Rabu, 09 Januari 2013

Kisah Seorang Pak Bon

Dikisahkan ada seorang penjaga sekolah atau sering dipanggil Pak Bon yang buta huruf. Dia telah berpuluh-puluh tahun mengabdi di sebuah sekolah yang cukup ternama. Dia selalu melakukan apa yang menjadi tugas dan kewajibannya dengan baik. Dia juga sangat dihormati dikalangan guru dan siswa karena keramahan dan kebaikannya. Dia terkenal dengan keuletannya dalam bekerja dan keramahannya pada siapa saja, maka tidak heran jika banyak orang yang dekat dengan dia.

Pada suatu hari, bergantilah kepala sekolah di tempat dia bekerja. Seiring bergantinya kepala sekolah tersebut, berganti pulalah peraturan-peraturan yang ada didalamnya. Salah satu peraturan yang dirubah adalah, setiap pegawai di sekolahan tersebut haruslah dapat membaca dan menulis.

Ketika peraturan tersebut dibuat, banyak guru dan murid yang memprotesnya, karena mereka tahu bahwa Pak Bon adalah seorang buta yang huruf dan mereka sudah terlanjur dekat pada Pak Bon tersebut.

Tetapi peraturan tetaplah peraturan, mau tidak mau pak Bon tersebut harus melepas jabatannya sebagai Pak Bon di sekolah tersebut.

Banyak yang bersedih melihat peristiwa ini, mereka tidak tega melihat Pak Bon yang sudah sekian lama bekerja, harus dikeluarkan dari sekolah. Banyak yang kasihan dengan Pak Bon, karena bagaimanapun beliau memiliki keluarga yang butuh sandang, pangan dan papan. Selama ini Pak Bon tinggal di sekolah tersebut, tidak memiliki rumah yang lain. Padahal sekarang dia sudah tidak memiliki pekerjaan dan penghasilan. Akhirnya para guru dan murid menghimpun sejumlah uang untuk meringankan bebannya.

Awalnya Pak Bon tersebut merasa kecewa kepada kepala sekolah. Beliau merasa kepala sekolah yang baru telah mengusirnya dengan semena-mena. Beliau sedih, mengingat sudah berpuluh-puluh tahun mengabdi di sekolahan tersebut. Dia menjadi Pak Bon sejak sekolahan tersebut berdiri, dia merasa sekolahan itu sudah menjadi rumahnya dan guru serta murid adalah saudaranya.

Tetapi melihat dukungan dari orang yang sudah dia anggap menjadi saudara tersebut, bangkitlah semangatnya untuk kembali menjalani hidup. Dia sangat bersyukur karena memiliki orang-orang yang sangat mengasihinya, dan dia tidak ingin mengecewakan mereka. Dengan sisa uang yang dimilikinya, ditambah uang pesangon dan uang hasil sumbangan, bapak tersebut menyewa sebuah rumah dan membangun toko kelontong kecil-kecilan.

Toko tersebut diberi nama “TOSERBA”, toko serba ada, walaupun hanya sedikit sedikit karena terbatas modal. Dengan ketelatenannya, dengan ketekunannya, beliau mulai menabung.

Sedikit demi sedikit, lama-lama tokonya menjadi toko yang besar. Setelah 3 tahun berjalan, bapak tersebut menjadi seorang wirausahawan yang sukses. Beliau memiliki 5 toko serba ada yang besar dan cukup ternama di kotanya. Beliau yang tidak mengenal baca dan tulis memiliki puluhan karyawan yang kebanyakan lulusan D3 dan S1.


Sungguh luar biasa jika Tuhan ingin mengubah hidup seseorang, rencanaNya kadang diluar pemikiran kita.

Kadang kita enggan untuk meninggalkan zona nyaman kita. Kita kadang lebih senang menambatkan perahu kita di pinggiran. Kita tidak ingin melepas tambatan tersebut dan mendayung perahu kita lebih ke tengah, karena kita tahu di sana ada badai yang bisa datang kapan saja.

Kita lebih senang tertambat di pinggir, karena kita merasa aman dan nyaman di sana. Tapi satu hal yang perlu kita ketahui, kalau tidak ada badai bagaimana Tuhan dapat menunjukkan kuasaNya atas hidup kita?

Seperti halnya kisah Pak Bon di atas, jika dia tidak dipecat, selamanya dia hanya akan menjadi seorang Pak Bon.

Semua pilihan ada di tangan kita masing-masing. Maukah kita melepas tambatan perahu kita dan mengarungi samudra kehidupan dengan Yesus?

*Pengkhotbah 3:11,
Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.

Tuhan Yesus Memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar