*Kejadian 15:1,
Kemudian datanglah firman TUHAN kepada Abram dalam suatu penglihatan:
"Janganlah takut, Abram, Akulah perisaimu; upahmu akan sangat besar."
Suatu malam sebuah rumah terbakar dan seorang anak laki-laki dipaksa
untuk melarikan diri dari api dengan melompat dari atas atap. Ayahnya
berdiri di bawah dengan menengadahkan tangannya sambil berteriak,
"Lompatlah anakku, ayah akan
menangkapmu!" Tetapi anak itu sangat takut karena ia tidak dapat melihat
ayahnya. Yang ada dipandangannya hanyalah nyala api, asap dan
kegelapan. Ia begitu ketakutan. Namun sang ayah tetap berteriak,
"Lompatlah anakku! Aku akan menangkapmu!" Tetapi tetap saja anak itu
menolak sambil menangis, "Ayah, aku tidak bisa melihatmu!" Sang ayah
menjawab, "Tidak apa-apa anakku. Yang penting, ayah dapat melihatmu!"
Kadangkala kita menemukan diri kita berada di tengah pencobaan hidup
yang berapi-api dan yang ada dipandangan kita hanyalah asap dan nyala
api. Namun dengan iman kita percaya bahwa Tuhan yang akan menangkap kita
saat kita melompat. Kerinduan Tuhan adalah meresponi iman kita. Ia
ingin agar kita lompat ke dalam tanganNya, apalagi saat kita tidak dapat
melihat Dia.
George Mueller berkata, "Iman tidak bergerak di
dalam alam kemungkinan. Tidak ada kemuliaan bagi Tuhan di dalam
kemungkinan manusia. Iman dimulai saat berakhirnya kekuatan manusia."
Latihlah iman Anda hari ini, maka akan datang tangan Bapa yang besar dan kuat bagi kita.
Rabu, 09 Januari 2013
KISAH IKAN
Pada suatu hari, seorang ayah mengajak anaknya
duduk-duduk di tepi sebuah sungai.Berkatalah sang Ayah, “Lihatlah
sungai itu, tahukah kau nak kalo air itu begitu penting bagi kehidupan
ini, tanpa air kita semua akan mati.”
Pada saat yang bersamaan, seekor ikan kecil mendengarkan percakapan ayah dan anak tersebut. Ia mendadak menjadi sangat gelisah dan ingin tahu apakah air itu, kenapa oran tadi mengatakan air sangat penting dalam kehidupan ini. Seberapa pentingnyakah air itu?
Lalu ikan kecil itu berenang dari hulu sampai ke hilir sungai sambil bertanya kepada setiap ikan yang ditemuinya, “Hai, tahukah kamu apa itu air dan dimanakah aku dapat menemukannya? Aku telah mendengar percakapan manusia bahwa tanpa air kehidupan akan mati.” Ternyata semua ikan yang ia temui tidak mengetahui di mana air itu.
Si ikan kecil itu pun menjadi semakin gelisah. Lalu ia berenang menuju sebuah mata air untuk bertemu dengan seekor ikan sepuh yang sudah berpengalaman, kepada ikan sepuh itu, Ia menanyakan hal serupa, “Katakanlah, dimana air itu? Agar aku tidak lagi gelisah dan mati.”
Jawab sang ikan sepuh, “Tak usah gelisah anakku, sebenarnya air itu telah mengelilingimu sejak dahulu, sehingga kamu bukan tidak menyadari kehadirannya. Memang benar anakku, tanpa air kita akan mati.”
Apa arti cerita tersebut bagi kita? Kita kadang-kadang mengalami situasi seperti si ikan kecil, mencari kesana kemari tentang kehidupan dan kebahagiaan, padahal ia sedang menjalaninya, bahkan kebahagiaan sedang melingkupinya sampai-sampai dia tidak menyadarinya.
Kehidupan dan kebahagiaan sebenarnya ada di sekeliling kita dan sedang kita jalani, sepanjang kita mau membuka diri dan pikiran kita. Karena saat ini adalah saat yang tepat untuk berbahagia. Saat untuk berbahagia dengan keluarga kita, teman-teman kita, dan setiap orang yang ada disekitar kita.
Tuhan Yesus memberkati.
Pada saat yang bersamaan, seekor ikan kecil mendengarkan percakapan ayah dan anak tersebut. Ia mendadak menjadi sangat gelisah dan ingin tahu apakah air itu, kenapa oran tadi mengatakan air sangat penting dalam kehidupan ini. Seberapa pentingnyakah air itu?
Lalu ikan kecil itu berenang dari hulu sampai ke hilir sungai sambil bertanya kepada setiap ikan yang ditemuinya, “Hai, tahukah kamu apa itu air dan dimanakah aku dapat menemukannya? Aku telah mendengar percakapan manusia bahwa tanpa air kehidupan akan mati.” Ternyata semua ikan yang ia temui tidak mengetahui di mana air itu.
Si ikan kecil itu pun menjadi semakin gelisah. Lalu ia berenang menuju sebuah mata air untuk bertemu dengan seekor ikan sepuh yang sudah berpengalaman, kepada ikan sepuh itu, Ia menanyakan hal serupa, “Katakanlah, dimana air itu? Agar aku tidak lagi gelisah dan mati.”
Jawab sang ikan sepuh, “Tak usah gelisah anakku, sebenarnya air itu telah mengelilingimu sejak dahulu, sehingga kamu bukan tidak menyadari kehadirannya. Memang benar anakku, tanpa air kita akan mati.”
Apa arti cerita tersebut bagi kita? Kita kadang-kadang mengalami situasi seperti si ikan kecil, mencari kesana kemari tentang kehidupan dan kebahagiaan, padahal ia sedang menjalaninya, bahkan kebahagiaan sedang melingkupinya sampai-sampai dia tidak menyadarinya.
Kehidupan dan kebahagiaan sebenarnya ada di sekeliling kita dan sedang kita jalani, sepanjang kita mau membuka diri dan pikiran kita. Karena saat ini adalah saat yang tepat untuk berbahagia. Saat untuk berbahagia dengan keluarga kita, teman-teman kita, dan setiap orang yang ada disekitar kita.
Tuhan Yesus memberkati.
Tuhan Senantiasa Menyertai Anda!
Ada
sebuah suku pada bangsa Indian yang memiliki cara unik untuk
mendewasakan anak laki-laki dari suku mereka. Jika seorang anak
laki-laki tersebut dianggap sudah cukup umur untuk di dewasakan, maka
anak laki-laki tersebut akan di bawa pergi oleh seorang pria dewasa yang
bukan sanak saudaranya, dengan mata tertutup.
Anak laki-laki tersebut di bawa jauh menuju hutan yang paling dalam. Ketika hari sudah menjadi gelap, tutup mata anak tersebut akan dibuka, dan orang yang menghantarnya akan meninggalkannya sendiri.
Ia akan dinyatakan lulus dan diterima sebagai pria dewasa dalam suku tersebut jika ia tidak berteriak atau menangis hingga malam berlalu.
Malam begitu pekat, bahkan sang anak itu tidak dapat melihat telapak tangannya sendiri, begitu gelap dan ia begitu ketakutan. Hutan tersebut mengeluarkan suara-suara yang begitu menyeramkan, auman serigala, bunyi dahan bergemerisik, dan ia semakin ketakutan, tetapi ia harus diam, ia tak boleh berteriak atau menangis, ia berusaha agar dapat lulus dalam ujian tersebut.
Satu detik bagaikan berjam-jam, satu jam bagaikan bertahun-tahun, ia tidak dapat melelapkan matanya sedetikpun, keringat ketakutan mengucur deras dari tubuhnya.
Cahaya pagi mulai tampak, ia begitu gembira, ia melihat sekelilingnya, dan kemudian ia menjadi begitu kaget, ketika ia mengetahui bahwa ayahnya berdiri tidak jauh di belakang dirinya, dengan posisi siap menembakkan anak panah, dengan golok terselip di pinggang, menjagai anaknya sepanjang malam, jika ada ular atau binatang buas lainnya, maka ia dengan segera melepaskan anak panahnya, sebelum binatang buas itu mendekati anaknya, sambil berdoa agar anaknya tidak berteriak atau menangis.
Dalam mengarungi hidup ini, sepertinya Tuhan “begitu kejam” melepaskan anak-anakNya ke dalam dunia yang jahat ini.
Terkadang kita tak dapat melihat penyertaanNya, namun satu hal yang pasti Ia selalu SETIA, Ia mengasihi kita, dan Ia selalu berjaga-jaga bagi kita seperti yang Mazmur 23:4 katakan: “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gadaMu dan tongkatMu, itulah yang menghibur aku.”
God is Too wise to be mistaken
God is Too good to be kind
So, when you don’t understand And
When you can’t see His plan And
When you can’t trace His hand
Trust His Heart,
The Lord bless you and keep you;
The Lord make his face shine upon you and be gracious to you
The Lord turn his face toward you and give you peace.
Anak laki-laki tersebut di bawa jauh menuju hutan yang paling dalam. Ketika hari sudah menjadi gelap, tutup mata anak tersebut akan dibuka, dan orang yang menghantarnya akan meninggalkannya sendiri.
Ia akan dinyatakan lulus dan diterima sebagai pria dewasa dalam suku tersebut jika ia tidak berteriak atau menangis hingga malam berlalu.
Malam begitu pekat, bahkan sang anak itu tidak dapat melihat telapak tangannya sendiri, begitu gelap dan ia begitu ketakutan. Hutan tersebut mengeluarkan suara-suara yang begitu menyeramkan, auman serigala, bunyi dahan bergemerisik, dan ia semakin ketakutan, tetapi ia harus diam, ia tak boleh berteriak atau menangis, ia berusaha agar dapat lulus dalam ujian tersebut.
Satu detik bagaikan berjam-jam, satu jam bagaikan bertahun-tahun, ia tidak dapat melelapkan matanya sedetikpun, keringat ketakutan mengucur deras dari tubuhnya.
Cahaya pagi mulai tampak, ia begitu gembira, ia melihat sekelilingnya, dan kemudian ia menjadi begitu kaget, ketika ia mengetahui bahwa ayahnya berdiri tidak jauh di belakang dirinya, dengan posisi siap menembakkan anak panah, dengan golok terselip di pinggang, menjagai anaknya sepanjang malam, jika ada ular atau binatang buas lainnya, maka ia dengan segera melepaskan anak panahnya, sebelum binatang buas itu mendekati anaknya, sambil berdoa agar anaknya tidak berteriak atau menangis.
Dalam mengarungi hidup ini, sepertinya Tuhan “begitu kejam” melepaskan anak-anakNya ke dalam dunia yang jahat ini.
Terkadang kita tak dapat melihat penyertaanNya, namun satu hal yang pasti Ia selalu SETIA, Ia mengasihi kita, dan Ia selalu berjaga-jaga bagi kita seperti yang Mazmur 23:4 katakan: “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gadaMu dan tongkatMu, itulah yang menghibur aku.”
God is Too wise to be mistaken
God is Too good to be kind
So, when you don’t understand And
When you can’t see His plan And
When you can’t trace His hand
Trust His Heart,
The Lord bless you and keep you;
The Lord make his face shine upon you and be gracious to you
The Lord turn his face toward you and give you peace.
BERSINAR DI USIA SENJA
Perjalanan
hidup seorang bayi yang baru lahir sampai usia 76 adalah rentang waktu
yang amat panjang. Banyak hari, minggu, bulan dan tahun-tahun yang harus
dilalui dengan aneka suka duka.
Pada minggu pagi yang cerah ini Bu Nunuk, wanita usia 76 tahun ini berdiri di muka kelas Sekolah Mingguku. Kami menyebut kelas kami kelas S3, karena isinya adalah para wanita usia indah di atas 60 tahun dengan yang tertua berusia 84 tahun. Semua masih rajin belajar firman Tuhan.
Bu Nunuk adalah tamu kami. Beliau datang ke Jakarta karena bertugas menemani cucu-cucu seminggu sementara putrinya tugas pelayanan ke luar kota. Sosok tubuhnya kecil, kulitnya hitam, beliau berpakaian rapi dengan rambut disanggul sederhana. Namun ketika beliau berbicara dengan semangat dan sukacita, energi positifnya menulari kami.
Beliau sudah melayani Tuhan sebagai Guru Sekolah Minggu sejak tahun 1972, jadi sudah 39 tahun dan sekarang ini masih melayani Tuhan di kotanya sebagai guru PAUD. Kalau dulu dipanggil Ibu Guru, sekarang murid-muridnya memanggilnya Mbah Guru.
Beliau mendorong kami untuk terus setia belajar firman Tuhan dan melayani Tuhan. Para lansia yang hanya datang, duduk, diam, dengar cerita Alkitab dan dah dah (pamit pulang) juga sudah menjadi berkat karena kehadirannya di gereja dengan sukacita bisa menjadi teladan agar orang-orang muda setia bergereja.
Beliau juga menekankan pentingnya menyambut orang-orang baru dengan senyum, salam dan sapaan yang membuat mereka betah dan merasa diterima di gereja.
Sungguh benar ayat Yesaya 46:4, Sampai masa tuamu, Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu.
Kebaikan Tuhan terpancar melalui sosok Ibu Nunuk, yang sudah 76 tahun, tetapi sehat sejahtera dan masih melayani Tuhan dengan semangat dan sukacita.
Perjumpaan kami dengan Ibu Nunuk sangat singkat, namun suatu kenyataan adalah di dalam Kristus anak-anak-Nya bisa bersinar di usia senja.
Seorang pakar kesehatan mengatakan mengasihi dan dikasihi akan membuat tubuh sehat, mengurangi hormon cortisol yang membuat stress dan memacu pengeluaran zat endorfin yang membuat tubuh merasa nyaman.
Mari muliakan Tuhan dengan keberadaan kita dan jadi berkat untuk sesama, tidak peduli berapa pun usia kita sekarang.
Tuhan Yesus Memberkati.
Pada minggu pagi yang cerah ini Bu Nunuk, wanita usia 76 tahun ini berdiri di muka kelas Sekolah Mingguku. Kami menyebut kelas kami kelas S3, karena isinya adalah para wanita usia indah di atas 60 tahun dengan yang tertua berusia 84 tahun. Semua masih rajin belajar firman Tuhan.
Bu Nunuk adalah tamu kami. Beliau datang ke Jakarta karena bertugas menemani cucu-cucu seminggu sementara putrinya tugas pelayanan ke luar kota. Sosok tubuhnya kecil, kulitnya hitam, beliau berpakaian rapi dengan rambut disanggul sederhana. Namun ketika beliau berbicara dengan semangat dan sukacita, energi positifnya menulari kami.
Beliau sudah melayani Tuhan sebagai Guru Sekolah Minggu sejak tahun 1972, jadi sudah 39 tahun dan sekarang ini masih melayani Tuhan di kotanya sebagai guru PAUD. Kalau dulu dipanggil Ibu Guru, sekarang murid-muridnya memanggilnya Mbah Guru.
Beliau mendorong kami untuk terus setia belajar firman Tuhan dan melayani Tuhan. Para lansia yang hanya datang, duduk, diam, dengar cerita Alkitab dan dah dah (pamit pulang) juga sudah menjadi berkat karena kehadirannya di gereja dengan sukacita bisa menjadi teladan agar orang-orang muda setia bergereja.
Beliau juga menekankan pentingnya menyambut orang-orang baru dengan senyum, salam dan sapaan yang membuat mereka betah dan merasa diterima di gereja.
Sungguh benar ayat Yesaya 46:4, Sampai masa tuamu, Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu.
Kebaikan Tuhan terpancar melalui sosok Ibu Nunuk, yang sudah 76 tahun, tetapi sehat sejahtera dan masih melayani Tuhan dengan semangat dan sukacita.
Perjumpaan kami dengan Ibu Nunuk sangat singkat, namun suatu kenyataan adalah di dalam Kristus anak-anak-Nya bisa bersinar di usia senja.
Seorang pakar kesehatan mengatakan mengasihi dan dikasihi akan membuat tubuh sehat, mengurangi hormon cortisol yang membuat stress dan memacu pengeluaran zat endorfin yang membuat tubuh merasa nyaman.
Mari muliakan Tuhan dengan keberadaan kita dan jadi berkat untuk sesama, tidak peduli berapa pun usia kita sekarang.
Tuhan Yesus Memberkati.
Si Penggosip
Seorang wanita mengulang sepotong gosip mengenai tetangganya. Dalam beberapa hari, seluruh komunitas mengetahui ceritanya.
Orang yang digosipkan itu sudah tentu sakit hati dan merasa terpukul. Kemudian si wanita yang bertanggung jawab karena telah menyebarluaskan gosip tersebut menemukan bahwa gosip itu benar-benar tidak benar.
Dia menyesal dan datang kepada orang tua yang bijak untuk mencari tahu apa yang dapat dilakukannya untuk memperbaiki kesalahannya itu.
"Pergilah ke pasar", kata orang biak itu, "dan beli seekor ayam, bunuh. Kemudian dalam perjalanan pulang, cabuti bulunya dan buang satu persatu disepanjang jalan pulang."
Meski kaget mendengar saran itu, si wanita melakukan apa yang disuruh kepadanya.
Keesokan harinya si bijak itu berkata, "Sekarang pergilah dan kumpulkan semua bulu yang kau buang kemarin dan bawa kembali kepadaku."
Si wanita pun menyusuri jalan yang sama, namun angin telah melemparkan semua bulu-bulu itu kemana-mana. Setelah mencari-cari berjam-jam, ia kembali hanya dengan tiga potong bulu.
"Lihat, kan?", kata si orang bijak, "Sangat mudah melemparkannya, namun tidak mungkin menariknya kembali. Begitu pula dengan gossip. Tidak sulit menyebarluaskan rumor, namun sekali terlempar, Anda tidak akan pernah secara penuh memperbaiki kesalahan anda!"
*Markus 7,
18 Maka jawab-Nya: "Apakah kamu juga tidak dapat memahaminya? Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu dari luar yang masuk ke dalam seseorang tidak dapat menajiskannya,
19 karena bukan masuk ke dalam hati tetapi ke dalam perutnya, lalu dibuang di jamban?" Dengan demikian Ia menyatakan semua makanan halal.
20 Kata-Nya lagi: "Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya,
21 sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan,
-- Adalah penting untuk menjaga apa yang masuk ke mulut, Tetapi lebih penting lagi untuk menjaga apa yang keluar dari mulut --
Tuhan Yesus memberkati.
Orang yang digosipkan itu sudah tentu sakit hati dan merasa terpukul. Kemudian si wanita yang bertanggung jawab karena telah menyebarluaskan gosip tersebut menemukan bahwa gosip itu benar-benar tidak benar.
Dia menyesal dan datang kepada orang tua yang bijak untuk mencari tahu apa yang dapat dilakukannya untuk memperbaiki kesalahannya itu.
"Pergilah ke pasar", kata orang biak itu, "dan beli seekor ayam, bunuh. Kemudian dalam perjalanan pulang, cabuti bulunya dan buang satu persatu disepanjang jalan pulang."
Meski kaget mendengar saran itu, si wanita melakukan apa yang disuruh kepadanya.
Keesokan harinya si bijak itu berkata, "Sekarang pergilah dan kumpulkan semua bulu yang kau buang kemarin dan bawa kembali kepadaku."
Si wanita pun menyusuri jalan yang sama, namun angin telah melemparkan semua bulu-bulu itu kemana-mana. Setelah mencari-cari berjam-jam, ia kembali hanya dengan tiga potong bulu.
"Lihat, kan?", kata si orang bijak, "Sangat mudah melemparkannya, namun tidak mungkin menariknya kembali. Begitu pula dengan gossip. Tidak sulit menyebarluaskan rumor, namun sekali terlempar, Anda tidak akan pernah secara penuh memperbaiki kesalahan anda!"
*Markus 7,
18 Maka jawab-Nya: "Apakah kamu juga tidak dapat memahaminya? Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu dari luar yang masuk ke dalam seseorang tidak dapat menajiskannya,
19 karena bukan masuk ke dalam hati tetapi ke dalam perutnya, lalu dibuang di jamban?" Dengan demikian Ia menyatakan semua makanan halal.
20 Kata-Nya lagi: "Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya,
21 sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan,
-- Adalah penting untuk menjaga apa yang masuk ke mulut, Tetapi lebih penting lagi untuk menjaga apa yang keluar dari mulut --
Tuhan Yesus memberkati.
KEKUATAN KASIH
Matius 5:43-48
*Matius 5:44,
Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.
Fyodor Dostoevsky menceritakan kisah tentang dua bersaudara, Ivan dan Alyosha Karamazov. Alyosha adalah seorang pengikut Yesus yang setia, sedangkan Ivan adalah seorang yang skeptis terhadap agama.
Cerita ini mengisahkan tentang Ivan yang menemui saudaranya di sebuah cafe. Dalam upaya merendahkan iman Alyosha, Ivan mendeklamasikan sebuah puisi panjang yang ditulisnya tentang Penyelidik Agung.
Dalam puisi itu, si Penyelidik mencerca Yesus karena Keputusan-Nya memberikan kehendak bebas bagi manusia sehingga membawa begitu banyak kepedihan dan penderitaan di dalam dunia ini.
Ketika Penyelidik Agung menyelesaikan argumennya, Ivan mengambarkan bahwa Yesus Tidak mampu menjawab. Yesus malah mendekati sang Penyelidik Agung dan mencium. Ivan berharap Alyosha akan melihat tindakan Yesus sebagai tindakan yang tidak masuk akal.
Namun setelah saudaranya selesai berbicara, Alyosha justru meniru tindakkan Yesus, Ia mencondongkan tubuhnya ke depan dan mencium Ivan.
Sikap Alyosha yang luar biasa itu benar-benar membalikkan suasana. Sikap itu mengambarkan kemenangan kasih atas keragu-raguan dan skeptisisme.
Kasih menepis setiap keberatan yang ada. Tidak ada argumen logis yang dapat menumbangkannya. Itulah sebabnya Tuhan Yesus meminta kita mengasihi musuh kita, dan melakukan kebaikkan bagi mereka yang menganiaya kita (Matius 5:44). Bukan argumen yang rasional, melainkan KASIHLAH yang mampu mengatasi kebencian.
Kebaikkan Allah yang dinyatakan di dalam kasih kita, akan membawa orang menuju pertobatan.
Tuhan Yesus memberkati.
*Matius 5:44,
Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.
Fyodor Dostoevsky menceritakan kisah tentang dua bersaudara, Ivan dan Alyosha Karamazov. Alyosha adalah seorang pengikut Yesus yang setia, sedangkan Ivan adalah seorang yang skeptis terhadap agama.
Cerita ini mengisahkan tentang Ivan yang menemui saudaranya di sebuah cafe. Dalam upaya merendahkan iman Alyosha, Ivan mendeklamasikan sebuah puisi panjang yang ditulisnya tentang Penyelidik Agung.
Dalam puisi itu, si Penyelidik mencerca Yesus karena Keputusan-Nya memberikan kehendak bebas bagi manusia sehingga membawa begitu banyak kepedihan dan penderitaan di dalam dunia ini.
Ketika Penyelidik Agung menyelesaikan argumennya, Ivan mengambarkan bahwa Yesus Tidak mampu menjawab. Yesus malah mendekati sang Penyelidik Agung dan mencium. Ivan berharap Alyosha akan melihat tindakan Yesus sebagai tindakan yang tidak masuk akal.
Namun setelah saudaranya selesai berbicara, Alyosha justru meniru tindakkan Yesus, Ia mencondongkan tubuhnya ke depan dan mencium Ivan.
Sikap Alyosha yang luar biasa itu benar-benar membalikkan suasana. Sikap itu mengambarkan kemenangan kasih atas keragu-raguan dan skeptisisme.
Kasih menepis setiap keberatan yang ada. Tidak ada argumen logis yang dapat menumbangkannya. Itulah sebabnya Tuhan Yesus meminta kita mengasihi musuh kita, dan melakukan kebaikkan bagi mereka yang menganiaya kita (Matius 5:44). Bukan argumen yang rasional, melainkan KASIHLAH yang mampu mengatasi kebencian.
Kebaikkan Allah yang dinyatakan di dalam kasih kita, akan membawa orang menuju pertobatan.
Tuhan Yesus memberkati.
HIDUP MENJADI BERARTI DAN BERMAKNA, KARENA KITA MEMBERIKAN ARTI KEPADANYA
Seorang ayah membeli beberapa gulung kertas kado. Putrinya yang masih kecil, masih balita, meminta satu gulung.
"Untuk apa?", tanya sang ayah .
"Untuk kado, mau kasih hadiah.", jawab si kecil.
"Jangan dibuang-buang ya!", pesan si ayah, sambil memberikan satu gulungan kecil.
Pagi-pagi si cilik sudah bangun dan membangunkan ayahnya,
"Pa, Pa . . . Ada hadiah untuk Papa."
Sang ayah yang masih malas-malasan, matanya pun belum melek menjawab, "Sudahlah nanti saja."
Tetapi si kecil pantang menyerah, "Pa, Pa, bangun Pa sudah siang."
"Ah, kamu gimana sih? Pagi -pagi sudah bangunin papa."
Ia mengenali kertas kado yang pernah ia berikan kepada anaknya.
"Hadiah apa nih?", tanya si ayah.
"Hadiah untuk Papa. Buka dong, Pa, buka sekarang." jawab si kecil.
Dan sang ayah pun membuka bingkisan itu. Ternyata di dalamnya hanya sebuah kotak KOSONG. Tidak berisi apa pun juga.
"Ah, kamu bisa saja. Bingkisannya kok kosong. Buang-buang kertas kado Papa. Kan mahal."
Si kecil menjawab, "Nggak Pa, nggak kosong. Tadi, Putri masukin begitu buaanyaak ciuman untuk Papa."
Sang ayah terharu, ia mengangkat anaknya. Dipeluknya, diciumnya.
"Putri, Papa belum pernah menerima hadiah seindah ini. Papa akan selalu menyimpan boks ini. Papa akan bawa ke kantor dan sekali-kali kalau perlu ciuman Putri , Papa akan mengambil satu. Nanti kalau kosong, diisi lagi ya!"
Ada makna dibalik Boks kosong, yang sesaat sebelumnya dianggap tidak berisi, tidak memiliki nilai apapun, tiba-tiba terisi, tiba-tiba memiliki nilai yang begitu tinggi.
Lalu, kendati kotak itu memiliki nilai yang sangat tinggi di mata sang ayah, di mata orang lain tetap juga tidak memiliki nilai apapun.
Orang lain akan tetap menganggapnya kotak kosong. Kosong bagi seseorang bisa dianggap penuh oleh orang lain. Sebaliknya, penuh bagi seseorang bisa dianggap kosong oleh orang lain.
Kosong dan penuh, dua- duanya merupakan produk dari "pikiran" kita. Sebagaimana kita memandangi hidup, demikianlah kehidupan kita.
Hidup menjadi berarti, bermakna, karena kita memberikan arti kepadanya, memberikan makna kepadanya.
Bagi mereka yang tidak memberikan makna, tidak memberikan arti, maka hidup ini ibarat lembaran kertas yang kosong.
Isilah setiap lembaran kosong kehidupan kita dengan arti, arti yang memberi dampak yang positif. Teruskan berkarya, mengisi kehidupan yang bisa menjadi dampak yang baik bagi keluarga, lingkungan dimana kita berada.
Sehingga Sang Khalik melihat kita bangga, bahwa kita bisa mengisi kehidupan yang Dia berikan untuk tujuan yang mulia.
Tuhan Yesus Memberkati.
"Untuk apa?", tanya sang ayah .
"Untuk kado, mau kasih hadiah.", jawab si kecil.
"Jangan dibuang-buang ya!", pesan si ayah, sambil memberikan satu gulungan kecil.
Pagi-pagi si cilik sudah bangun dan membangunkan ayahnya,
"Pa, Pa . . . Ada hadiah untuk Papa."
Sang ayah yang masih malas-malasan, matanya pun belum melek menjawab, "Sudahlah nanti saja."
Tetapi si kecil pantang menyerah, "Pa, Pa, bangun Pa sudah siang."
"Ah, kamu gimana sih? Pagi -pagi sudah bangunin papa."
Ia mengenali kertas kado yang pernah ia berikan kepada anaknya.
"Hadiah apa nih?", tanya si ayah.
"Hadiah untuk Papa. Buka dong, Pa, buka sekarang." jawab si kecil.
Dan sang ayah pun membuka bingkisan itu. Ternyata di dalamnya hanya sebuah kotak KOSONG. Tidak berisi apa pun juga.
"Ah, kamu bisa saja. Bingkisannya kok kosong. Buang-buang kertas kado Papa. Kan mahal."
Si kecil menjawab, "Nggak Pa, nggak kosong. Tadi, Putri masukin begitu buaanyaak ciuman untuk Papa."
Sang ayah terharu, ia mengangkat anaknya. Dipeluknya, diciumnya.
"Putri, Papa belum pernah menerima hadiah seindah ini. Papa akan selalu menyimpan boks ini. Papa akan bawa ke kantor dan sekali-kali kalau perlu ciuman Putri , Papa akan mengambil satu. Nanti kalau kosong, diisi lagi ya!"
Ada makna dibalik Boks kosong, yang sesaat sebelumnya dianggap tidak berisi, tidak memiliki nilai apapun, tiba-tiba terisi, tiba-tiba memiliki nilai yang begitu tinggi.
Lalu, kendati kotak itu memiliki nilai yang sangat tinggi di mata sang ayah, di mata orang lain tetap juga tidak memiliki nilai apapun.
Orang lain akan tetap menganggapnya kotak kosong. Kosong bagi seseorang bisa dianggap penuh oleh orang lain. Sebaliknya, penuh bagi seseorang bisa dianggap kosong oleh orang lain.
Kosong dan penuh, dua- duanya merupakan produk dari "pikiran" kita. Sebagaimana kita memandangi hidup, demikianlah kehidupan kita.
Hidup menjadi berarti, bermakna, karena kita memberikan arti kepadanya, memberikan makna kepadanya.
Bagi mereka yang tidak memberikan makna, tidak memberikan arti, maka hidup ini ibarat lembaran kertas yang kosong.
Isilah setiap lembaran kosong kehidupan kita dengan arti, arti yang memberi dampak yang positif. Teruskan berkarya, mengisi kehidupan yang bisa menjadi dampak yang baik bagi keluarga, lingkungan dimana kita berada.
Sehingga Sang Khalik melihat kita bangga, bahwa kita bisa mengisi kehidupan yang Dia berikan untuk tujuan yang mulia.
Tuhan Yesus Memberkati.
Belajar Dari Keledai
Suatu hari
keledai milik seorang petani jatuh ke dalam sumur. Hewan itu menangis
dengan memilukan selama berjam-jam, sementara si petani memikirkan apa
yang harus dilakukannya.
Akhirnya, ia memutuskan bahwa hewan itu sudah tua dan sumur juga perlu ditmbun ( ditutup-karena berbahaya); jadi tidak berguna untuk menolong si keledai. Ia mengajak tetangga-tetangganya untuk datang membantunya. Mereka membawa sekop dan mulai menyekop tanah ke dalam sumur.
Pada mulanya, ketika si keledai menyadari apa yang sedang terjadi, ia menangis penuh kengerian. Tetapi kemudian, semua orang takjub, karena si keledai menjadi diam.
Setelah beberapa sekop tanah lagi dituangkan ke dalam sumur, si petani melihat ke dalam sumur dan tercengang karena apa yang dilihatnya.
Walaupun punggungnya terus ditimpa oleh bersekop-sekop tanah dan kotoran, si keledai melakukan sesuatu yang menakjubkan. Ia mengguncang-guncangkan badannya agar tanah yang menimpa pungunggnya turun ke bawah, lalu menaiki tanah itu. Sementara tetangga-tetangga si petani terus menuangkan tanah kotor keatas punggung hewan itu, si keledai terus juga mengguncangkan badannya dan melangkah naik.
Segera saja, semua orang terpesona ketika si keledai meloncati tepi sumur dan melarikan berhasil melarikan diri.
Kehidupan terus saja menuangkan tanah dan kotoran kepadamu, segala macam tanah dan kotoran. Cara untuk keluar dari "sumur"( kesedihan, masalah, dsb ) adalah dengan mengguncangkan segala tanah dan kotoran dari diri kita ( baik itu pikiran, tutur kata dan perbuatan kita ) dan melangkah naik dari "sumur" dengan menggunakan hal-hal tersebut sebagai pijakannya.
Setiap masalah-masalah kita merupakan satu batu pijakan untuk melangkah. Kita dapat keluar dari sumur yang terdalam dengan terus berjuang, dan jangan pernah menyerah.
Guncangkanlah hal negatif yang menimpa dan melangkahlah naik! Ingatlah aturan sederhana tentang Kemerdekaan,
1. Bebaskanlah dirimu dari kebencian;
2. Bebaskanlah pikiranmu dari kecemasan;
3. Hiduplah sederhana;
4. Berilah lebih banyak;
5. Berharaplah lebih sedikit;
6. Tersenyumlah.
Seseorang telah mengirimkan hal ini untuk kupikirkan, maka aku perlu meneruskannya kepadamu dengan maksud yang sama. Guncangkanlah !!!
“Entah ini adalah waktu kita yang terbaik atau waktu kita yang terburuk, inilah satu-satunya waktu yang kita miliki saat ini”
Tuhan Yesus Memberkati.
Akhirnya, ia memutuskan bahwa hewan itu sudah tua dan sumur juga perlu ditmbun ( ditutup-karena berbahaya); jadi tidak berguna untuk menolong si keledai. Ia mengajak tetangga-tetangganya untuk datang membantunya. Mereka membawa sekop dan mulai menyekop tanah ke dalam sumur.
Pada mulanya, ketika si keledai menyadari apa yang sedang terjadi, ia menangis penuh kengerian. Tetapi kemudian, semua orang takjub, karena si keledai menjadi diam.
Setelah beberapa sekop tanah lagi dituangkan ke dalam sumur, si petani melihat ke dalam sumur dan tercengang karena apa yang dilihatnya.
Walaupun punggungnya terus ditimpa oleh bersekop-sekop tanah dan kotoran, si keledai melakukan sesuatu yang menakjubkan. Ia mengguncang-guncangkan badannya agar tanah yang menimpa pungunggnya turun ke bawah, lalu menaiki tanah itu. Sementara tetangga-tetangga si petani terus menuangkan tanah kotor keatas punggung hewan itu, si keledai terus juga mengguncangkan badannya dan melangkah naik.
Segera saja, semua orang terpesona ketika si keledai meloncati tepi sumur dan melarikan berhasil melarikan diri.
Kehidupan terus saja menuangkan tanah dan kotoran kepadamu, segala macam tanah dan kotoran. Cara untuk keluar dari "sumur"( kesedihan, masalah, dsb ) adalah dengan mengguncangkan segala tanah dan kotoran dari diri kita ( baik itu pikiran, tutur kata dan perbuatan kita ) dan melangkah naik dari "sumur" dengan menggunakan hal-hal tersebut sebagai pijakannya.
Setiap masalah-masalah kita merupakan satu batu pijakan untuk melangkah. Kita dapat keluar dari sumur yang terdalam dengan terus berjuang, dan jangan pernah menyerah.
Guncangkanlah hal negatif yang menimpa dan melangkahlah naik! Ingatlah aturan sederhana tentang Kemerdekaan,
1. Bebaskanlah dirimu dari kebencian;
2. Bebaskanlah pikiranmu dari kecemasan;
3. Hiduplah sederhana;
4. Berilah lebih banyak;
5. Berharaplah lebih sedikit;
6. Tersenyumlah.
Seseorang telah mengirimkan hal ini untuk kupikirkan, maka aku perlu meneruskannya kepadamu dengan maksud yang sama. Guncangkanlah !!!
“Entah ini adalah waktu kita yang terbaik atau waktu kita yang terburuk, inilah satu-satunya waktu yang kita miliki saat ini”
Tuhan Yesus Memberkati.
BUKAN KOREK API
Ada seorang anak
kecil tampak asyik bermain dengan mainan kayunya. Tak lama kemudian saat
si ibu sedang meninggalkan dapur, anak kecil itu mengambil sebuah kotak
kecil.
Dia mulai membuka kotak itu dan mengambil sesuatu yang pipihnya mirip lidi. Anak itu mulai menyadari bahwa benda itu kerap digunakan oleh ibunya untuk menyalakan sesuatu yang mirip kembang api.
Si kecil pun mulai menggesekkan benda tersebut. Mulutnya yang tadi tertawa, seketika berubah menjadi jeritan.
Secara tergopoh-gopoh ibu berlari dan mematikan api yang akan membesar.
"Kau bermain dengan korek api ya?", tanya si ibu pelan.
"Iya bu. Adek hanya ingin melihat kembang api", jawabnya sambil menitikan air mata.
"Hati-hati kalau memainkan korek api. Benda itu kecil dan mudah terbakar. Kesalahan sedikit saja mampu menghanguskan segala benda di rumah ini."
Kita harus belajar dari korek api. Kepala korek api bila digesekkan pada kertas api, maka akan timbul api yang mampu membakar apapun.
Untuk membuat api pun tidak membutuhkan waktu yang lama, hanya perlu 1 atau 2 kali gesekan saja api itu dapat langsung terbentuk.
Lalu bagaimana dengan kita? Api itu adalah perumpamaan dari emosi kita. Emosi yang mampu memicu pertengkaran ataupun perpecahan.
Kepala korek api tidak mempunyai otak sehingga mampu terbakar dengan mudahnya. Sedangkan kita sebagai manusia, memiliki otak di dalam kepala yang seharusnya dapat digunakan dengan baik ketika sedang menghadapi sebuah tekanan atau gesekan.
Bila kita ingin maju, maka terimalah semua kritik dan saran yang ada. Jangan pernah menganggap bahwa kritik atau saran itu adalah penghancur.
Namun sebaliknya, pikirkan bahwa kritik dan saran itu merupakan cambuk agar kita bisa hidup jauh lebih baik lagi.
Ada banyak ROH PEMECAH BELAH diantara orang percaya. Entah itu berupa kata-kata provokasi yang mengundang perbantahan. Ataupun kata-kata yang sifatnya MEMFITNAH!!!
Berhati-hatilah dan bijaksanalah dalam memilih teman. Sebab pergaulan yang tidak baik, akan merusak pergaulan yang baik.
SEMOGA BERMANFAAT BAGI KITA SEMUA.
TUHAN YESUS MEMBERKATI.
Dia mulai membuka kotak itu dan mengambil sesuatu yang pipihnya mirip lidi. Anak itu mulai menyadari bahwa benda itu kerap digunakan oleh ibunya untuk menyalakan sesuatu yang mirip kembang api.
Si kecil pun mulai menggesekkan benda tersebut. Mulutnya yang tadi tertawa, seketika berubah menjadi jeritan.
Secara tergopoh-gopoh ibu berlari dan mematikan api yang akan membesar.
"Kau bermain dengan korek api ya?", tanya si ibu pelan.
"Iya bu. Adek hanya ingin melihat kembang api", jawabnya sambil menitikan air mata.
"Hati-hati kalau memainkan korek api. Benda itu kecil dan mudah terbakar. Kesalahan sedikit saja mampu menghanguskan segala benda di rumah ini."
Kita harus belajar dari korek api. Kepala korek api bila digesekkan pada kertas api, maka akan timbul api yang mampu membakar apapun.
Untuk membuat api pun tidak membutuhkan waktu yang lama, hanya perlu 1 atau 2 kali gesekan saja api itu dapat langsung terbentuk.
Lalu bagaimana dengan kita? Api itu adalah perumpamaan dari emosi kita. Emosi yang mampu memicu pertengkaran ataupun perpecahan.
Kepala korek api tidak mempunyai otak sehingga mampu terbakar dengan mudahnya. Sedangkan kita sebagai manusia, memiliki otak di dalam kepala yang seharusnya dapat digunakan dengan baik ketika sedang menghadapi sebuah tekanan atau gesekan.
Bila kita ingin maju, maka terimalah semua kritik dan saran yang ada. Jangan pernah menganggap bahwa kritik atau saran itu adalah penghancur.
Namun sebaliknya, pikirkan bahwa kritik dan saran itu merupakan cambuk agar kita bisa hidup jauh lebih baik lagi.
Ada banyak ROH PEMECAH BELAH diantara orang percaya. Entah itu berupa kata-kata provokasi yang mengundang perbantahan. Ataupun kata-kata yang sifatnya MEMFITNAH!!!
Berhati-hatilah dan bijaksanalah dalam memilih teman. Sebab pergaulan yang tidak baik, akan merusak pergaulan yang baik.
SEMOGA BERMANFAAT BAGI KITA SEMUA.
TUHAN YESUS MEMBERKATI.
MENOLAK BANTUAN
2 Raja 5:9-14
*1 Korintus 12:7,
Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama.
Pada 1869, John Roebling bercita-cita membangun sebuah jembatan di atas East River, untuk menghubungkan kota Brooklyn dan Manhattan. Sayangnya, saat proyek itu baru di mulai, kaki Roebling remuk karena satu kecelakaan.
Dalam proses pemulihan, Roebling bersikeras bahwa ia tau cara yang terbaik untuk merawat kakinya sendiri.
Setelah menolak bantuan itu, ia mulai menunjukan gejala terjangkit penyakit tetanus. Tak lama kemudian, rahang Roebling mengalami kejang, sehingga mulutnya tidak dapat dikatupkan. Serangan jantung mendadak dan kerusakan otak bergantian menderanya sampai ia meninggal beberapa minggu kemudian.
Aklitab mencatat sebuah kisah tentang seorang yang kuat, yang menolak keras bantuan yang di tawarkan kepadanya.
Naaman, seorang panglima besar Aram, menderita penyakit kusta. Saat ia mencari nabi Elisa supaya disembuhkan, ia mulai membayangkan bagaimana seharusnya penyembuhan itu terjadi. Maka, ketika Elisa menyuruh utusannya memberi tahu Naaman supaya ia mandi sebanyak tujuh kali di sungai Yordan, Naaman menjadi sangat marah.
Namun, hamba Naaman menasehatinya, Bapak, seandainya nabi itu menyuruh perkara yang sukar kepadamu, bukankah bapak akan melakukannya?" (2 Raja 5:13).
Akhirnya, Naaman menaati perintah sederhana nabi tersebut dan penyakit kustanya sembuh.
Allah memberikan kepada kita karunia untuk saling menolong (1 Korintus 12:7). Akan tetapi, sikap tidak memerlukan bantuan orang lain menutup pintu pertolongan yang sesungguhnya sangat membutuhkan.
Terbukalah pada bantuan yang di berikan-Nya. Langkah pertama untuk mendapat bantuan adalah kerendahan hati, dan jangan menganggap kita mampu karena kita kaya, karena kita kuat dll, karena dengan kekuatan kita sendiri kita tidak bisa melihat kuasa Allah dinyatakan dalam hidup kita.
"Disaatku tak berdaya kuasa-Mu yang sempurna, ketika ku berdoa mujizat itu Nyata"
Tuhan Yesus Memberkati.
*1 Korintus 12:7,
Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama.
Pada 1869, John Roebling bercita-cita membangun sebuah jembatan di atas East River, untuk menghubungkan kota Brooklyn dan Manhattan. Sayangnya, saat proyek itu baru di mulai, kaki Roebling remuk karena satu kecelakaan.
Dalam proses pemulihan, Roebling bersikeras bahwa ia tau cara yang terbaik untuk merawat kakinya sendiri.
Setelah menolak bantuan itu, ia mulai menunjukan gejala terjangkit penyakit tetanus. Tak lama kemudian, rahang Roebling mengalami kejang, sehingga mulutnya tidak dapat dikatupkan. Serangan jantung mendadak dan kerusakan otak bergantian menderanya sampai ia meninggal beberapa minggu kemudian.
Aklitab mencatat sebuah kisah tentang seorang yang kuat, yang menolak keras bantuan yang di tawarkan kepadanya.
Naaman, seorang panglima besar Aram, menderita penyakit kusta. Saat ia mencari nabi Elisa supaya disembuhkan, ia mulai membayangkan bagaimana seharusnya penyembuhan itu terjadi. Maka, ketika Elisa menyuruh utusannya memberi tahu Naaman supaya ia mandi sebanyak tujuh kali di sungai Yordan, Naaman menjadi sangat marah.
Namun, hamba Naaman menasehatinya, Bapak, seandainya nabi itu menyuruh perkara yang sukar kepadamu, bukankah bapak akan melakukannya?" (2 Raja 5:13).
Akhirnya, Naaman menaati perintah sederhana nabi tersebut dan penyakit kustanya sembuh.
Allah memberikan kepada kita karunia untuk saling menolong (1 Korintus 12:7). Akan tetapi, sikap tidak memerlukan bantuan orang lain menutup pintu pertolongan yang sesungguhnya sangat membutuhkan.
Terbukalah pada bantuan yang di berikan-Nya. Langkah pertama untuk mendapat bantuan adalah kerendahan hati, dan jangan menganggap kita mampu karena kita kaya, karena kita kuat dll, karena dengan kekuatan kita sendiri kita tidak bisa melihat kuasa Allah dinyatakan dalam hidup kita.
"Disaatku tak berdaya kuasa-Mu yang sempurna, ketika ku berdoa mujizat itu Nyata"
Tuhan Yesus Memberkati.
SAATNYA MENANGIS
Yohanes 11:1-7, 32-36
*Yohanes 11:35,
Maka menangislah Yesus
"Papa saya (Subagio Hardjawinata) telah berjuang menghadapi penyakitnya yang melemahkan selama berbulan-bulan.
Kami memohon agar Tuhan memberikan kesembuhan untuk beliau tetapi Tuhan berkehendak lain dan Tuhan Yesus lebih menyayangi beliau. Ketika saya berlutut disisi tempat tidurnya dan melihatnya menghembuskan nafas terakhirnya, air mata yang selama ini saya tahan, mengalir dengan deras. Ketika adik dan istri dan mama saling berpelukkan dan berdoa, perpisahan itu semakin terasa.
Kejadian itu membantu saya memahami makna ayat yang pendek dalam Alkitab: "Maka menangislah Yesus" (Yohanes 11:35). Allah Putra menangis!!! Dia mengetahui kenyataan di Surga. Dialah sumber segala pengharapan pada hari kebangkitan yang akan datang. Namun demikian, Yesus menangis. Dia sangat mengasihi sahabat-sahabatNya: Maria, Marta, dan Lazarus, sehingga 'masygullah hatiNya" (ayat 33). Yesus benar-benar merasakan kepedihan di hatiNya."
Ketika orang-orang yang kita kasihi meninggal, kita bergulat dengan berbagai macam emosi. Jika orang yang masih muda meninggal kita bertanya "Mengapa?", ketika kematian datang setelah penderitaan yang panjang, kita bergumul untuk memahami mengapa Tuhan menunggu sekian lama untuk memberikan kelegaan.
Kita mulai berfikir Allah itu jauh dan tidak tersentuh oleh kepedihan kita. Kita mungkin mempertanyakan hikmat dan kebaikkan-Nya. Namun, kita membaca, "Maka menangislah Yesus." Allah sangat tersentuh oleh penderitaan kita.
Ketika situsi yang menyakitkan terjadi dalam hidup anda, ingatlah ayat yang pendek itu. Yesus juga mencucurkan air mata. Jika anda ragu bahwa Yesus perduli, ingatlah air mata-Nya.
Tuhan Yesus Memberkati.
*Yohanes 11:35,
Maka menangislah Yesus
"Papa saya (Subagio Hardjawinata) telah berjuang menghadapi penyakitnya yang melemahkan selama berbulan-bulan.
Kami memohon agar Tuhan memberikan kesembuhan untuk beliau tetapi Tuhan berkehendak lain dan Tuhan Yesus lebih menyayangi beliau. Ketika saya berlutut disisi tempat tidurnya dan melihatnya menghembuskan nafas terakhirnya, air mata yang selama ini saya tahan, mengalir dengan deras. Ketika adik dan istri dan mama saling berpelukkan dan berdoa, perpisahan itu semakin terasa.
Kejadian itu membantu saya memahami makna ayat yang pendek dalam Alkitab: "Maka menangislah Yesus" (Yohanes 11:35). Allah Putra menangis!!! Dia mengetahui kenyataan di Surga. Dialah sumber segala pengharapan pada hari kebangkitan yang akan datang. Namun demikian, Yesus menangis. Dia sangat mengasihi sahabat-sahabatNya: Maria, Marta, dan Lazarus, sehingga 'masygullah hatiNya" (ayat 33). Yesus benar-benar merasakan kepedihan di hatiNya."
Ketika orang-orang yang kita kasihi meninggal, kita bergulat dengan berbagai macam emosi. Jika orang yang masih muda meninggal kita bertanya "Mengapa?", ketika kematian datang setelah penderitaan yang panjang, kita bergumul untuk memahami mengapa Tuhan menunggu sekian lama untuk memberikan kelegaan.
Kita mulai berfikir Allah itu jauh dan tidak tersentuh oleh kepedihan kita. Kita mungkin mempertanyakan hikmat dan kebaikkan-Nya. Namun, kita membaca, "Maka menangislah Yesus." Allah sangat tersentuh oleh penderitaan kita.
Ketika situsi yang menyakitkan terjadi dalam hidup anda, ingatlah ayat yang pendek itu. Yesus juga mencucurkan air mata. Jika anda ragu bahwa Yesus perduli, ingatlah air mata-Nya.
Tuhan Yesus Memberkati.
BERSYUKURLAH SENANTIASA
Seorang petani dan istrinya bergandengan tangan menyusuri jalan sepulang dari sawah sambil diguyur air hujan.
Tiba-tiba lewat sebuah motor didepan mereka. Berkatalah petani kepada istrinya,
"Lihat Bu, betapa bahagianya suami istri yang naik motor itu meski mereka kehujanan, tapi mereka bisa cepat sampai di rumah tidak seperti kita yang harus lelah berjalan untuk sampai ke rumah."
Sementara itu pengendara motor dan istrinya yang sedang berboncengan di bawah derasnya air hujan melihat sebuah mobil pick up lewat di depan mereka. Pengendara motor itu berkata kepada istrinya,
"Lihat Bu, betapa bahagianya orang yang naik mobil itu. Mereka tidak perlu kehujanan seperti kita."
Di dalam mobil pick up yang dikendarai sepasang suami istri terjadi perbincangan ketika sebuah sedan Mercy lewat,
"Lihatlah Bu,betapa bahagia orang yang naik mobil bagus itu, pasti nyaman dikendarai tidak seperti mobil kita yang sering mogok."
Pengendara mobil Mercy itu seorang pria kaya dan ketika dia melihat sepasang suami istri yang berjalan bergandengan tangan di bawah guyuran air hujan, pria kaya itu berkata dalam hati,
"Betapa bahagianya suami istri itu. Mereka dengan mesranya berjalan bergandengan tangan sambil menyusuri indahnya jalan di pedesaan ini, sementara aku dan istriku tidak pernah punya waktu untuk berduaan karena kesibukan masing-masing."
Kebahagiaan takkan pernah kita miliki jika kita hanya melihat kebahagiaan milik orang lain dan selalu membandingkan hidup kita dengan hidup orang lain.
Bersyukurlah senantiasa atas hidupmu, atas setiap apa pun kondisi dan keadaanmu saat ini supaya kau tahu dimana kebahagiaan itu berada.
Tuhan Yesus Memberkati.
Tiba-tiba lewat sebuah motor didepan mereka. Berkatalah petani kepada istrinya,
"Lihat Bu, betapa bahagianya suami istri yang naik motor itu meski mereka kehujanan, tapi mereka bisa cepat sampai di rumah tidak seperti kita yang harus lelah berjalan untuk sampai ke rumah."
Sementara itu pengendara motor dan istrinya yang sedang berboncengan di bawah derasnya air hujan melihat sebuah mobil pick up lewat di depan mereka. Pengendara motor itu berkata kepada istrinya,
"Lihat Bu, betapa bahagianya orang yang naik mobil itu. Mereka tidak perlu kehujanan seperti kita."
Di dalam mobil pick up yang dikendarai sepasang suami istri terjadi perbincangan ketika sebuah sedan Mercy lewat,
"Lihatlah Bu,betapa bahagia orang yang naik mobil bagus itu, pasti nyaman dikendarai tidak seperti mobil kita yang sering mogok."
Pengendara mobil Mercy itu seorang pria kaya dan ketika dia melihat sepasang suami istri yang berjalan bergandengan tangan di bawah guyuran air hujan, pria kaya itu berkata dalam hati,
"Betapa bahagianya suami istri itu. Mereka dengan mesranya berjalan bergandengan tangan sambil menyusuri indahnya jalan di pedesaan ini, sementara aku dan istriku tidak pernah punya waktu untuk berduaan karena kesibukan masing-masing."
Kebahagiaan takkan pernah kita miliki jika kita hanya melihat kebahagiaan milik orang lain dan selalu membandingkan hidup kita dengan hidup orang lain.
Bersyukurlah senantiasa atas hidupmu, atas setiap apa pun kondisi dan keadaanmu saat ini supaya kau tahu dimana kebahagiaan itu berada.
Tuhan Yesus Memberkati.
Saat Hampir Tenggelam
Banyak yang
mengatakan, manusia dapat bertahan 40 hari tanpa makanan, 3 hari tanpa
minuman, tetapi hanya satu detik tanpa . . . pengharapan.
Hawa adalah perempuan pertama yang melahirkan anak, sekaligus terkehilangan karena kematian yang tragis. Hal itu tentu sangat membuat Hawa kehilangan pengharapan.
Tapi kasih yang lembut telah membalut kepedihan hatinya, dan Allah mengaruniakan seorang anak yang bernama “Set”.
Tuhan adalah Allah yang memberikan pengharapan bagi kita, bahkan dalam keadaan yang tampak tidak berpengharapan. Selalu ada cara bagi Allah untuk mengatasi pengharapan yang hilang, yang sering membuat frustasi dan patah hati.
Satu hal yang kita harus pegang adalah :
1. Allah itu setia, Ia berjanji untuk membuat masa depan kita jauh dari celaka dan penuh dengan pengharapan (Yeremia 29:11)
2. Allah itu baik, kurangnya iman kita, tidak akan mengurangi kebaikan Allah atas hidup kita (Mazmur 100:5)
3. Diwujudkan dalam Kristus, hanya ada satu diantara ribuan janji dalam Alkitab yang mengatakan bahwa kita dapat melakukan segala sesuatu dalam Kristus yang memberi kekuatan pada diri kita (Filipi 4:13)
Karena kita memiliki Allah yang sanggup membangkitkan sekalipun saat kita tergeletak.
God is Our Power
Tuhan Yesus Memberkati.
Hawa adalah perempuan pertama yang melahirkan anak, sekaligus terkehilangan karena kematian yang tragis. Hal itu tentu sangat membuat Hawa kehilangan pengharapan.
Tapi kasih yang lembut telah membalut kepedihan hatinya, dan Allah mengaruniakan seorang anak yang bernama “Set”.
Tuhan adalah Allah yang memberikan pengharapan bagi kita, bahkan dalam keadaan yang tampak tidak berpengharapan. Selalu ada cara bagi Allah untuk mengatasi pengharapan yang hilang, yang sering membuat frustasi dan patah hati.
Satu hal yang kita harus pegang adalah :
1. Allah itu setia, Ia berjanji untuk membuat masa depan kita jauh dari celaka dan penuh dengan pengharapan (Yeremia 29:11)
2. Allah itu baik, kurangnya iman kita, tidak akan mengurangi kebaikan Allah atas hidup kita (Mazmur 100:5)
3. Diwujudkan dalam Kristus, hanya ada satu diantara ribuan janji dalam Alkitab yang mengatakan bahwa kita dapat melakukan segala sesuatu dalam Kristus yang memberi kekuatan pada diri kita (Filipi 4:13)
Karena kita memiliki Allah yang sanggup membangkitkan sekalipun saat kita tergeletak.
God is Our Power
Tuhan Yesus Memberkati.
JANGAN MENGELUH
Ada cerita menarik mengenai seorang kakek yang mengeluh karena tak dapat membeli sepatu, padahal sepatunya sudah lama rusak.
Suatu sore ia melihat seseorang yang tak mempunyai kaki, tapi tetap ceria. Saat itu juga si kakek berhenti mengeluh dan mulai bersyukur.
Hal kedua yang sering membuat kita tak bersyukur adalah kecenderungan membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Kita merasa orang lain lebih beruntung. Kemanapun kita pergi, selalu ada orang yang lebih pandai, lebih tampan, lebih cantik, lebih percaya diri, dan lebih kaya dari kita.
Rumput tetangga memang sering kelihatan lebih hijau dari rumput di pekarangan sendiri.
Ada cerita menarik mengenai dua pasien rumah sakit jiwa. Pasien pertama sedang duduk termenung sambil menggumam, "Lulu, Lulu."
Seorang pengunjung yang keheranan menanyakan masalah yang dihadapi orang ini. Si dokter menjawab, "Orang ini jadi gila setelah cintanya ditolak oleh Lulu."
Si pengunjung manggut-manggut, tapi begitu lewat sel lain ia terkejut melihat penghuninya terus menerus memukulkan kepalanya di tembok dan berteriak, "Lulu, Lulu".
"Orang ini juga punya masalah dengan Lulu?", tanyanya keheranan.
Dokter kemudian menjawab, "Ya, dialah yang akhirnya menikah dengan Lulu."
Hidup akan lebih bahagia kalau kita dapat menikmati apa yang kita miliki. Karena itu bersyukur merupakan kualitas hati yang tertinggi.
Cerita terakhir adalah mengenai seorang ibu yang sedang terapung di laut karena kapalnya karam, namun tetap berbahagia.
Ketika ditanya kenapa demikian, ia menjawab, "Saya mempunyai dua anak laki-laki. Yang pertama sudah meninggal, yang kedua hidup di tanah seberang. Kalau berhasil selamat, saya sangat bahagia karena dapat berjumpa dengan anak kedua saya. Tetapi kalaupun mati tenggelam, saya juga akan berbahagia karena saya akan berjumpa dengan anak pertama saya di surga."
Tuhan Yesus Memberkati.
Suatu sore ia melihat seseorang yang tak mempunyai kaki, tapi tetap ceria. Saat itu juga si kakek berhenti mengeluh dan mulai bersyukur.
Hal kedua yang sering membuat kita tak bersyukur adalah kecenderungan membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Kita merasa orang lain lebih beruntung. Kemanapun kita pergi, selalu ada orang yang lebih pandai, lebih tampan, lebih cantik, lebih percaya diri, dan lebih kaya dari kita.
Rumput tetangga memang sering kelihatan lebih hijau dari rumput di pekarangan sendiri.
Ada cerita menarik mengenai dua pasien rumah sakit jiwa. Pasien pertama sedang duduk termenung sambil menggumam, "Lulu, Lulu."
Seorang pengunjung yang keheranan menanyakan masalah yang dihadapi orang ini. Si dokter menjawab, "Orang ini jadi gila setelah cintanya ditolak oleh Lulu."
Si pengunjung manggut-manggut, tapi begitu lewat sel lain ia terkejut melihat penghuninya terus menerus memukulkan kepalanya di tembok dan berteriak, "Lulu, Lulu".
"Orang ini juga punya masalah dengan Lulu?", tanyanya keheranan.
Dokter kemudian menjawab, "Ya, dialah yang akhirnya menikah dengan Lulu."
Hidup akan lebih bahagia kalau kita dapat menikmati apa yang kita miliki. Karena itu bersyukur merupakan kualitas hati yang tertinggi.
Cerita terakhir adalah mengenai seorang ibu yang sedang terapung di laut karena kapalnya karam, namun tetap berbahagia.
Ketika ditanya kenapa demikian, ia menjawab, "Saya mempunyai dua anak laki-laki. Yang pertama sudah meninggal, yang kedua hidup di tanah seberang. Kalau berhasil selamat, saya sangat bahagia karena dapat berjumpa dengan anak kedua saya. Tetapi kalaupun mati tenggelam, saya juga akan berbahagia karena saya akan berjumpa dengan anak pertama saya di surga."
Tuhan Yesus Memberkati.
Ekaristi Kepada Tuhan
Masih ingat
nggak kapan terakhir kita bersyukur (ekaristi) pada Tuhan? Mungkin
secara nggak langsung kita sudah cukup lama tidak mengucap syukur pada
Tuhan akan apa yang ada pada diri kita saat ini, atau mungkin kita
merasa apa yang sudah ada ini, merupakan jerih payah kita sendiri? Atau
ada juga yang merasa bahwa sudah sekian lama berdoa dan terus berharap
pada Tuhan, tapi masih juga belum dapat jawaban atas segala permasalahan kita, jadi untuk apa lagi bersyukur???
Banyak hal yang bisa membuat kita tidak lagi bersyukur pada Tuhan. Baik itu keadaan, pekerjaan, masalah, keluarga, dan masih banyak lagi yang justru membuat kita malah bersungut-sungut di hadapan Tuhan. Bahkan sebagian orang menyalahkan Tuhan atas kondisi yang mereka alami saat ini, mereka merasa bahwa Tuhan itu tidak adil.
Padahal, kalau saja kita mau merenung sejenak, kita akan menyadari bahwa terlalu banyak hal dalam hdup kita yang sepatutnya kita syukuri. Mungkin saat ini kita belum mendapatkan apa yang menjadi keinginan kita. Tapi coba kita liat ke “bawah” masih banyak orang lain yang lebih menderita dibanding dengan kita.
Kalau kita masih memiliki keluarga yang mengasihi kita, kita masih lebih beruntung dibandingkan dengan sebagian orang yang sudah tidak memiliki keluarga lagi. Atau bagi yang memiliki pekerjaan, kita jauh lebih beruntung ketimbang orang lain yang terkena PHK atau bahkan sedang menantikan pekerjaan.
Kalau pada saat ini, kita memiliki anggota tubuh yang lengkap dan sehat, kita lebh beruntung ketimbang orang lain yang cacat dan sedang menderita suatu penyakit. tapi pada kenyataannya malah ada sebagian dari orang yang cacat atau yang sedang menderita penyakit justru bisa lebih bersyukur dan mengukir prestasi yang luar biasa.
Kita harus menyadari bahwa selalu ada yang bisa dibandingkan jika memang kita sendiri mau membanding-bandingkan kehidupan kita, “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dkehendaki Allah didalam Kristus Yesus bagi kamu” 1 Tes 5:18
Apapun kondisi dan masalah yang saat ini kita hadapi, entah tu baik ataupun buruk. Tuhan menginginkan kita senantiasa mengucap syukur. Bersyukur dengan apa yang masih kita miliki saat ini, bersyukur kalau kita masih bisa menikmati hidangan walaupun sangat sederhana. Mengucap syukur juga jika kita masih belum memiliki pasangan hidup yang sesuai, mengucap syukur jika pekerjaan yang kita inginkan belum didapatkan.
Ucapan syukur bukan hanya dinaikkan ketika kita mendapat berkat dari Tuhan, tetapi ucapan syukur itu harus dinaikan dalam segala keadaan. Bahkan didalam keadaan yang paling burukpun kita harus tetap mengucap syukur kepada Allah.
Selamat pagi dan selamat beraktivitas. Marilah memulai pagimu yang indah ini dengan ekaristi.
Tuhan Yesus Memberkati.
Banyak hal yang bisa membuat kita tidak lagi bersyukur pada Tuhan. Baik itu keadaan, pekerjaan, masalah, keluarga, dan masih banyak lagi yang justru membuat kita malah bersungut-sungut di hadapan Tuhan. Bahkan sebagian orang menyalahkan Tuhan atas kondisi yang mereka alami saat ini, mereka merasa bahwa Tuhan itu tidak adil.
Padahal, kalau saja kita mau merenung sejenak, kita akan menyadari bahwa terlalu banyak hal dalam hdup kita yang sepatutnya kita syukuri. Mungkin saat ini kita belum mendapatkan apa yang menjadi keinginan kita. Tapi coba kita liat ke “bawah” masih banyak orang lain yang lebih menderita dibanding dengan kita.
Kalau kita masih memiliki keluarga yang mengasihi kita, kita masih lebih beruntung dibandingkan dengan sebagian orang yang sudah tidak memiliki keluarga lagi. Atau bagi yang memiliki pekerjaan, kita jauh lebih beruntung ketimbang orang lain yang terkena PHK atau bahkan sedang menantikan pekerjaan.
Kalau pada saat ini, kita memiliki anggota tubuh yang lengkap dan sehat, kita lebh beruntung ketimbang orang lain yang cacat dan sedang menderita suatu penyakit. tapi pada kenyataannya malah ada sebagian dari orang yang cacat atau yang sedang menderita penyakit justru bisa lebih bersyukur dan mengukir prestasi yang luar biasa.
Kita harus menyadari bahwa selalu ada yang bisa dibandingkan jika memang kita sendiri mau membanding-bandingkan kehidupan kita, “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dkehendaki Allah didalam Kristus Yesus bagi kamu” 1 Tes 5:18
Apapun kondisi dan masalah yang saat ini kita hadapi, entah tu baik ataupun buruk. Tuhan menginginkan kita senantiasa mengucap syukur. Bersyukur dengan apa yang masih kita miliki saat ini, bersyukur kalau kita masih bisa menikmati hidangan walaupun sangat sederhana. Mengucap syukur juga jika kita masih belum memiliki pasangan hidup yang sesuai, mengucap syukur jika pekerjaan yang kita inginkan belum didapatkan.
Ucapan syukur bukan hanya dinaikkan ketika kita mendapat berkat dari Tuhan, tetapi ucapan syukur itu harus dinaikan dalam segala keadaan. Bahkan didalam keadaan yang paling burukpun kita harus tetap mengucap syukur kepada Allah.
Selamat pagi dan selamat beraktivitas. Marilah memulai pagimu yang indah ini dengan ekaristi.
Tuhan Yesus Memberkati.
Kegagalan Adalah Kesuksesan Yang Tertunda
*Ibrani 12:3,
Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa.
Dibalik satu kisah sukses biasanya terdapat seribu kisah kegagalan. Orang mungkin melihat bagaimana suskesnya seseorang, tapi lupa bagaimana orang itu jatuh bangun dan mengalami kegagalan berkali-kali sebelum akhirnya bisa mencapai kesuksesan.
Hari ini mendung, dan rumah sangat gelap jika tidak ada lampu. Dan lampu tidak akan kita nikmati jika Thomas Alva Edison berkepribadian mudah menyerah.
Thomas Alva Edison memang berhasil menemukan lampu, itu sebuah keberhasilan luar biasa, namun lihatlah berapa banyak hari-hari yang ia habiskan di laboratorium bawah tanah di rumahnya karena terus menerus menemui kegagalan. Tidak kurang dari 2000 percobaan gagal dialaminya, namun itu tidak membuatnya patah semangat, menjadi lemah atau putus asa kehilangan harapan.
Thomas Alva Edison berkata: "I never failed once. It just happened to be a 2000-step process" Dia tidak pernah merasa gagal. Sesuatu yang dianggap orang sebagai kegagalan itu, bagi Edison adalah sebuah proses menuju keberhasilan.
Pada akhirnya, 2000 langkah proses itu pun menjadi buah karyanya yang bisa kita nikmati sampai sekarang.
Dari kisah Edison kita melihat bahwa seseorang yang berhasil itu bukanlah manusia yang sempurna yang tidak pernah gagal. Mungkin satu-dua kali, mungkin puluhan, mungkin ratusan bahkan ribuan kali mereka akan membentur tembok, tapi semangat, ketekunan dan kerajinan membuat mereka tidak pernah menyerah.
Begitu pula dengan keimanan kita. Jika kita melihat orang yang hidup benar, mereka pun pasti pernah melakukan kesalahan, tetapi mereka mau belajar dari kesalahan dan tidak mengulanginya lagi. Dalam Amsal kita membaca: "Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan roboh dalam bencana." (Amsal 24:16) Penulis Ibrani mengingatkan hal yang sama. "Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita." (Ibrani 12:1)
Kita hidup ditengah banyak orang yang akan selalu memperhatikan hidup kita. Maka kita wajib meninggalkan beban dan dosa yang merintangi kita dan terus dengan tekun berusaha untuk hidup lebih baik lagi.
Caranya tidak lain adalah melakukannya dengan mata yang tertuju pada Yesus (ay 2). Dan setiap kali kita merasa lemah dan hampir putus asa, arahkan pikiran kita pada Yesus yang tidak pernah menyerah pada tekanan dan siksaan demi menggenapi kehendak Bapa. (ay 3).
Dalam melakukan pelayanannya, para rasul pun tidak kurang sulitnya. Mereka pun mengalami berbagai bentuk penolakan, penindasan bahkan penganiayaan. Tapi mereka tidak menyerah.
"Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa." (2 Korintus 4:8-9).
Dan seperti apa yang tertulis pada Ibrani 12:3, Paulus kembali mengulangi bahwa kuncinya adalah Kristus. "Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami."(ay 10).
Dalam Kristus selalu ada pengharapan. Manusia yang tidak luput dari kesalahan, dan setiap hari kita pun akan selalu berhadapan dengan berbagai godaan dosa maupun kelalaian dan sebagainya.
Yang penting, kita harus selalu mau belajar dari kesalahan dan terus bertekun dalam doa, mendalami firman Tuhan, dan tidak membiarkan berbagai kesalahan itu berlarut-larut, apalagi sampai menyerah pada dosa.
Kegagalan adalah sukses yang tertunda, selama kita tidak putus asa, tidak patah semangat dan mau terus bertekun dalam perjalanan hidup kita. Jadikanlah kegagalan itu sebagai sebuah proses menuju keberhasilan. Tetaplah berlomba dengan tekun, belajarlah selalu dari kegagalan dan jadilah orang yang berhasil keluar sebagai pemenang.
Jangan pernah putus asa karena dalam Kristus selalu ada pengharapan.
Tuhan Yesus Memberkati.
Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa.
Dibalik satu kisah sukses biasanya terdapat seribu kisah kegagalan. Orang mungkin melihat bagaimana suskesnya seseorang, tapi lupa bagaimana orang itu jatuh bangun dan mengalami kegagalan berkali-kali sebelum akhirnya bisa mencapai kesuksesan.
Hari ini mendung, dan rumah sangat gelap jika tidak ada lampu. Dan lampu tidak akan kita nikmati jika Thomas Alva Edison berkepribadian mudah menyerah.
Thomas Alva Edison memang berhasil menemukan lampu, itu sebuah keberhasilan luar biasa, namun lihatlah berapa banyak hari-hari yang ia habiskan di laboratorium bawah tanah di rumahnya karena terus menerus menemui kegagalan. Tidak kurang dari 2000 percobaan gagal dialaminya, namun itu tidak membuatnya patah semangat, menjadi lemah atau putus asa kehilangan harapan.
Thomas Alva Edison berkata: "I never failed once. It just happened to be a 2000-step process" Dia tidak pernah merasa gagal. Sesuatu yang dianggap orang sebagai kegagalan itu, bagi Edison adalah sebuah proses menuju keberhasilan.
Pada akhirnya, 2000 langkah proses itu pun menjadi buah karyanya yang bisa kita nikmati sampai sekarang.
Dari kisah Edison kita melihat bahwa seseorang yang berhasil itu bukanlah manusia yang sempurna yang tidak pernah gagal. Mungkin satu-dua kali, mungkin puluhan, mungkin ratusan bahkan ribuan kali mereka akan membentur tembok, tapi semangat, ketekunan dan kerajinan membuat mereka tidak pernah menyerah.
Begitu pula dengan keimanan kita. Jika kita melihat orang yang hidup benar, mereka pun pasti pernah melakukan kesalahan, tetapi mereka mau belajar dari kesalahan dan tidak mengulanginya lagi. Dalam Amsal kita membaca: "Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan roboh dalam bencana." (Amsal 24:16) Penulis Ibrani mengingatkan hal yang sama. "Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita." (Ibrani 12:1)
Kita hidup ditengah banyak orang yang akan selalu memperhatikan hidup kita. Maka kita wajib meninggalkan beban dan dosa yang merintangi kita dan terus dengan tekun berusaha untuk hidup lebih baik lagi.
Caranya tidak lain adalah melakukannya dengan mata yang tertuju pada Yesus (ay 2). Dan setiap kali kita merasa lemah dan hampir putus asa, arahkan pikiran kita pada Yesus yang tidak pernah menyerah pada tekanan dan siksaan demi menggenapi kehendak Bapa. (ay 3).
Dalam melakukan pelayanannya, para rasul pun tidak kurang sulitnya. Mereka pun mengalami berbagai bentuk penolakan, penindasan bahkan penganiayaan. Tapi mereka tidak menyerah.
"Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa." (2 Korintus 4:8-9).
Dan seperti apa yang tertulis pada Ibrani 12:3, Paulus kembali mengulangi bahwa kuncinya adalah Kristus. "Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami."(ay 10).
Dalam Kristus selalu ada pengharapan. Manusia yang tidak luput dari kesalahan, dan setiap hari kita pun akan selalu berhadapan dengan berbagai godaan dosa maupun kelalaian dan sebagainya.
Yang penting, kita harus selalu mau belajar dari kesalahan dan terus bertekun dalam doa, mendalami firman Tuhan, dan tidak membiarkan berbagai kesalahan itu berlarut-larut, apalagi sampai menyerah pada dosa.
Kegagalan adalah sukses yang tertunda, selama kita tidak putus asa, tidak patah semangat dan mau terus bertekun dalam perjalanan hidup kita. Jadikanlah kegagalan itu sebagai sebuah proses menuju keberhasilan. Tetaplah berlomba dengan tekun, belajarlah selalu dari kegagalan dan jadilah orang yang berhasil keluar sebagai pemenang.
Jangan pernah putus asa karena dalam Kristus selalu ada pengharapan.
Tuhan Yesus Memberkati.
GAGAL KUNCI KESUKSESAN
Kegagalan
tanpa kesuksesan adalah omong kosong. Jika ada orang sukses tanpa pernah
merasakan kegagalan, bersiaplah karena kegagalan masih menanti.
Kegagalan itu bukanlah momok dalam hidup kita, justru melaluinyalah kita dapat menemukan kesuksesan yang luar biasa. Menghadapi kegagalan adalah hal alami yang akan kita hadapi jika kita ingin sukses dalam kehidupan.
Sebagai seorang Kristen, kita sangat senang saat merasa kerja keras kita diberkati Tuhan. Namun, kita juga pasti mengalami kegagalan itu. Kita semua pernah membuat kesalahan.
Tanpa kegagalan, kita tidak akan belajar, tanpa kegagalan juga Tuhan tidak pernah bisa benar-benar memulai karyaNya dalam hidup kita. Tapi bukan berarti kita mencoba untuk gagal.
Tuhan ingin agar kita sukses, namun terkadang kesuksesan menurutNya tidaklah sama dengan kesuksesan menurut pandangan kita. Ada pepatah yang juga mengatakan, “Jika Anda sudah mencoba melakukan suatu hal dan gagal, Anda jauh lebih baik dari pada tdak melakukan apapun”
Dalam Lukas 5:1-11 saat Yesus menyuruh Simon melemparkan jalanya lagi ke laut. Simon mengaku bahwa ia telah gagal menangkap ikan. Mereka telah mencoba sepanjang malam dan tidak mendapatkan ikan sama sekali. Namun Simon taat pada Yesus dan berhasil menangkap banyak sekali ikan dengan jalanya.
Sukses dan kegagalan itu bukanlah masalah utama bagi hidup Kristen. Masalah utamanya adalah seberapa taat kita pada perintah Tuhan, karena pada dasarnya ketaatan itulah yang akan berbuah berkat dan kesuksesan menurutNya.
Tuhan Yesus Memberkati.
Kegagalan itu bukanlah momok dalam hidup kita, justru melaluinyalah kita dapat menemukan kesuksesan yang luar biasa. Menghadapi kegagalan adalah hal alami yang akan kita hadapi jika kita ingin sukses dalam kehidupan.
Sebagai seorang Kristen, kita sangat senang saat merasa kerja keras kita diberkati Tuhan. Namun, kita juga pasti mengalami kegagalan itu. Kita semua pernah membuat kesalahan.
Tanpa kegagalan, kita tidak akan belajar, tanpa kegagalan juga Tuhan tidak pernah bisa benar-benar memulai karyaNya dalam hidup kita. Tapi bukan berarti kita mencoba untuk gagal.
Tuhan ingin agar kita sukses, namun terkadang kesuksesan menurutNya tidaklah sama dengan kesuksesan menurut pandangan kita. Ada pepatah yang juga mengatakan, “Jika Anda sudah mencoba melakukan suatu hal dan gagal, Anda jauh lebih baik dari pada tdak melakukan apapun”
Dalam Lukas 5:1-11 saat Yesus menyuruh Simon melemparkan jalanya lagi ke laut. Simon mengaku bahwa ia telah gagal menangkap ikan. Mereka telah mencoba sepanjang malam dan tidak mendapatkan ikan sama sekali. Namun Simon taat pada Yesus dan berhasil menangkap banyak sekali ikan dengan jalanya.
Sukses dan kegagalan itu bukanlah masalah utama bagi hidup Kristen. Masalah utamanya adalah seberapa taat kita pada perintah Tuhan, karena pada dasarnya ketaatan itulah yang akan berbuah berkat dan kesuksesan menurutNya.
Tuhan Yesus Memberkati.
JANGKAR YANG KOKOH
*Ibrani 6:19,
Pengharapan itu sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita.
Pengharapan itu seperti jangkar. Begitu ditancapkan ke dasar laut, kapal menjadi mantap. Punya pegangan. Dan tidak diombang-ambingkan ombak.
Pengharapan membuat orang beriman mampu berjalan dengan mantap, walau janji Tuhan belum genap. Rasul Paulus berkata, kita sudah "beroleh jalan masuk" menuju keselamatan, walau belum sepenuhnya "menerima kemuliaan Allah". Apa yang meyakinkan kita bahwa kelak kemuliaan Allah itu akan kita terima? Pengharapan!
Dengan pengharapan, biarpun jalan di depan sulit, hati tidak menjadi pahit. Namun semua itu membuat kita makin tekun dan tahan uji, karena yakin yang terbaik pasti akan datang.
Harapan kita sering keliru. Kadang kita mengharapkan jalan yang mudah. Atau, berharap hidup berjalan sesuai skenario kita. Harapan seperti itu bisa mengecewakan. Namun, pengharapan bahwa kita akan menerima kemuliaan Allah adalah jangkar yang kokoh.
Marabahaya bisa datang. Usaha bisa kandas. Cita-cita bisa tidak kesampaian. Namun, pengharapan membuat kita yakin: ini bukan akhir segalanya. Yang terbaik pasti akan datang!
KETIKA KITA DIOMBANG-AMBINGKAN DENGAN ANEKA PERSOALAN JANGAN LUPA TANCAPKAN JANGKAR PENGHARAPAN KEPADA TUHAN
*Roma 5: 5,
Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.
Pengharapan kita tidak akan sia-sia. Dan Kuasa-Nya akan bekerja. Amin….
Tuhan Yesus Memberkati.
Pengharapan itu sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita.
Pengharapan itu seperti jangkar. Begitu ditancapkan ke dasar laut, kapal menjadi mantap. Punya pegangan. Dan tidak diombang-ambingkan ombak.
Pengharapan membuat orang beriman mampu berjalan dengan mantap, walau janji Tuhan belum genap. Rasul Paulus berkata, kita sudah "beroleh jalan masuk" menuju keselamatan, walau belum sepenuhnya "menerima kemuliaan Allah". Apa yang meyakinkan kita bahwa kelak kemuliaan Allah itu akan kita terima? Pengharapan!
Dengan pengharapan, biarpun jalan di depan sulit, hati tidak menjadi pahit. Namun semua itu membuat kita makin tekun dan tahan uji, karena yakin yang terbaik pasti akan datang.
Harapan kita sering keliru. Kadang kita mengharapkan jalan yang mudah. Atau, berharap hidup berjalan sesuai skenario kita. Harapan seperti itu bisa mengecewakan. Namun, pengharapan bahwa kita akan menerima kemuliaan Allah adalah jangkar yang kokoh.
Marabahaya bisa datang. Usaha bisa kandas. Cita-cita bisa tidak kesampaian. Namun, pengharapan membuat kita yakin: ini bukan akhir segalanya. Yang terbaik pasti akan datang!
KETIKA KITA DIOMBANG-AMBINGKAN DENGAN ANEKA PERSOALAN JANGAN LUPA TANCAPKAN JANGKAR PENGHARAPAN KEPADA TUHAN
*Roma 5: 5,
Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.
Pengharapan kita tidak akan sia-sia. Dan Kuasa-Nya akan bekerja. Amin….
Tuhan Yesus Memberkati.
Musuh Membuat Kita Sukses
*Yeremia 29:11,
Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.
Kalau memang Tuhan merancangkan kehidupan yang sukses buat kita, mengapa ada yang benci dan iri hati terhadap kita?
Mengapa ada orang terdekat yang berubah ingin menjatuhkan kita? Mengapa ada rekan kerja di kantor yang berpolitik melawan kita? Mengapa ada saudara dekat yang menyebarkan gosip dan hal-hal negatif tentang kita?
Sebenarnya Tuhan memakai "musuh-musuh" yang membenci dan memusuhi kita untuk membuat kita sukses?
Yusuf dibenci dan dibuang oleh kakak-kakaknya ke dalam sebuah sumur di Dotan hanya karena mereka iri hati, apalagi setelah Yusuf menceritakan mimpi Tuhan bagi dia. Demikian iri hatinya, sehingga kakak-kakaknya bertekad tidak mau melihat Yusuf hidup lagi.
Pada saat seperti ini, penting sekali untuk kita menyadari bahwa Tuhan sudah menyediakan kebesaran bagi kita dengan memakai orang-orang yang membenci kita. Tuhan punya maksud baik di balik semua penderitaan.
Apakah Tuhan meninggalkan Yusuf mati di sumur tua itu? Tidak. Melalui orang-orang yang membenci Yusuf dan membuangnya ke sumur, Yusuf berada di tanah Mesir dan akhirnya menjadi orang nomor dua di negara itu.
Sumur merupakan tempat empuk bagi setan untuk menghancurkan kita lebih dalam lagi.
Rick Warren berkata: "Many people will be bitter, rather than better, and never grow up."
Banyak orang menjadi kecewa di tengah masalah, bukannya menjadi lebih baik dan tidak pernah bertumbuh dewasa.
Jangan ijinkan kekecewaan bertumbuh. Jika kita memberikan respon seperti yang Yesus ajarkan, maka kita akan keluar dari sumur dengan kemenangan.
Ada empat langkah untuk keluar dari sumur ini:
1. Cepat lepaskan pengampunan kepada orang-orang yang sudah menyakiti kita.
Perbuatan mereka memang sudah menyakiti kita. Tetapi akan lebih menyakitkan lagi apabila kita menyimpan rasa sakit itu dan membawanya kemana pun Kita pergi. Kita harus lepaskan rasa sakit itu dengan cara mengampuni.
2. Ingat rancangan Tuhan baik untuk kita.
Di tengah orang-orang yang membenci kita, ingat bahwa Tuhan tidak merencanakan kehancuran untuk hidup kita. Seperti yang Yusuf katakan di Kejadian 50:20 kepada saudara-saudaranya sewaktu ia menjadi asisten Firaun: "Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan,..."
3. Selalu bersukacita dan bersyukur.
Mudah sekali untuk bersukacita dalam keadaan yang nyaman dan menyenangkan. Tetapi Tuhan mengajarkan Kita bahwa "the real joy" adalah ketika kita bersukacita dalam keadaan yang buruk.
4. Bertekad untuk tidak menyerah.
Situasi buruk bukan berarti mimpi dan janji-janji Tuhan batal terjadi dalam hidup Kita. Karena itu, jangan putus asa, jangan berhenti apalagi mundur, berlarilah.
Ingat, musuh yang ada di tengah perjalanan kehidupan kita akan membuat kita sukses.
Karena itu, bersukacitalah dan bersyukur. Jangan pernah menyerah karena rancangan-rancangan Tuhan di dalam hidup kita memberikan hari depan yang penuh pengharapan.
Tuhan Yesus memberkati ^.^
Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.
Kalau memang Tuhan merancangkan kehidupan yang sukses buat kita, mengapa ada yang benci dan iri hati terhadap kita?
Mengapa ada orang terdekat yang berubah ingin menjatuhkan kita? Mengapa ada rekan kerja di kantor yang berpolitik melawan kita? Mengapa ada saudara dekat yang menyebarkan gosip dan hal-hal negatif tentang kita?
Sebenarnya Tuhan memakai "musuh-musuh" yang membenci dan memusuhi kita untuk membuat kita sukses?
Yusuf dibenci dan dibuang oleh kakak-kakaknya ke dalam sebuah sumur di Dotan hanya karena mereka iri hati, apalagi setelah Yusuf menceritakan mimpi Tuhan bagi dia. Demikian iri hatinya, sehingga kakak-kakaknya bertekad tidak mau melihat Yusuf hidup lagi.
Pada saat seperti ini, penting sekali untuk kita menyadari bahwa Tuhan sudah menyediakan kebesaran bagi kita dengan memakai orang-orang yang membenci kita. Tuhan punya maksud baik di balik semua penderitaan.
Apakah Tuhan meninggalkan Yusuf mati di sumur tua itu? Tidak. Melalui orang-orang yang membenci Yusuf dan membuangnya ke sumur, Yusuf berada di tanah Mesir dan akhirnya menjadi orang nomor dua di negara itu.
Sumur merupakan tempat empuk bagi setan untuk menghancurkan kita lebih dalam lagi.
Rick Warren berkata: "Many people will be bitter, rather than better, and never grow up."
Banyak orang menjadi kecewa di tengah masalah, bukannya menjadi lebih baik dan tidak pernah bertumbuh dewasa.
Jangan ijinkan kekecewaan bertumbuh. Jika kita memberikan respon seperti yang Yesus ajarkan, maka kita akan keluar dari sumur dengan kemenangan.
Ada empat langkah untuk keluar dari sumur ini:
1. Cepat lepaskan pengampunan kepada orang-orang yang sudah menyakiti kita.
Perbuatan mereka memang sudah menyakiti kita. Tetapi akan lebih menyakitkan lagi apabila kita menyimpan rasa sakit itu dan membawanya kemana pun Kita pergi. Kita harus lepaskan rasa sakit itu dengan cara mengampuni.
2. Ingat rancangan Tuhan baik untuk kita.
Di tengah orang-orang yang membenci kita, ingat bahwa Tuhan tidak merencanakan kehancuran untuk hidup kita. Seperti yang Yusuf katakan di Kejadian 50:20 kepada saudara-saudaranya sewaktu ia menjadi asisten Firaun: "Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan,..."
3. Selalu bersukacita dan bersyukur.
Mudah sekali untuk bersukacita dalam keadaan yang nyaman dan menyenangkan. Tetapi Tuhan mengajarkan Kita bahwa "the real joy" adalah ketika kita bersukacita dalam keadaan yang buruk.
4. Bertekad untuk tidak menyerah.
Situasi buruk bukan berarti mimpi dan janji-janji Tuhan batal terjadi dalam hidup Kita. Karena itu, jangan putus asa, jangan berhenti apalagi mundur, berlarilah.
Ingat, musuh yang ada di tengah perjalanan kehidupan kita akan membuat kita sukses.
Karena itu, bersukacitalah dan bersyukur. Jangan pernah menyerah karena rancangan-rancangan Tuhan di dalam hidup kita memberikan hari depan yang penuh pengharapan.
Tuhan Yesus memberkati ^.^
Bambu dan Pakis
Suatu hari aku
memutuskan untuk berhenti . . . berhenti dari pekerjaanku, berhenti dari
hubunganku dengan sesama dan berhenti dari spiritualitasku.
Aku pergi ke hutan untuk berbicara dengan Tuhan untuk yang terakhir kalinya,
“Tuhan”, kataku, “berikan aku satu alasan untuk tidak berhenti?”
Dia memberi jawaban yang mengejutkan. “Lihat ke sekelilingmu”, katanya. “ Apakah engkau memperhatikan tanaman pakis dan bambu yang ada di hutan ini?”.
Ya, jawabku.
Lalu Tuhan berkata, “Ketika pertama kali Aku menanam mereka, Aku menanam dan merawat benih-benih mereka dengan seksama. Aku beri mereka cahaya. Aku beri mereka air. Pakis-pakis itu tumbuh dengan sangat cepat. Warna hijaunya yang menawan menutupi tanah. Namun, tidak ada yang terjadi dari benih bambu. Tapi, Aku tidak berhenti terus untuk merawatnya.
Dalam tahun kedua, pakis-pakis itu tumbuh lebih cepat dan lebih banyak lagi. Namun, tetap tidak ada yang terjadi dari benih bambu. Tetapi Aku tidak menyerah terhadapnya.”
“Dalam tahun ketiga tetap tidak ada yang tumbuh dari benih bambu itu, tetapi Aku tetap tidak menyerah. Begitu juga dengan tahun keempat.”
“Lalu pada tahun kelima, sebuah tunas yang kecil muncul dari dalam tanah. Bandingkan dengan pakis, itu kelihatan begitu kecil dan sepertinya tidak berarti. Namun enam bulan kemudian, bambu itu tumbuh dengan mencapai ketinggian lebih dari 100 kaki. Dia membutuhkan waktu lima tahun untuk menumbuhkan akar-akarnya.
Akar-akar itu membuat dia kuat dan memberikan apa yang dia butuhkan untuk bertahan hidup.
Aku tidak akan memberikan ciptaanku tantangan yang tidak bisa mereka tangani”.
“Tahukah engkau anakku, dari semua waktu pergumlanmu, sebenarnya engkau sedang menumbuhkan akar-akarmu? Aku tidak menyerah terhadap bambu itu. Aku juga tidak akan pernah menyerah terhadapmu.”
Tuhan berkata, “Jangan bandingkan dirimu dengan orang lain. Bambu-bambu itu memiliki tujuan yang berbeda dibandingkan dengan pakis. Tetapi keduanya tetap membuat hutan ini menjadi lebih indah.”
“Saatmu akan tiba”, Tuhan mengatakan itu kepadaku.
“Engkau akan tumbuh sangat tinggi”
“Seberapa tinggi aku harus bertumbuh?”, tanyaku.
“Sampai seberapa tinggi bambu-bambu itu dapat tumbuh?”, Tuhan balik bertanya.
“Setinggi yang mereka mampu?”, aku bertanya.
“Ya” Jawab-Nya, “Muliakan Aku dengan pertumbuhanmu, setinggi yang engkau dapat capai.”
Lalu aku meninggalkan hutan itu, menyadari bahwa Allah tidak akan pernah menyerah terhadap aku. Dan Dia juga tidak akan pernah menyerah terhadap Anda!
Jangan pernah menyesali hidup saat ini yang Anda jalani sekalipun itu hanya untuk satu hari. Hari- hari yang baik memberikan kebahagiaan; hari-hari yang kurang baik memberikan pengalaman; kedua-duanya memberi arti bagi kehidupan kita.
Teruslah bertumbuh....bertumbuh...dan bertumbuh...di dalam KasihNya.....
Tuhan Yesus memberkati.
Aku pergi ke hutan untuk berbicara dengan Tuhan untuk yang terakhir kalinya,
“Tuhan”, kataku, “berikan aku satu alasan untuk tidak berhenti?”
Dia memberi jawaban yang mengejutkan. “Lihat ke sekelilingmu”, katanya. “ Apakah engkau memperhatikan tanaman pakis dan bambu yang ada di hutan ini?”.
Ya, jawabku.
Lalu Tuhan berkata, “Ketika pertama kali Aku menanam mereka, Aku menanam dan merawat benih-benih mereka dengan seksama. Aku beri mereka cahaya. Aku beri mereka air. Pakis-pakis itu tumbuh dengan sangat cepat. Warna hijaunya yang menawan menutupi tanah. Namun, tidak ada yang terjadi dari benih bambu. Tapi, Aku tidak berhenti terus untuk merawatnya.
Dalam tahun kedua, pakis-pakis itu tumbuh lebih cepat dan lebih banyak lagi. Namun, tetap tidak ada yang terjadi dari benih bambu. Tetapi Aku tidak menyerah terhadapnya.”
“Dalam tahun ketiga tetap tidak ada yang tumbuh dari benih bambu itu, tetapi Aku tetap tidak menyerah. Begitu juga dengan tahun keempat.”
“Lalu pada tahun kelima, sebuah tunas yang kecil muncul dari dalam tanah. Bandingkan dengan pakis, itu kelihatan begitu kecil dan sepertinya tidak berarti. Namun enam bulan kemudian, bambu itu tumbuh dengan mencapai ketinggian lebih dari 100 kaki. Dia membutuhkan waktu lima tahun untuk menumbuhkan akar-akarnya.
Akar-akar itu membuat dia kuat dan memberikan apa yang dia butuhkan untuk bertahan hidup.
Aku tidak akan memberikan ciptaanku tantangan yang tidak bisa mereka tangani”.
“Tahukah engkau anakku, dari semua waktu pergumlanmu, sebenarnya engkau sedang menumbuhkan akar-akarmu? Aku tidak menyerah terhadap bambu itu. Aku juga tidak akan pernah menyerah terhadapmu.”
Tuhan berkata, “Jangan bandingkan dirimu dengan orang lain. Bambu-bambu itu memiliki tujuan yang berbeda dibandingkan dengan pakis. Tetapi keduanya tetap membuat hutan ini menjadi lebih indah.”
“Saatmu akan tiba”, Tuhan mengatakan itu kepadaku.
“Engkau akan tumbuh sangat tinggi”
“Seberapa tinggi aku harus bertumbuh?”, tanyaku.
“Sampai seberapa tinggi bambu-bambu itu dapat tumbuh?”, Tuhan balik bertanya.
“Setinggi yang mereka mampu?”, aku bertanya.
“Ya” Jawab-Nya, “Muliakan Aku dengan pertumbuhanmu, setinggi yang engkau dapat capai.”
Lalu aku meninggalkan hutan itu, menyadari bahwa Allah tidak akan pernah menyerah terhadap aku. Dan Dia juga tidak akan pernah menyerah terhadap Anda!
Jangan pernah menyesali hidup saat ini yang Anda jalani sekalipun itu hanya untuk satu hari. Hari- hari yang baik memberikan kebahagiaan; hari-hari yang kurang baik memberikan pengalaman; kedua-duanya memberi arti bagi kehidupan kita.
Teruslah bertumbuh....bertumbuh...dan bertumbuh...di dalam KasihNya.....
Tuhan Yesus memberkati.
Jangan pernah lupakan ini!
Suatu
kali, kira-kira beberapa tahun yang lalu, Billy Graham mengalami
masa-masa yang gelap dalam hidupnya. Meskipun ia telah berdoa kepada
Tuhan mengenai apa yang ia alami, namun ia merasa langit seperti menjadi
tembaga baginya. Tuhan seolah-olah telah menghilang dari hidupnya dan
ia sendirian bersama pencobaan dan bebannya.
Billy Graham akhirnya menulis surat pada ibunya mengenai pengalamannya itu.
Beberapa hari kemudian, ia pun mendapat surat balasan dari ibunya yang isinya sebagai berikut:
“Nak, ada saatnya ketika Allah menarik diri-Nya untuk menguji imanmu. Dia ingin kau mempercayai Dia dalam kegelapan. Sekarang, raihlah dengan iman melewati kabut dan kau akan menemukan bahwa tangan-Nya ada di sana.”
Selesai membaca surat dari ibunya tersebut, tiba-tiba air mata keluar dari mata Billy Graham. Sambil berlutut di sisi tempat tidur, ia pun mulai menangis dan hadirat Allah yang melimpah dengan sekejap ia rasakan. Hari itu sungguh menjadi hari yang tidak pernah ia lupakan hingga saat ini.
Entah kita merasakan atau tidak merasakan hadirat Allah di saat jalan kita gelap, namun tetap berimanlah bahwa Dia ada disana.
Jangan ragukan firman-Nya yang berkata, “Aku tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau”
karena memang itulah kebenaran yang sesungguhnya. Allah selalu ada bersama kita dan dalam keadaan apapun Dia tidak akan pernah meninggalkan kita seorang diri.
*Ulangan 31:8,
Sebab TUHAN, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati.
Tuhan Yesus Memberkati.
Billy Graham akhirnya menulis surat pada ibunya mengenai pengalamannya itu.
Beberapa hari kemudian, ia pun mendapat surat balasan dari ibunya yang isinya sebagai berikut:
“Nak, ada saatnya ketika Allah menarik diri-Nya untuk menguji imanmu. Dia ingin kau mempercayai Dia dalam kegelapan. Sekarang, raihlah dengan iman melewati kabut dan kau akan menemukan bahwa tangan-Nya ada di sana.”
Selesai membaca surat dari ibunya tersebut, tiba-tiba air mata keluar dari mata Billy Graham. Sambil berlutut di sisi tempat tidur, ia pun mulai menangis dan hadirat Allah yang melimpah dengan sekejap ia rasakan. Hari itu sungguh menjadi hari yang tidak pernah ia lupakan hingga saat ini.
Entah kita merasakan atau tidak merasakan hadirat Allah di saat jalan kita gelap, namun tetap berimanlah bahwa Dia ada disana.
Jangan ragukan firman-Nya yang berkata, “Aku tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau”
karena memang itulah kebenaran yang sesungguhnya. Allah selalu ada bersama kita dan dalam keadaan apapun Dia tidak akan pernah meninggalkan kita seorang diri.
*Ulangan 31:8,
Sebab TUHAN, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati.
Tuhan Yesus Memberkati.
Memberi Tidak Membuat Berkekurangan
Ada seorang kaya yang mempunyai 19 ekor kerbau, dan 3 orang anak.
Mendekati ajalnya, dia membagikan warisan kepada ke tiga anaknya dengan
pesan 1/2 untuk anak pertama, 1/4 untuk anak kedua dan 1/5 untuk anak
ketiga.
Setelah sang bapak meninggal, ketiga anaknya membagikan kerbau sesuai pesan ayah mereka. Tapi mereka menemukan keganjilan (19 Angka ganjil), bahwa masing-masing mereka akan mendapatkan bagian kerbau yang tidak utuh. Masing-masing tidak mau mengalah dan berusaha mendapatkan bagian utuh.
... Terdengarlah kabar pertengkaran mereka oleh seorang bapak yang miskin yang punya 1 ekor kerbau. Akhirnya, bapak tersebut menemui mereka, dan bersedia dengan ikhlas memberikan kerbaunya supaya masing-masing mendapat bagian yang utuh.
Anak-anak itu setuju, dan mereka mulai membagi. Anak pertama mendapat 1/2 dari 20 yaitu 10 ekor, anak kedua mendapat 1/4 dari 20 yaitu 5 ekor, anak ketiga 1/5 dari 20 yaitu 4 ekor.
[1/2 : 20 = 20/2 = 10; 1/4 : 20 = 5; 1/5 : 20 = 4]
Demikianlah masing-masing mendapatkan bagian yang utuh. Dan totalnya adalah 10+5+4=19 sisa 1 ekor, dikembalikan pada bapak tadi.
Ternyata dengan memberi, kita tidak akan kehilangan apa yang menjadi milik kita.
Amazing….
*Kisah Para Rasul 20:35,
Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima."
*Wahyu 22:21,
kasih Karunia Tuhan Yesus menyertai kamu sekalian!
Tuhan Yesus Memberkati.
Setelah sang bapak meninggal, ketiga anaknya membagikan kerbau sesuai pesan ayah mereka. Tapi mereka menemukan keganjilan (19 Angka ganjil), bahwa masing-masing mereka akan mendapatkan bagian kerbau yang tidak utuh. Masing-masing tidak mau mengalah dan berusaha mendapatkan bagian utuh.
... Terdengarlah kabar pertengkaran mereka oleh seorang bapak yang miskin yang punya 1 ekor kerbau. Akhirnya, bapak tersebut menemui mereka, dan bersedia dengan ikhlas memberikan kerbaunya supaya masing-masing mendapat bagian yang utuh.
Anak-anak itu setuju, dan mereka mulai membagi. Anak pertama mendapat 1/2 dari 20 yaitu 10 ekor, anak kedua mendapat 1/4 dari 20 yaitu 5 ekor, anak ketiga 1/5 dari 20 yaitu 4 ekor.
[1/2 : 20 = 20/2 = 10; 1/4 : 20 = 5; 1/5 : 20 = 4]
Demikianlah masing-masing mendapatkan bagian yang utuh. Dan totalnya adalah 10+5+4=19 sisa 1 ekor, dikembalikan pada bapak tadi.
Ternyata dengan memberi, kita tidak akan kehilangan apa yang menjadi milik kita.
Amazing….
*Kisah Para Rasul 20:35,
Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima."
*Wahyu 22:21,
kasih Karunia Tuhan Yesus menyertai kamu sekalian!
Tuhan Yesus Memberkati.
Kupu-Kupu
Seorang pria menemukan kepompong ngengat dan membawanya pulang untuk melihatnya menetas.
Suatu hari ada celah muncul, dan untuk beberapa saat nengat kecil itu berjuang, tapi ia tidak bisa memaksakan badanya untuk melewati titik tertentu.
Menganggap ada sesuatu yang tidak beres, pria itu mengambil gunting dan menggunting sebagian kepompong yang tersisa. Ngangat itu kemudian keluar dengan mudahnya, badannya besar dan bengkak, sayapnya kecil dan kusut. Pria itu berharap dalam beberapa jam lagi sayap ngengat itu akan berkembang dalam keindahan alamiahnya, tapi ternyata hal itu tidak terjadi. Ngengat itu tidak berkembang menjadi makhluk yang terbang secara bebas melainkan harus melata menyeret tubuhnya yang bengkak dan sayap yang kusut.
Kepompong yang menjepit dan perjuangan yang dibutuhkan untuk keluar dari celahnya yang kecil merupakan jalan Tuhan untuk mendorong cairan dari tubuh kedalam sayap.
Pengguntingan yang berdasarkan “belas kasihan” itu sebenarnya merupakan hal yang kejam. Perjuangan merupakan sesuatu yang sebenarnya kita semua butuhkan.
Tuhan Yesus Memberkati.
Suatu hari ada celah muncul, dan untuk beberapa saat nengat kecil itu berjuang, tapi ia tidak bisa memaksakan badanya untuk melewati titik tertentu.
Menganggap ada sesuatu yang tidak beres, pria itu mengambil gunting dan menggunting sebagian kepompong yang tersisa. Ngangat itu kemudian keluar dengan mudahnya, badannya besar dan bengkak, sayapnya kecil dan kusut. Pria itu berharap dalam beberapa jam lagi sayap ngengat itu akan berkembang dalam keindahan alamiahnya, tapi ternyata hal itu tidak terjadi. Ngengat itu tidak berkembang menjadi makhluk yang terbang secara bebas melainkan harus melata menyeret tubuhnya yang bengkak dan sayap yang kusut.
Kepompong yang menjepit dan perjuangan yang dibutuhkan untuk keluar dari celahnya yang kecil merupakan jalan Tuhan untuk mendorong cairan dari tubuh kedalam sayap.
Pengguntingan yang berdasarkan “belas kasihan” itu sebenarnya merupakan hal yang kejam. Perjuangan merupakan sesuatu yang sebenarnya kita semua butuhkan.
Tuhan Yesus Memberkati.
Yang Paling Kusayangi
Dalam sebuah
rumah mewah, hiduplah sepasang suami istri. Mereka sangat harmonis,
rezekipun sudah berlimpah dan sudah meraih kehidupan yang mapan.
Namun setelah 10 tahun menikah mereka belum juga dikarunia seorang anakpun. Mereka benar-benar saling mencintai, tetapi karena desakan berbagai pihak akhirnya si suami setuju untuk menceraikan istrinya karena dianggap tidak mampu memberinya seorang anak sebagai pewaris.
Setelah berdebat lama dan cukup sengit, si istri yang terluka hatinya akhirnya menyerah.
Melalui percakapan berkali-kali dengan berat hati orang tua mereka menyetujui dengan syarat, sebelum bercerai mereka harus mengadakan pesta perpisahan layaknya pesta pernikahan mereka dulu.
Maka pesta megah pun diselenggarakan, pesta yang tidak membahagiakan siapapun. Si suami tampak tertekan dan meneguk anggur sampai mabuk berat.., sementara si istri sesekali menghapus air matanya.
Disaat tak terduga si suami yang mabok dengan lantang berkata, "Istriku, saat kau pergi nanti, semua barang berharga atau apa pun yang kau sukai dan kau sayangi, boleh kau bawa dan menjadi milikmu!"
Setelah berkata demikian ia kembali meneguk anggur sampai tak sadarkan diri.
Keesokan harinya dengan kepala berat si suami terbangun dan sadar bahwa ia tidak tidur di kamarnya. Ia tidak mengenali kamar itu selain sosok yang sudah dikenalnya bertahun-tahun disampingnya, yaitu istrinya.
"Ada di manakah kita? Apakah aku masih mabuk dan bermimpi?"
Dengan penuh cinta si istri menjawab, "Kita di rumah orang tuaku. Tadi malam, didepan para tamu kamu mengatakan bahwa aku boleh membawa apa saja yang kusayangi. Di dunia ini tidak ada yang lebih berharga dan kusayangi dengan sepenuh hatiku selain kamu. Karena itu kamu kubawa kemari kerumah orang tuaku"
Si suami termenung dan segera menyadari betapa besar rasa sayang istrinya itu, lalu ia memeluk istrinya, "Maafkan aku sayang, karena aku berpikir dan bertindak bodoh dan tidak menyadari dalamnya cintamu padaku. Walau aku telah menyakitimu dan ingin menceraikanmu, tetapi kau malah membawaku bersamamu".
Pesan Moral,
Ketika pernikahan dilangsungkan, komitmen dari suami dan istri adalah setia dalam keadaan senang maupun susah.
Firman Tuhan dengan jelas mengatakan bahwa anak adalah upah ( Maz 127 ), dan dengan jelas mengatakan bahwa seorang suami harus mengasihi istrinya seperti Kristus mengasihi jemaatNya ( Efesus 5:25 ), berkat yang paling utama didalam pernikahan adalah pasangan kita bukan anak, anak merupakan berkat tambahan dan sebagai pelengkap di dalam kehidupan suami istri.
Suami istri hendaklah tetap saling mencintai sekalipun Tuhan belum memberikan keturunan, karena komitmen pernikahan adalah setia sampai salah satu dipanggil pulang ke rumah Bapa.
Tuhan Yesus memberkati.
Namun setelah 10 tahun menikah mereka belum juga dikarunia seorang anakpun. Mereka benar-benar saling mencintai, tetapi karena desakan berbagai pihak akhirnya si suami setuju untuk menceraikan istrinya karena dianggap tidak mampu memberinya seorang anak sebagai pewaris.
Setelah berdebat lama dan cukup sengit, si istri yang terluka hatinya akhirnya menyerah.
Melalui percakapan berkali-kali dengan berat hati orang tua mereka menyetujui dengan syarat, sebelum bercerai mereka harus mengadakan pesta perpisahan layaknya pesta pernikahan mereka dulu.
Maka pesta megah pun diselenggarakan, pesta yang tidak membahagiakan siapapun. Si suami tampak tertekan dan meneguk anggur sampai mabuk berat.., sementara si istri sesekali menghapus air matanya.
Disaat tak terduga si suami yang mabok dengan lantang berkata, "Istriku, saat kau pergi nanti, semua barang berharga atau apa pun yang kau sukai dan kau sayangi, boleh kau bawa dan menjadi milikmu!"
Setelah berkata demikian ia kembali meneguk anggur sampai tak sadarkan diri.
Keesokan harinya dengan kepala berat si suami terbangun dan sadar bahwa ia tidak tidur di kamarnya. Ia tidak mengenali kamar itu selain sosok yang sudah dikenalnya bertahun-tahun disampingnya, yaitu istrinya.
"Ada di manakah kita? Apakah aku masih mabuk dan bermimpi?"
Dengan penuh cinta si istri menjawab, "Kita di rumah orang tuaku. Tadi malam, didepan para tamu kamu mengatakan bahwa aku boleh membawa apa saja yang kusayangi. Di dunia ini tidak ada yang lebih berharga dan kusayangi dengan sepenuh hatiku selain kamu. Karena itu kamu kubawa kemari kerumah orang tuaku"
Si suami termenung dan segera menyadari betapa besar rasa sayang istrinya itu, lalu ia memeluk istrinya, "Maafkan aku sayang, karena aku berpikir dan bertindak bodoh dan tidak menyadari dalamnya cintamu padaku. Walau aku telah menyakitimu dan ingin menceraikanmu, tetapi kau malah membawaku bersamamu".
Pesan Moral,
Ketika pernikahan dilangsungkan, komitmen dari suami dan istri adalah setia dalam keadaan senang maupun susah.
Firman Tuhan dengan jelas mengatakan bahwa anak adalah upah ( Maz 127 ), dan dengan jelas mengatakan bahwa seorang suami harus mengasihi istrinya seperti Kristus mengasihi jemaatNya ( Efesus 5:25 ), berkat yang paling utama didalam pernikahan adalah pasangan kita bukan anak, anak merupakan berkat tambahan dan sebagai pelengkap di dalam kehidupan suami istri.
Suami istri hendaklah tetap saling mencintai sekalipun Tuhan belum memberikan keturunan, karena komitmen pernikahan adalah setia sampai salah satu dipanggil pulang ke rumah Bapa.
Tuhan Yesus memberkati.
Menghargai Waktu
Seorang pria sedang
berlari menuju sebuah loket. Setelah mendapatkan sebuah tiket, pria
tersebut berlari mendekati sebuah tempat pemberhentian kereta. Namun
betapa kecewanya ketika di dapatinya kereta yang telah dikejarnya dengan
sangat lelah itu sudah pergi satu menit yang lalu.
Sejak hari itu, karirnya menjadi hancur karena waktu itu adalah hari pertama bagi dirinya untuk presentasi yang menentukan nasibnya dalam sebuah jabatan yang ia duduki.
Kini ia harus bersusah payah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, kadang ia harus merelakan perutnya tanpa makanan selama dua hari. Waktu satu menit ternyata sangat berharga bagi pria itu dimana waktu itu merupakan kunci kesuksesannya.
Lalu bagaimana dengan kita? Masihkah ada artinya satu menit itu bagi kehidupan kita? Pernahkah kita berpikir dalam hitungan menit, semua hal yang kita miliki dapat lenyap seketika?
Saat ini, mari kita belajar lebih menghargai waktu :)
Tuhan Yesus memberkati.
Sejak hari itu, karirnya menjadi hancur karena waktu itu adalah hari pertama bagi dirinya untuk presentasi yang menentukan nasibnya dalam sebuah jabatan yang ia duduki.
Kini ia harus bersusah payah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, kadang ia harus merelakan perutnya tanpa makanan selama dua hari. Waktu satu menit ternyata sangat berharga bagi pria itu dimana waktu itu merupakan kunci kesuksesannya.
Lalu bagaimana dengan kita? Masihkah ada artinya satu menit itu bagi kehidupan kita? Pernahkah kita berpikir dalam hitungan menit, semua hal yang kita miliki dapat lenyap seketika?
Saat ini, mari kita belajar lebih menghargai waktu :)
Tuhan Yesus memberkati.
Intropeksi Diri
Seorang bocah
laki-laki masuk ke sebuah toko. Ia mengambil peti minuman dan
mendorongnya ke dekat pesawat telepon koin. Lalu, ia naik ke atasnya
sehingga ia bisa menekan tombol angka di telepon dengan leluasa.
Ditekannya tujuh digit angka. Si pemilik toko mengamati-amati tingkah bocah ini dan menguping percakapan teleponnya.
Bocah: Ibu, bisakah saya mendapat pekerjaan memotong rumput di halaman Ibu?
Ibu (di ujung telepon sebelah sana): Saya sudah punya orang untuk mengerjakannya.
Bocah: Ibu bisa bayar saya setengah upah dari orang itu.
Ibu: Saya sudah sangat puas dengan hasil kerja orang itu.
Bocah (dengan sedikit memaksa): Saya juga akan menyapu pinggiran trotoar Ibu dan saya jamin di hari Minggu halaman rumah Ibu akan jadi yang tercantik di antara rumah-rumah yang berada di kompleks perumahan ibu.
Ibu: Tidak, terima kasih.
Dengan senyuman di wajahnya, bocah itu menaruh kembali gagang telepon. Si pemilik toko, yang sedari tadi mendengarkan, menghampiri bocah itu.
Pemilik Toko: Nak, aku suka sikapmu, semangat positifmu, dan aku ingin menawarkanmu pekerjaan.
Bocah: Tidak. Makasih.
Pemilik Toko: Tapi tadi kedengarannya kamu sangat menginginkan pekerjaan.
Bocah: Oh, itu, Pak. Saya cuma mau mengecek apa kerjaan saya sudah bagus. Sayalah yang bekerja untuk Ibu tadi!
Seperti anak kecil ini, sebaiknyalah kita mengevaluasi (mengintropeksi, merenungkan) tentang apa yang kita kerjakan selama ini untuk memastikan kualitas yang lebih baik di hari-hari kemudian.
Ingatlah ......
"WAKTU seperti sungai, kamu tidak bisa menyentuh air yang sama untuk kedua kalinya, karena air yang telah mengalir akan terus berlalu dan tidak akan pernah KEMBALI".
Untuk itu ...
Buat Hidupmu Lebih BERMAKNA.
Ditekannya tujuh digit angka. Si pemilik toko mengamati-amati tingkah bocah ini dan menguping percakapan teleponnya.
Bocah: Ibu, bisakah saya mendapat pekerjaan memotong rumput di halaman Ibu?
Ibu (di ujung telepon sebelah sana): Saya sudah punya orang untuk mengerjakannya.
Bocah: Ibu bisa bayar saya setengah upah dari orang itu.
Ibu: Saya sudah sangat puas dengan hasil kerja orang itu.
Bocah (dengan sedikit memaksa): Saya juga akan menyapu pinggiran trotoar Ibu dan saya jamin di hari Minggu halaman rumah Ibu akan jadi yang tercantik di antara rumah-rumah yang berada di kompleks perumahan ibu.
Ibu: Tidak, terima kasih.
Dengan senyuman di wajahnya, bocah itu menaruh kembali gagang telepon. Si pemilik toko, yang sedari tadi mendengarkan, menghampiri bocah itu.
Pemilik Toko: Nak, aku suka sikapmu, semangat positifmu, dan aku ingin menawarkanmu pekerjaan.
Bocah: Tidak. Makasih.
Pemilik Toko: Tapi tadi kedengarannya kamu sangat menginginkan pekerjaan.
Bocah: Oh, itu, Pak. Saya cuma mau mengecek apa kerjaan saya sudah bagus. Sayalah yang bekerja untuk Ibu tadi!
Seperti anak kecil ini, sebaiknyalah kita mengevaluasi (mengintropeksi, merenungkan) tentang apa yang kita kerjakan selama ini untuk memastikan kualitas yang lebih baik di hari-hari kemudian.
Ingatlah ......
"WAKTU seperti sungai, kamu tidak bisa menyentuh air yang sama untuk kedua kalinya, karena air yang telah mengalir akan terus berlalu dan tidak akan pernah KEMBALI".
Untuk itu ...
Buat Hidupmu Lebih BERMAKNA.
Membangun Pilar Kebahagiaan Rumah Tangga
*Kolose 3:14,
Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.
Ketika memutuskan untuk menikah, orang pasti mengharapkan sebuah rumah tangga yang bahagia.
Bahagia dapat didefinisikan sebagai keadaan atau perasaan senang dan tentram, bebas dari segala yang menyusahkan. Kita mengharapkan suami istri yang penuh pengertian, anak-anak yang sehat dan taat, keuangan yang baik, dll.
Namun, kebahagiaan tidak datang dengan sendirinya. Kebahagiaan perlu dibangun dan diupayakan.
Berikut ini ada 6 pilar kebahagiaan yang perlu kita kembangkan sebagai suami-istri dalam rumah tangga,
PERTAMA : SALING MENERIMA (Rm 15:7). Saling menerima adalah kunci utama untuk mengatasi perbedaan. Pasangan kita memiliki karakter, kebiasaan, pemahaman, dan mungkin saja budaya yang berbeda, jika ia berasal dari suku atau bangsa yang lain, kita jangan berusaha mengubah pasangan kita, tetapi mulailah mengubah sikap kita jika memang perlu untuk dirubah demi kebaikkan bersama.
Ketika pasangan melihat perubahan kita, besar kemungkinan ia juga akan mulai berubah dengan kesadaran sendiri.
KEDUA : SALING MENGHARGAI (1 Petrus 2:17; 3:7). Saling menghargai berhubungan dengan rasa hormat kita kepada pasangan kita. Hargailah pasangan sebagai partner, jangan menganggap dan memperlakukan dia sebagai seorang yang lebih rendah. Termasuk juga di dalamnya menghargai pendapat dan ide-idenya, sekalipun pendapatnya tidak sebaik yang anda harapkan.
KETIGA : SALING MENGUTAMAKAN (Filipi 2:3). Kita akan mengutamakan pasangan, jika kita menganggap dia lebih penting dari pada diri kita sendiri.
Mengutamakan diri sendiri akan menimbulkan kesalahpahaman, yang membuat damai sejatera hilang. Utamakanlah pasangan Anda, perasaannya, keinginannya, hobinya, dll.
Sungguh indah jika suami istri saling menutamakan. Ada pelayanan timbal balik antara keduanya.
KEEMPAT : SALING MEMUJI (Amsal 25:27). Amsal mengatakan bahwa kata-kata pujian yang kita berikan hendaklah jarang. Artinya, memberikan pujian adalah hal yang wajar, tapi janganlah memberikan pujian yang berlebihan dan mengada-ada.
Pujian yang wajar merupakan motivasi yang baik bagi pasangan. Jika selama ini kita terbiasa mengkritik pasangan kita, sekarang gantilah kritikkan itu menjadi pujian yang akan membuat pasangan kita sukacita.
KELIMA : SALING MENGAMPUNI (Efesus 4:32; Kolose 3:13). Dalam hidup berumah tangga, akan ada kesalahpahaman atau pelangggaran yang dilakukkan oleh pasangan kita. Sebagai seorang yang sudah diampuni oleh Tuhan, suami-istri juga hendaknya bersedia memberikan pengampunan, ketika sikap atau tindakkan pasangan kita menyakiti hati kita.
KEENAM : SALING MEMBANGUN (1 Tesalonika 5:11; Roma 14:19). Bantulah pasangan Anda untuk berubah menjadi lebih baik. Jangan biarkan dia dalam kesalahannya, tegur dengan kasih dan doakan dia, agar kalian berdua semakin baik dan maju dalam Tuhan.
KEBAHAGIAAN TIDAK DATANG SECARA INSTAN, ADA USAHA DAN PENGORBANAN UNTUK MEMBANGUNNYA.
Semoga semua Keluarga Kristen dapat membangun pilar-pilar kebahagiaan.
Tuhan Yesus Memberkati.
Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.
Ketika memutuskan untuk menikah, orang pasti mengharapkan sebuah rumah tangga yang bahagia.
Bahagia dapat didefinisikan sebagai keadaan atau perasaan senang dan tentram, bebas dari segala yang menyusahkan. Kita mengharapkan suami istri yang penuh pengertian, anak-anak yang sehat dan taat, keuangan yang baik, dll.
Namun, kebahagiaan tidak datang dengan sendirinya. Kebahagiaan perlu dibangun dan diupayakan.
Berikut ini ada 6 pilar kebahagiaan yang perlu kita kembangkan sebagai suami-istri dalam rumah tangga,
PERTAMA : SALING MENERIMA (Rm 15:7). Saling menerima adalah kunci utama untuk mengatasi perbedaan. Pasangan kita memiliki karakter, kebiasaan, pemahaman, dan mungkin saja budaya yang berbeda, jika ia berasal dari suku atau bangsa yang lain, kita jangan berusaha mengubah pasangan kita, tetapi mulailah mengubah sikap kita jika memang perlu untuk dirubah demi kebaikkan bersama.
Ketika pasangan melihat perubahan kita, besar kemungkinan ia juga akan mulai berubah dengan kesadaran sendiri.
KEDUA : SALING MENGHARGAI (1 Petrus 2:17; 3:7). Saling menghargai berhubungan dengan rasa hormat kita kepada pasangan kita. Hargailah pasangan sebagai partner, jangan menganggap dan memperlakukan dia sebagai seorang yang lebih rendah. Termasuk juga di dalamnya menghargai pendapat dan ide-idenya, sekalipun pendapatnya tidak sebaik yang anda harapkan.
KETIGA : SALING MENGUTAMAKAN (Filipi 2:3). Kita akan mengutamakan pasangan, jika kita menganggap dia lebih penting dari pada diri kita sendiri.
Mengutamakan diri sendiri akan menimbulkan kesalahpahaman, yang membuat damai sejatera hilang. Utamakanlah pasangan Anda, perasaannya, keinginannya, hobinya, dll.
Sungguh indah jika suami istri saling menutamakan. Ada pelayanan timbal balik antara keduanya.
KEEMPAT : SALING MEMUJI (Amsal 25:27). Amsal mengatakan bahwa kata-kata pujian yang kita berikan hendaklah jarang. Artinya, memberikan pujian adalah hal yang wajar, tapi janganlah memberikan pujian yang berlebihan dan mengada-ada.
Pujian yang wajar merupakan motivasi yang baik bagi pasangan. Jika selama ini kita terbiasa mengkritik pasangan kita, sekarang gantilah kritikkan itu menjadi pujian yang akan membuat pasangan kita sukacita.
KELIMA : SALING MENGAMPUNI (Efesus 4:32; Kolose 3:13). Dalam hidup berumah tangga, akan ada kesalahpahaman atau pelangggaran yang dilakukkan oleh pasangan kita. Sebagai seorang yang sudah diampuni oleh Tuhan, suami-istri juga hendaknya bersedia memberikan pengampunan, ketika sikap atau tindakkan pasangan kita menyakiti hati kita.
KEENAM : SALING MEMBANGUN (1 Tesalonika 5:11; Roma 14:19). Bantulah pasangan Anda untuk berubah menjadi lebih baik. Jangan biarkan dia dalam kesalahannya, tegur dengan kasih dan doakan dia, agar kalian berdua semakin baik dan maju dalam Tuhan.
KEBAHAGIAAN TIDAK DATANG SECARA INSTAN, ADA USAHA DAN PENGORBANAN UNTUK MEMBANGUNNYA.
Semoga semua Keluarga Kristen dapat membangun pilar-pilar kebahagiaan.
Tuhan Yesus Memberkati.
Berani Hidup
*Filipi 1:21,
Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.
Dalam beberapa tahun belakangan ini, kita diperlihatkan dengan sebuah realitas tentang bagaimana seseorang atau sekelompok orang dari agama tertentu rela mengorbankan nyawanya demi sebuah tujuan yang menurut mereka adalah benar.
Bagi orang-orang yang sepaham dengan mereka ini, kematian seperti itu adalah kematian layaknya seorang pahlawan yang membela tanah air di medan peperangan. Ia atau mereka dianggap manusia atau manusia-manusia yang pantas dihormati karena sudah berani mati untuk sebuah keyakinan.
Namun, ada yang jauh lebih sulit dan lebih heroik daripada sekedar berani mati, yakni berani hidup. Tegar menghadapi hidup yang penuh penderitaan dengan tabah.
Bila kita membaca Alkitab perjanjian baru, kita akan menemukan seorang tokoh yang memiliki keberanian tidak hanya untuk mati, tetapi juga berani hidup.
Siapakah ia? Ia adalah Rasul Paulus. Dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, mantan pembantai pengikut Kristus itu menuliskan bahwa hidupnya sekarang ini ialah Kristus. Jadi, apapun yang Dia kerjakan di muka bumi semua tujuannya untuk memuliakan Tuhan segala tuhan dan Raja di atas segala raja.
Secara keinginan, ia pasti ingin meninggalkan dunia ini (mati) dan bertemu dengan Tuhan Yesus muka dengan muka. Namun, ia sadar bahwa hidupnya adalah untuk menjadi berkat bagi sesamanya. Oleh karena alasan itulah, ia tetap terus bergairah berada di bumi.
Menjadi orang yang berani mati saja tidak cukup. Kita juga harus berani hidup. Berani menjalani hari demi hari dengan penuh semangat, walaupun banyak kesulitan menghadang. Untuk itu, kita perlu memiliki visi hidup seperti Paulus. Ia hidup bagi Tuhan dan sesama, serta tidak sibuk untuk diri sendiri saja.
Mari kita belajar memberikan hidup kita bagi sesama, maka tiap hari akan lebih bermakna.
Tuhan Yesus Memberkati.
Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.
Dalam beberapa tahun belakangan ini, kita diperlihatkan dengan sebuah realitas tentang bagaimana seseorang atau sekelompok orang dari agama tertentu rela mengorbankan nyawanya demi sebuah tujuan yang menurut mereka adalah benar.
Bagi orang-orang yang sepaham dengan mereka ini, kematian seperti itu adalah kematian layaknya seorang pahlawan yang membela tanah air di medan peperangan. Ia atau mereka dianggap manusia atau manusia-manusia yang pantas dihormati karena sudah berani mati untuk sebuah keyakinan.
Namun, ada yang jauh lebih sulit dan lebih heroik daripada sekedar berani mati, yakni berani hidup. Tegar menghadapi hidup yang penuh penderitaan dengan tabah.
Bila kita membaca Alkitab perjanjian baru, kita akan menemukan seorang tokoh yang memiliki keberanian tidak hanya untuk mati, tetapi juga berani hidup.
Siapakah ia? Ia adalah Rasul Paulus. Dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, mantan pembantai pengikut Kristus itu menuliskan bahwa hidupnya sekarang ini ialah Kristus. Jadi, apapun yang Dia kerjakan di muka bumi semua tujuannya untuk memuliakan Tuhan segala tuhan dan Raja di atas segala raja.
Secara keinginan, ia pasti ingin meninggalkan dunia ini (mati) dan bertemu dengan Tuhan Yesus muka dengan muka. Namun, ia sadar bahwa hidupnya adalah untuk menjadi berkat bagi sesamanya. Oleh karena alasan itulah, ia tetap terus bergairah berada di bumi.
Menjadi orang yang berani mati saja tidak cukup. Kita juga harus berani hidup. Berani menjalani hari demi hari dengan penuh semangat, walaupun banyak kesulitan menghadang. Untuk itu, kita perlu memiliki visi hidup seperti Paulus. Ia hidup bagi Tuhan dan sesama, serta tidak sibuk untuk diri sendiri saja.
Mari kita belajar memberikan hidup kita bagi sesama, maka tiap hari akan lebih bermakna.
Tuhan Yesus Memberkati.
Mujizat itu tidak pernah BERAKHIR
*Lukas 9:43a,
Maka takjublah semua orang itu karena kebesaran Allah.
Sekarang ini adalah era modernisasi. Semua serba modern. Ilmu pengetahuan dan teknologi semakin canggih. Bermunculan pula pakar dan ilmuwan di bidangnya masing-masing dengan kemampuan luar biasa yang tak perlu disangsikan lagi.
Akhirnya banyak orang yang menjadi sangat bergantung pada kepintaran dan kecanggihan teknologi yang ada. Rasa-rasanya mujizat Tuhan mulai diabaikan, orang lebih percaya kepada pengetahuan dan cara berpikir para pakar atau ilmuwan yang mengandalkan logika. Tetapi sesungguhnya mujizat Tuhan tak pernah berakhir dan tetap ada bagi orang percaya.
Pada suatu hari Yesus bertemu seorang bapak yang anaknya kerasukan setan sehingga menjadi bisu dan sangat tersiksa. Bapak itu ingin anaknya sembuh, namun ia ragu-ragu apakah Yesus dapat menyembuhkannya karena katanya, “...aku telah meminta kepada murid-muridMu supaya mereka mengusir roh itu, tetapi mereka tidak dapat.” (ayat 40). Lalu ia berkata kepada Yesus, “ ‘Sebab itu jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami’.
Jawab Yesus: ‘Katamu: Jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang percaya!’ “ (Markus 9:22b-23).
Pada kesempatan lain Yesus membuat suatu pernyataan luar biasa, “Apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah.” (Lukas 18:27). Apabila Tuhan mengerjakan sesuatu yang tak bisa dilakukan manusia, itulah yang dinamakan mujizat.
Perbuatan Tuhan merupakan mujizat bagi kita, tapi bagi Tuhan hal itu bukanlah mujizat sebab Dia dapat mengerjakan segala perkara dan apa saja. Bahkan dari yang tidak ada Tuhan sanggup mengadakan. Bumi diciptakan dari yang tidak ada, hanya oleh firmanNya saja.
Jadi, tidak ada sesuatu pun yang sukar bagi Tuhan. Bila manusia dapat terbang, itu merupakan mujizat; tetapi bagi seekor burung, terbang itu bukanlah mujizat, tapi merupakan hal yang biasa dilakukannya.
