejak masuk kampus, sikap dan konsep dirinya sudah jelas: meraih yang terbaik di bidang akademis maupun profesi yang akan digelutinya. “Why not to be the best?” begitu ucapan yang kerap kali terdengar dari mulutnya, mengutip ucapan seorang mantan presiden Amerika.

Ketika kampus mengirim mahasiswa untuk studi Hukum Internasional di Universiteit Utrecht-Belanda, Dewi termasuk salah satunya.

Setelah menyelesaikan kuliahnya, Dewi mendapat pendamping hidup yang “selevel”; sama-sama berprestasi, meski berbeda profesi. Tak lama berselang lahirlah Bayu, buah cinta mereka, anak pertamanya tersebut lahir ketika Dewi diangkat menjadi staf diplomat, bertepatan dengan suaminya meraih PhD. Maka lengkaplah sudah kebahagiaan mereka.

Ketika Bayu, berusia 6 bulan, kesibukan Dewi semakin menggila. Bak seekor burung garuda, nyaris tiap hari ia terbang dari satu kota ke kota lain, dan dari satu negara ke negara lain. Sebagai seorang sahabat setulusnya saya pernah bertanya padanya, “Tidakkah si Bayu masih terlalu kecil untuk ditinggal-tinggal oleh ibundanya?” Dengan sigap Dewi menjawab, “Oh, saya sudah mengantisipasi segala sesuatunya dengan sempurna. Everything is OK! Don’t worry, everything is under control kok!” begitulah selalu ucapannya, penuh percaya diri.

Ucapannya itu memang betul-betul ia buktikan. Perawatan anaknya, ditangani secara profesional oleh baby sitter termahal. Dewi tinggal mengontrol jadwal Bayu lewat telepon. Pada akhirnya Bayu tumbuh menjadi anak yang tampak lincah, cerdas, mandiri, dan mudah mengerti. Kakek neneknya selalu memompakan kebanggaan kepada cucu semata wayang itu, tentang betapa hebatnya ibu-bapaknya. Tentang gelar Phd. dan nama besar, tentang naik pesawat terbang, dan uang yang berlimpah. “Contohlah ayah bundamu, Bayu, kalau Bayu besar nanti jadilah seperti Bunda.” Begitu selalu nenek Bayu berpesan di akhir dongeng menjelang tidurnya.

Ketika Bayu berusia 5 tahun, neneknya menyampaikan kepada Dewi kalau Bayu minta seorang adik untuk bisa menjadi teman bermainnya di rumah apabila ia merasa kesepian. Terkejut dengan permintaan tak terduga itu, Dewi dan suaminya kembali meminta pengertian anaknya. Kesibukan mereka belum memungkinkan untuk menghadirkan seorang adik buat Bayu. Lagi-lagi bocah kecil ini pun mau “memahami” orangtuanya. Dengan bangga Dewi mengatakan bahwa kamu memang anak hebat, buktinya, kata Dewi, kamu tak lagi merengek minta adik.

Bayu, tampaknya mewarisi karakter ibunya yang bukan perengek dan sangat mandiri. Meski kedua orangtuanya kerap pulang larut, ia jarang sekal ngambek. Bahkan, tutur Dewi pada saya, Bayu selalu menyambut kedatangannya dengan penuh ceria. Maka Dewi sering memanggilnya malaikat kecilku. Sungguh keluarga yang bahagia, pikir saya. Meski kedua orangtuanya super sibuk, namun Bayu tetap tumbuh dengan penuh cinta dari orang tuanya. Diam-diam, saya jadi sangat iri pada keluarga ini.

Suatu hari, menjelang Dewi berangkat ke kantor, entah mengapa Bayu menolak dimandikan oleh baby sitternya. Bayu ingin pagi ini dimandikan oleh Bundanya. “Bunda aku ingin mandi sama bunda… please…please bunda,” pinta Bayu dengan mengiba-iba penuh harap.

Karuan saja Dewi, yang detik demi detik waktunya sangat diperhitungkan merasa gusar dengan permintaan anaknya. Ia dengan tegas menolak permintaan Bayu, sambil tetap gesit berdandan dan mempersiapkan keperluan kantornya. Suaminya pun turut membujuk Bayu agar mau mandi dengan baby sitternya. Lagi-lagi, Bayu dengan penuh pengertian mau menurutinya, meski wajahnya cemberut.

Peristiwa ini terus berulang sampai hampir sepekan. “Bunda, mandikan aku! Ayo dong bunda mandikan aku sekali ini saja…” Kian lama suara Bayu semakin penuh tekanan. Tapi toh, Dewi dan suaminya berpikir, mungkin itu karena Bayu sedang dalam masa pra-sekolah, jadinya agak lebih minta perhatian. Setelah dibujuk-bujuk, akhirnya Bayu bisa ditinggal juga dan mandi bersama baby sitternya.

Sampai suatu sore, Dewi dikejutkan oleh telepon dari sang baby sitter, “Bu, hari ini Bayu panas tinggi dan kejang-kejang. Sekarang sedang diperiksa di Ruang Emergency.” Dewi, ketika diberi tahu soal Bayu,sedang meresmikan kantor barunya di Medan. Setelah tiba di Jakarta, Dewi langsung ngebut ke UGD. Tapi sayang… terlambat sudah… Tuhan sudah punya rencana lain. Bayu, si malaikat kecil, keburu dipanggil pulang oleh Tuhannya. Terlihat Dewi mengalami shock berat. Setibanya di rumah, satu-satunya keinginan dia adalah untuk memandikan putranya, setelah beberapa hari lalu Bayu mulai menuntut ia untuk memandikannya. Dewi pernah berjanji pada anaknya untuk suatu saat memandikannya sendiri jika ia tidak sedang ada urusan yang sangat penting. Dan siang itu, janji Dewi akhirnya terpenuhi juga, meskipun setelah tubuh si kecil terbujur kaku.

Di tengah para tetangga yang sedang melayat, terdengar suara Dewi dengan nada yang bergetar berkata, “Ini Bunda, Nak. Hari ini Bunda mandikan Bayu, ya sayang? Akhirnya Bunda penuhi juga janji Bunda, ya Nak?” Lalu segera saja satu demi satu orang-orang yang melayat dan berada di dekatnya tersebut berusaha untuk menyingkir dari sampingnya, sambil tak kuasa untuk menahan tangis mereka.

Ketika tanah merah telah mengubur jasad si kecil, para pengiring jenazah masih berdiri mematung di sisi pusara sang Malaikat Kecil. Berkali-kali Dewi, sahabatku yang tegar itu, berkata kepada rekan-rekan di sekitanya, “Ini kan sudah takdir, ya kan? Sama saja, aku di sebelahnya atau pun di seberang lautan, kalau sudah saatnya dipanggil, ya dia pergi juga, iya kan?” Saya yang saat itu tepat berada di sampingnya diam saja.

Seolah-olah Dewi tak merasa berduka dengan kepergian anaknya dan sepertinya ia juga tidak perlu hiburan dari orang lain. Sementara di sebelah kanannya, suaminya berdiri mematung seperti tak bernyawa. Wajahnya pucat pasi dengan bibir bergetar tak kuasa menahan air mata yang mulai meleleh membasahi pipinya. Sambil menatap pusara anaknya, terdengar lagi suara Dewi berujar, “Inilah konsekuensi sebuah pilihan!” lanjut Dewi, tetap mencoba untuk tegar dan kuat.

Angin senja meniupkan aroma bunga kamboja yang menusuk hidung hingga ke tulang sumsum. Tak lama setelah itu tanpa diduga-duga tiba- tiba saja Dewi jatuh berlutut, lalu membantingkan dirinya ke tanah tepat di atas pusara anaknya sambil berteriak-teriak histeris. “Bayu, maafkan Bunda ya sayang… Ampuni bundamu, ya Nak?” serunya berulang-ulang sambil membenturkan kepalanya ke tanah, dan segera terdengar tangis yang meledak-ledak dengan penuh berurai air mata membanjiri tanah pusara putra tercintanya yang kini telah pergi untuk selama-lamanya. Sepanjang persahabatan kami, rasanya baru kali ini saya menyaksikan Dewi menangis dengan histeris seperti ini.

Lalu terdengar lagi Dewi berteriak-teriak histeris. “Bangunlah Bayu sayangku… Bangun Bayu cintaku, ayo bangun Nak…” pintanya berulang-ulang, “Bunda mau mandikan kamu sayang… Tolong beri kesempatan Bunda sekali saja Nak… Sekali ini saja, Bayu… anakku…” Dewi merintih mengiba-iba sambil kembali membenturkan kepalanya berkali-kali ke tanah, lalu ia peluki dan ciumi pusara anaknya bak orang yang sudah hilang ingatan. Air matanya mengalir semakin deras membanjiri tanah merah yang menaungi jasad Bayu.

Senja semakin senyap, aroma bunga kamboja semakin tercium kuat manusuk hidung membuat seluruh bulu kuduk kami berdiri menyaksikan peristiwa yang menyayat hati ini, tapi apa hendak dikata, nasi sudah menjadi bubur, sesal kemudian tak berguna. Bayu tidak pernah mengetahui bagaimana rasanya dimandikan oleh orangtuanya karena mereka merasa bahwa banyak hal yang jauh lebih penting dari pada hanya sekedar memandikan seorang anak.

Semoga kisah ini bisa menjadi pelajaran berharga bagi kita semua para orang tua yang sering merasa hebat dan penting dengan segala kesibukannya.

Rabu, 15 Mei 2013

MILIK TERBAIK KITA

Bacaan: Efesus 2:4-10
NATS: Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah (Efesus 2:8)

Penyair Chili, Pablo Neruda, adalah seorang anak yang kesepian dan tidak bahagia. Ia tidak memiliki saudara dan teman. Suatu hari ia mengamati halaman belakang rumahnya dan menemukan sebuah lubang di pagar yang mengelilingi halaman tersebut. Tiba-tiba sebuah tangan mungil yang membawa sebuah mainan terjulur ke arahnya dari seberang pagar. Tetapi tangan itu tiba-tiba menghilang. Ia mendapatkan domba mainan kecil di tanah.

Pablo kemudian berlari ke dalam rumah dan mengambil benda miliknya yang terbaik, yaitu buah pinus. Ia menaruhnya di tempat yang sama dan berlari sambil membawa domba mainan tersebut. Domba mainan itu akhirnya menjadi benda yang paling ia sukai.

Pertukaran hadiah itu membawanya kepada fakta yang sederhana namun mendalam: Menyadari bahwa Anda dipedulikan oleh seseorang merupakan karunia hidup yang paling berharga. "Pertukaran hadiah kecil dan misterius itu tetap melekat di hati saya," katanya, "tersimpan dalam-dalam dan kekal."

Membaca kisah ini membuat saya memikirkan karunia Allah bagi Anda dan saya—tangan-Nya yang terulur kepada kita dengan penuh kasih mengutus Putra-Nya Yesus untuk mati bagi dosa-dosa kita. Keselamatan merupakan karunia yang "tersimpan dalam-dalam dan kekal" dari Allah, yang diterima karena kasih karunia melalui iman.

Bagaimana tanggapan kita terhadap kasih dan rahmat Allah yang tak terbatas? Mari kita berikan milik kita yang terbaik, yaitu hati kita —DHR

YESUS MEMBERIKAN SEGALANYA BAGI KITA
APAKAH KITA MEMBERIKAN SEGALANYA BAGI DIA?

Cerita Cinta Manusia

Di jaman dulu kala, sebuah legenda kuno mengatakan bahwa manusia memiliki dua kepala dan satu tubuh, sehingga manusia dikatakan hidup sepasang-sepasang sejak mereka dilahirkan di dunia.

Dari kecil sampai mereka mati, mereka selalu hidup bersama, karena mereka bukan lagi dua tetapi satu. Tiap manusia hidup tak terpisahkan dengan pasangannya, dalam satu individu terdapat dua pribadi yang menyatu.

Mereka sangat bahagia, hidup mereka menjadi sangat berarti, karena meski nantinya mereka akan mati, tetapi mereka merasa bahagia karena memiliki cinta yang sangat berarti, meski tak hidup abadi,tetapi mereka memiliki cinta yang sangat membuat manusia merasa hidup sangat bahagia di dunia. Para dewa yang melihat kehidupan manusia ini menjadi sangat cemburu. Mereka memiliki hidup yang abadi, tetapi tidak memiliki cinta seperti para manusia. Hidup para manusia waktu itu sungguh sangat bahagia, hingga pada suatu hari karena memiliki dua pribadi yang berbeda, sang pria memiliki anggapan, jika aku terpisah dari wanita tentu aku akan lebih cepat dalam bekerja, aku akan lebih banyak lagi memperoleh hasil dari pekerjaanku, sehingga lebih banyak lagi hadiah yang dapat kuberikan untuk wanitaku, bahkan aku mungkin dapat mendapatkan wanita yang lebih baik dan lebih cantik lagi. Sedangkan sang wanita beranggapan, jika aku terpisah dari pria tentu aku akan lebih punya waktu untuk merawat wajah dan berdandan ketika aku mau pergi ke pesta, sehingga aku dapat tampil lebih cantik lagi di sisi priaku, bahkan aku bisa mendapatkan pria yang lebih baik lagi dan lebih gagah.

Sang dewa mengetahui isi hati mereka dan mendatangi mereka satu per satu di dalam mimpi mereka. Singkat cerita impian mereka terwujud, impian mereka terkabul. Keesokan pagi harinya mereka terbangun dan langsung melihat bahwa dirinya sekarang adalah dirinya sendiri, tak ada lagi pasangan hidupnya yang menyatu dengan dirinya. Mereka pun hidup sendiri-sendiri, seperti pada saat ini.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun. Di dalam hati para manusia mulai ada rasa yang tak pernah mereka rasakan sebelumnya. Mereka mulai merasakan apa yang kita kenal sebagai kangen. Mereka mulai merasa kangen dengan belahan jiwanya masing-masing. Mereka berhasil dalam impian mereka, sang pria menjadi lebih cepat dalam bekerja, mempunyai banyak uang, dapat kenal dengan begitu banyak wanita, tetapi hatinya tetap merasa kurang karena dia tidak memiliki lagi belahan jiwanya, belahan jiwanya telah terpisah darinya. Sedangkan sang wanita, mereka juga menjadi semakin lebih cantik karena punya lebih banyak waktu untuk merawat kecantikan mereka, mereka dapat pergi ke banyak pesta dengan pria yang mereka inginkan, tetapi tetap merasa kurang karena mereka tidak bersama dengan belahan jiwanya, belahan jiwanya telah berada entah di mana.

Mereka pun satu demi satu kembali memohon kepada para dewa untuk mempersatukan mereka kembali dan mereka pun akhirnya harus berusaha untuk mencari pasangan hidup mereka. Ada yang cepat mendapatkan kembali pasangan hidup mereka, ada juga yang harus menunggu lama, ada yang salah memilih karena terlalu cepat memutuskan, ada yang menyesal karena mendapat pasangan yang tidak sesuai dengan apa yang mereka harapkan, ada yang hidup bersama sampai mereka lanjut usia, ada yang hanya bisa bertahan dalam beberapa tahun, ada yang bertemu dan hidup bahagia, ada yang bertemu tetapi harus berpisah karena perbedaan yang tak mengijinkan mereka untuk bersama, ada yang bertemu tepat saat mereka membutuhkan orang yang mencintai mereka, ada yang bertemu tetapi pasangan hidup mereka telah salah memilih pasangan hingga cinta mereka pun tak bisa bersatu, ada yang dengan mudah untuk bersatu, ada juga yang harus berusaha mati-matian untuk bersatu, ada pula yang bertemu saat ajal akan menjemput mereka.

Masih banyak lagi masalah yang mereka hadapi untuk bersatu dengan pasangan hidup mereka yang tak dapat disebutkan satu per satu. Namun, seperti pada awalnya manusia dilahirkan di dunia dengan sepasang-sepasang, meski mereka tak hidup abadi, tetapi hidup mereka menjadi sangat berarti. Hidup mereka sangat berarti meski mereka telah terpisah dari pasangan hidupnya masing-masing.

PERJUANGAN, PENANTIAN, DAN PENGORBANAN YANG MEREKA BERIKAN UNTUK MENDAPATKAN PASANGAN HIDUPNYA YANG MEMBUAT HIDUP MEREKA MEMILIKI ARTI…

Milikilah cintamu, sayangi, kasihi, dan cintailah cintamu.

Selasa, 14 Mei 2013

DEMI ANAK-ANAK

Bacaan: Mazmur 68:6; Markus 10:13-16
NATS: Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan halang-halangi mereka (Markus 10:14)

Kebanyakan remaja yang baru saja mengunjungi panti asuhan Robin's Nest di dekat Montego Bay, Jamaika, menangis. "Ini tak adil," kata seorang remaja putri setelah kunjungan singkat itu. "Kita punya banyak hal, tetapi mereka tak memiliki apa pun." Selama kunjungan 2 jam itu, sambil membagikan boneka binatang dan bermain dengan anak-anak, seorang remaja putri memeluk seorang anak perempuan yang tak pernah tersenyum dan sedang bersedih. Kami mendapati bahwa ia menjadi korban aniaya orangtuanya sebelum ia ditampung di panti asuhan.

Bayangkan jika keadaan anak perempuan kecil ini menimpa jutaan anak, kita pasti akan menjadi mudah terharu. Teman remaja saya ini benar. Ini tidak adil. Penganiayaan, kemiskinan, dan penelantaran telah mengubah hidup jutaan anak menjadi mimpi buruk.

Hal ini sungguh menyakitkan hati Allah! Yesus, yang berkata, "Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku" (Markus 10:14), pasti akan sedih melihat bagaimana anak-anak ini diperlakukan.

Apa yang dapat kita lakukan? Dalam nama Yesus, kita dapat membantu panti asuhan secara finansial. Jika mungkin, kita bisa terjun langsung membantu mereka. Jika kita merasa terpanggil, kita dapat menyediakan rumah bagi anak-anak yang berharga ini. Dan, kita semua bisa berdoa -- memohon agar Allah menolong mereka yang mengalami ketidakadilan dalam hidupnya.

Mari kita tunjukkan kasih Allah kepada anak-anak melalui hati dan tangan kita --JDB

Menjangkau anak-anak yang sengsara,
Menunjukkan kasih dan kepedulian kita,
Itulah salah satu cara Allah memakai kita
Membangkitkan asa di tengah kemalangan mereka. --Sper

TUNJUKKANLAH KASIH YESUS KEPADA SEORANG ANAK HARI INI

Cerita Dibalik Jendela

Dua orang pria, keduanya menderita sakit keras, sedang dirawat di sebuah kamar rumah sakit. Seorang di antaranya menderita suatu penyakit yang mengharuskannya duduk di tempat tidur selama satu jam di setiap sore untuk mengosongkan cairan dari paru-parunya. Kebetulan, tempat tidurnya berada tepat di sisi jendela satu-satunya yang ada di kamar itu. Sedangkan pria yang lain harus berbaring lurus di atas punggungnya.

Setiap hari mereka saling bercakap-cakap selama berjam-jam. Mereka membicarakan istri dan keluarga, rumah, pekerjaan, keterlibatan mereka di ketentaraan, dan tempat-tempat yang pernah mereka kunjungi selama liburan. Setiap sore, ketika pria yang tempat tidurnya berada dekat jendela diperbolehkan untuk duduk, ia menceritakan tentang apa yang terlihat di luar jendela kepada rekan sekamarnya. Selama satu jam itulah, pria ke dua merasa begitu senang dan bergairah membayangkan betapa luas dan indahnya semua kegiatan dan warna-warna indah yang ada di luar sana.

“Di luar jendela, tampak sebuah taman dengan kolam yang indah. Itik dan angsa berenang-renang cantik, sedangkan anak-anak bermain dengan perahu-perahu mainan. Beberapa pasangan berjalan bergandengan di tengah taman yang dipenuhi dengan berbagai macam bunga berwarnakan pelangi. Sebuah pohon tua besar menghiasi taman itu. Jauh di atas sana terlihat kaki langit kota yang mempesona. Suatu senja yang indah.”

Pria pertama itu menceritakan keadaan di luar jendela dengan detil, sedangkan pria yang lain berbaring memejamkan mata membayangkan semua keindahan pemandangan itu. Perasaannya menjadi lebih tenang dalam menjalani kesehariannya di rumah sakit itu. Semangat hidupnya menjadi lebih kuat, percaya dirinya kian bertambah.

Pada suatu sore yang lain, pria yang duduk di dekat jendela menceritakan tentang parade karnaval yang sedang melintas. Meski pria yang ke dua tidak dapat mendengar suara parade itu, namun ia dapat melihatnya melalui pandangan mata pria yang pertama yang menggambarkan semua itu dengan kata-kata yang indah.

Begitulah seterusnya, dari hari ke hari. Dan, satu minggu pun berlalu. Suatu pagi, perawat datang membawa sebaskom air hangat untuk mandi. Ia mendapati ternyata pria yang berbaring di dekat jendela itu telah meninggal dunia dengan tenang dalam tidurnya. Perawat itu menjadi sedih lalu memanggil perawat lain untuk memindahkannya ke ruang jenazah.

Kemudian pria yang kedua ini meminta pada perawat agar ia bisa dipindahkan ke tempat tidur di dekat jendela itu. Perawat itu
menuruti kemauannya dengan
senang hati dan mempersiapkan
segala sesuatunya. Ketika semuanya selesai, ia meninggalkan pria tadi seorang diri dalam kamar. Dengan perlahan dan kesakitan, pria ini memaksakan dirinya untuk bangun. Ia ingin sekali melihat keindahan dunia luar melalui jendela itu. Betapa senangnya, akhirnya ia bisa melihat sendiri danmenikmati semua keindahan itu.

Hatinya tegang, perlahan ia menjengukkan kepalanya ke jendela di samping tempat tidurnya. Apa yang dilihatnya? Ternyata, jendela itu menghadap ke sebuah TEMBOK KOSONG!!! Ia berseru memanggil perawat dan menanyakan apa yang membuat teman pria yang sudah wafat tadi bercerita seolah-olah melihat semua pemandangan yang luar biasa indah di balik jendela itu? Perawat itu menjawab bahwa sesungguhnya pria tadi adalah seorang yang buta, bahkan tidak bisa melihat tembok sekalipun. “Barangkali ia ingin memberimu
semangat hidup,” kata perawat itu.

Ujaran-ujaran yang bersemangat, tutur kata yang membangun, selalu menghadirkan sisi terbaik dalam hidup kita. Menyampaikan setiap ujaran dengan santun, akan selalu lebih baik daripada menyampaikannya dengan ketus, gerutu, atau dengan kesal.

Menyampaikan keburukan, sebanding dengan setengah kemuraman, namun, menyampaikan kebahagiaan akan melipatgandakan kebahagiaan itu sendiri. Ada hal-hal yang mempesona saat kita mampu memberikan kebahagiaan kepada orang lain.