Demikian juga perbuatan-perbuatan besar Tuhan, bagiNya bukanlah apa-apa, namun bagi manusia merupakan suatu keajaiban.
Selama Tuhan masih ada, mujizat masih selalu berlaku. Bila ada manusia yang berkata bahwa zaman mujizat sudah berlalu, pastilah manusia itu sudah ‘tak waras’, karena bila mujizat tak ada, berarti Tuhan juga tidak ada.
Mujizat selalu tersedia bagi orang yang percaya kepadanya!
Tuhan Yesus Memberkati.
Maka takjublah semua orang itu karena kebesaran Allah.
Sekarang ini adalah era modernisasi. Semua serba modern. Ilmu pengetahuan dan teknologi semakin canggih. Bermunculan pula pakar dan ilmuwan di bidangnya masing-masing dengan kemampuan luar biasa yang tak perlu disangsikan lagi.
Akhirnya banyak orang yang menjadi sangat bergantung pada kepintaran dan kecanggihan teknologi yang ada. Rasa-rasanya mujizat Tuhan mulai diabaikan, orang lebih percaya kepada pengetahuan dan cara berpikir para pakar atau ilmuwan yang mengandalkan logika. Tetapi sesungguhnya mujizat Tuhan tak pernah berakhir dan tetap ada bagi orang percaya.
Pada suatu hari Yesus bertemu seorang bapak yang anaknya kerasukan setan sehingga menjadi bisu dan sangat tersiksa. Bapak itu ingin anaknya sembuh, namun ia ragu-ragu apakah Yesus dapat menyembuhkannya karena katanya, “...aku telah meminta kepada murid-muridMu supaya mereka mengusir roh itu, tetapi mereka tidak dapat.” (ayat 40). Lalu ia berkata kepada Yesus, “ ‘Sebab itu jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami’.
Jawab Yesus: ‘Katamu: Jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang percaya!’ “ (Markus 9:22b-23).
Pada kesempatan lain Yesus membuat suatu pernyataan luar biasa, “Apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah.” (Lukas 18:27). Apabila Tuhan mengerjakan sesuatu yang tak bisa dilakukan manusia, itulah yang dinamakan mujizat.
Perbuatan Tuhan merupakan mujizat bagi kita, tapi bagi Tuhan hal itu bukanlah mujizat sebab Dia dapat mengerjakan segala perkara dan apa saja. Bahkan dari yang tidak ada Tuhan sanggup mengadakan. Bumi diciptakan dari yang tidak ada, hanya oleh firmanNya saja.
Jadi, tidak ada sesuatu pun yang sukar bagi Tuhan. Bila manusia dapat terbang, itu merupakan mujizat; tetapi bagi seekor burung, terbang itu bukanlah mujizat, tapi merupakan hal yang biasa dilakukannya.
Demikian juga perbuatan-perbuatan besar Tuhan, bagiNya bukanlah apa-apa, namun bagi manusia merupakan suatu keajaiban.
Selama Tuhan masih ada, mujizat masih selalu berlaku. Bila ada manusia yang berkata bahwa zaman mujizat sudah berlalu, pastilah manusia itu sudah ‘tak waras’, karena bila mujizat tak ada, berarti Tuhan juga tidak ada.
Mujizat selalu tersedia bagi orang yang percaya kepadanya!
Tuhan Yesus Memberkati.
OBAT YANG MANJUR
Amsal 17:17-22
*Amsal 17:22,
Hati yang gembira adalah obat yang manjur.
Dalam majalah Better Homas and Gardens, terdapat sebuah artikel yang berjudul “Tertawa Adalah Jalan Menuju Sehat”. Di situ Nick Gallo mengadakan pengamatan yang mengemakan apa yang di tulis Salomo ribuan tahun silam: Hati yang gembira adalah obat yang manjur (Amsal 17 : 22).
Gallo berkata, "Humor adalah obat yang manjur, dan sesunggunya dapat menjaga kondisi Anda agar tetap sehat." Ia mengutip pernyataan William F.Fry, M.D., yang mengambarkan tertawa bagaikan “joging batiniah” dan mengatakan bahwa hal itu baik bagi sistem peredaran darah seseorang.
Saat membandingkan tertawa dengan olahraga, Gallo menjelaskan bahwa ketika seorang tertawa lepas, Ia memperoleh beberapa keuntungan fisik. Terjadi penurunan tekanan darah untuk sementara, penurunan kecepatan pernafasan, dan ketegangan otot yang berkurang. Ia mengatakan bahwa banyak orang mengalami suatu “perasaan senang dan santai”. Ia menyimpulkan, selera humor yang tetap, terutama bila digabungkan dengan sumber-sumber batiniah lainnya seperti iman dan optimisme, tampak sebagai kekuatan yang berpotensi untuk memperoleh kesehatan yang lebih baik.
Orang Kristiani, dibandingkan dengan orang-orang lain, seharusnya mendapatkan manfaat dari tertawa karena kita memiliki alasan terbesar untuk sukacita. Iman kita berakar kuat di dalam Allah, dan opitimisme kita di dasarkan pada keyakinan bahwa hidup kita ada di bawah kendali-Nya yang bijaksana.
Jangan takut untuk menikmati tawa yang sehat, karena itu adalah obat yang manjur.
Tuhan Yesus memberkati.
*Amsal 17:22,
Hati yang gembira adalah obat yang manjur.
Dalam majalah Better Homas and Gardens, terdapat sebuah artikel yang berjudul “Tertawa Adalah Jalan Menuju Sehat”. Di situ Nick Gallo mengadakan pengamatan yang mengemakan apa yang di tulis Salomo ribuan tahun silam: Hati yang gembira adalah obat yang manjur (Amsal 17 : 22).
Gallo berkata, "Humor adalah obat yang manjur, dan sesunggunya dapat menjaga kondisi Anda agar tetap sehat." Ia mengutip pernyataan William F.Fry, M.D., yang mengambarkan tertawa bagaikan “joging batiniah” dan mengatakan bahwa hal itu baik bagi sistem peredaran darah seseorang.
Saat membandingkan tertawa dengan olahraga, Gallo menjelaskan bahwa ketika seorang tertawa lepas, Ia memperoleh beberapa keuntungan fisik. Terjadi penurunan tekanan darah untuk sementara, penurunan kecepatan pernafasan, dan ketegangan otot yang berkurang. Ia mengatakan bahwa banyak orang mengalami suatu “perasaan senang dan santai”. Ia menyimpulkan, selera humor yang tetap, terutama bila digabungkan dengan sumber-sumber batiniah lainnya seperti iman dan optimisme, tampak sebagai kekuatan yang berpotensi untuk memperoleh kesehatan yang lebih baik.
Orang Kristiani, dibandingkan dengan orang-orang lain, seharusnya mendapatkan manfaat dari tertawa karena kita memiliki alasan terbesar untuk sukacita. Iman kita berakar kuat di dalam Allah, dan opitimisme kita di dasarkan pada keyakinan bahwa hidup kita ada di bawah kendali-Nya yang bijaksana.
Jangan takut untuk menikmati tawa yang sehat, karena itu adalah obat yang manjur.
Tuhan Yesus memberkati.
DARAT DAN LAUT BERBEDA
Seorang
milyuner bertamasya naik kapal pesiar yang mewah. Namun, nasib sial
menimpanya. Kapal pesiar yang ia tumpangi pecah. Ia terkatung-katung
pada serpihan kapal tersebut.
Dalam keadaan tidak berdaya, ia bernazar kepada TUHAN:
"TUHAN, jika aku selamat sampai darat, aku akan persembahkan SETENGAH dari harta kekayaanku".
Tak lama kemudian, datanglah tim SAR dan ia pun tertolong dan selamat sampai di darat.
Setelah sampai di rumahnya, ia teringat akan nazarnya, dan ia menghitung kekayaannya dan ternyata sangat besar. Lalu timbullah rasa sayang terhadap kekayaannya. Ia bingung, padahal ia sudah bernazar dan sekarang selamat.
Kemudian, timbul ide dan ia berkata kepada dirinya sendiri, "Ketika aku bernazar di laut, kekayaanku hanya yang ada didompet".
Ia membuka dompet dan menghitungnya, lalu membagi uangnya menjadi dua.
Kemudian ia berdoa, "Tuhan, kekayaan di laut beda dengan yang di darat".
PESAN CERITA:
Banyak orang juga seringkali seperti orang tersebut.
Ketika lagi dalam keadaan susah atau keadaan terpojok, seringkali kita berjanji ini dan itu kepada TUHAN.
Dan disaat TUHAN mengeluarkan kita dari keadaan itu, kita malah LUPA atau mencari alasan untuk PEMBENARAN diri sendiri.
TUHAN menghendaki kita setia kepada-NYA,
*Wahyu 2:10,
Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.
Tuhan Yesus memberkati.
Dalam keadaan tidak berdaya, ia bernazar kepada TUHAN:
"TUHAN, jika aku selamat sampai darat, aku akan persembahkan SETENGAH dari harta kekayaanku".
Tak lama kemudian, datanglah tim SAR dan ia pun tertolong dan selamat sampai di darat.
Setelah sampai di rumahnya, ia teringat akan nazarnya, dan ia menghitung kekayaannya dan ternyata sangat besar. Lalu timbullah rasa sayang terhadap kekayaannya. Ia bingung, padahal ia sudah bernazar dan sekarang selamat.
Kemudian, timbul ide dan ia berkata kepada dirinya sendiri, "Ketika aku bernazar di laut, kekayaanku hanya yang ada didompet".
Ia membuka dompet dan menghitungnya, lalu membagi uangnya menjadi dua.
Kemudian ia berdoa, "Tuhan, kekayaan di laut beda dengan yang di darat".
PESAN CERITA:
Banyak orang juga seringkali seperti orang tersebut.
Ketika lagi dalam keadaan susah atau keadaan terpojok, seringkali kita berjanji ini dan itu kepada TUHAN.
Dan disaat TUHAN mengeluarkan kita dari keadaan itu, kita malah LUPA atau mencari alasan untuk PEMBENARAN diri sendiri.
TUHAN menghendaki kita setia kepada-NYA,
*Wahyu 2:10,
Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.
Tuhan Yesus memberkati.
~ ~ Piano ~ ~
Kisah ini terjadi di
Rusia. Seorang ayah memiliki putra yang berusia kurang lebih 5 tahun,
memasukkan putranya ke sekolah musik untuk belajar piano. Ia rindu
melihat anaknya kelak menjadi pianis yang terkenal.
Selang beberapa waktu kemudian, di kota tersebut datang seorang pianis yang sangat terkenal. Karena ketenarannya, dalam waktu singkat tiket konser telah terjual habis. Sang ayah membeli 2 tiket pertunjukan, untuk dirinya dan anaknya.
Pada hari pertunjukan, satu jam sebelum konser dimulai, kursi telah terisi penuh. Sang ayah duduk dan putranya tepat berada disampingnya. Seperti layaknya seorang anak kecil, anak itupun tidak betah duduk diam terlalu lama, tanpa sepengetahuan ayahnya, ia menyelinap pergi.
Ketika lampu gedung mulai diredupkan, sang ayah terkejut menyadari bahwa putranya tidak ada disampingnya. Ia lebih terkejut lagi ketika melihat anaknya berada dekat panggung pertunjukan, dan sedang berjalan menghampiri piano yang akan dimainkan pianis terdebut.
Didorong oleh rasa ingin tahu, tanpa takut anak tersebut duduk di depan piano dan mulai memainkan sebuah lagu, lagu yang sederhana, twinkle – twinkle little star.
Operator lampu sorot, yang terkejut mendengar adanya suara piano mengira bahwa konser telah dimulai tanpa aba – aba terlebih dahulu, dan ia langsung menyorotkan lampunya ke tengah panggung. Seluruh penonton terkejut melihat yang berada di panggung bukan sang pianis, tapi hanyalah seorang anak kecil.
Sang pianis pun terkejut dan bergegas naik ke panggung. Melihat anak tersebut, sang pianos tidak menjadi marah, ia tersenyum dan berkata “Teruslah bermain” dan sang anak yang mendapat ijin, meneruskan permainannya.
Sang pianis lalu duduk di samping anak itu dan mulai bermain mengimbangi permainan anak itu, ia mengisi semua kelemahan permainan anak itu dan akhirnya tercipta suatu komposisi permainan yang sangat indah. Bahkan mereka seakan menyatu dalam permainan piano tersebut.
Ketika mereka berdua selesai, seluruh penonton menyambut dengan meriah, karangan bunga dilemparkan ke tengah panggung. Sang anak jadi besar kepala, pikirnya “Gila gue, baru belajar piano sebulan saja sudah hebat !”. Ia lupa bahwa yang disoraki oleh penonton adalah sang pianis yang duduk di sebelahnya, mengisi semua kekurangannya dan menjadikan permainannya sempurna.
Apa implikasinya dalam hidup kita?
~Kadang kita bangga akan segala rencana hebat yang kita buat, perbuatan – perbuatan besar yang telah berhasil kita lakukan. Tapi kita lupa bahwa semua itu terjadi karena Tuhan ada di samping kita.
Kita adalah anak kecil tadi, tanpa ada Tuhan di samping kita, semua yang kita lakukan akan sia – sia. Tapi bila Tuhan ada disamping kita, sesederhana apapun hal yang kita lakukan hal itu akan menjadi hebat dan baik, bukan saja buat diri kita sendiri tapi juga baik bagi orang di sekitar kita.
Semoga kita tidak pernah lupa bahwa ada Tuhan di samping kita . . .
Tuhan Yesus memberkati.
Selang beberapa waktu kemudian, di kota tersebut datang seorang pianis yang sangat terkenal. Karena ketenarannya, dalam waktu singkat tiket konser telah terjual habis. Sang ayah membeli 2 tiket pertunjukan, untuk dirinya dan anaknya.
Pada hari pertunjukan, satu jam sebelum konser dimulai, kursi telah terisi penuh. Sang ayah duduk dan putranya tepat berada disampingnya. Seperti layaknya seorang anak kecil, anak itupun tidak betah duduk diam terlalu lama, tanpa sepengetahuan ayahnya, ia menyelinap pergi.
Ketika lampu gedung mulai diredupkan, sang ayah terkejut menyadari bahwa putranya tidak ada disampingnya. Ia lebih terkejut lagi ketika melihat anaknya berada dekat panggung pertunjukan, dan sedang berjalan menghampiri piano yang akan dimainkan pianis terdebut.
Didorong oleh rasa ingin tahu, tanpa takut anak tersebut duduk di depan piano dan mulai memainkan sebuah lagu, lagu yang sederhana, twinkle – twinkle little star.
Operator lampu sorot, yang terkejut mendengar adanya suara piano mengira bahwa konser telah dimulai tanpa aba – aba terlebih dahulu, dan ia langsung menyorotkan lampunya ke tengah panggung. Seluruh penonton terkejut melihat yang berada di panggung bukan sang pianis, tapi hanyalah seorang anak kecil.
Sang pianis pun terkejut dan bergegas naik ke panggung. Melihat anak tersebut, sang pianos tidak menjadi marah, ia tersenyum dan berkata “Teruslah bermain” dan sang anak yang mendapat ijin, meneruskan permainannya.
Sang pianis lalu duduk di samping anak itu dan mulai bermain mengimbangi permainan anak itu, ia mengisi semua kelemahan permainan anak itu dan akhirnya tercipta suatu komposisi permainan yang sangat indah. Bahkan mereka seakan menyatu dalam permainan piano tersebut.
Ketika mereka berdua selesai, seluruh penonton menyambut dengan meriah, karangan bunga dilemparkan ke tengah panggung. Sang anak jadi besar kepala, pikirnya “Gila gue, baru belajar piano sebulan saja sudah hebat !”. Ia lupa bahwa yang disoraki oleh penonton adalah sang pianis yang duduk di sebelahnya, mengisi semua kekurangannya dan menjadikan permainannya sempurna.
Apa implikasinya dalam hidup kita?
~Kadang kita bangga akan segala rencana hebat yang kita buat, perbuatan – perbuatan besar yang telah berhasil kita lakukan. Tapi kita lupa bahwa semua itu terjadi karena Tuhan ada di samping kita.
Kita adalah anak kecil tadi, tanpa ada Tuhan di samping kita, semua yang kita lakukan akan sia – sia. Tapi bila Tuhan ada disamping kita, sesederhana apapun hal yang kita lakukan hal itu akan menjadi hebat dan baik, bukan saja buat diri kita sendiri tapi juga baik bagi orang di sekitar kita.
Semoga kita tidak pernah lupa bahwa ada Tuhan di samping kita . . .
Tuhan Yesus memberkati.
Masa Penuaian
Pagi itu ada seorang
petani sedang berjalan menuju ke sawah dengan anaknya. Siang itu
matahari amat terik sehingga anaknya meminta untuk mengistirahatkan diri
sejenak.
Lalu tiba-tiba sang anak bertanya kepada ayahnya yang seorang petani itu,
Anak : "Ayah, kemana kita akan pergi?"
Ayah : "Kita akan ke sawah. Tidakkah kau lihat bibit dan cangkul di sebelahmu itu?"
Anak : "Setelah bibit itu ditanam, kapan kita akan menuai hasilnya? Besokkah?"
Ayah : "Tidak semudah itu. Ayah harus mencangkul untuk menggemburkan tanah, mengairinya lalu barulah benih itu dapat ditanam. Setelah melalui banyak proses perawatan dan memakan waktu selama berbulan-bulan, barulah masa tuai itu tiba."
Anak : "Ayah hanya akan menanam sekantong benih ini saja? Tidakkah kurang?"
Ayah : "Sekantong bibit ini setara dengan puluhan kantong besar yang berisi beras. Seperti orang-orang di seberang sana yang kesusahan memikul kantong-kantong beras itu pada punggungnya."
Anak : "Kenapa harus begitu yah?"
Ayah : "Sejatinya, menuai itu lebih membutuhkan banyak kerja keras dari pada menanam. Namun, hasil yang akan kita nikmati akan menutupi rasa lelah kita."
Ya, seperti cuplikan cerita di atas tentang seorang petani dan anaknya yang membicarakan tentang masa penuaian. Allah telah menanamkan kepada kita banyak talenta dan potensi. Berbuah atau tidaknya semua talenta itu tergantung bagaimana cara kita menumbuhkannya.
Saat kita mampu menumbuhkannya dengan baik, maka kita akan menghasilkan buah sehingga suatu saat akan memetik buahnya.
Namun apabila kita bermalas-malasan saja, maka sampai tua pun kita tidak akan pernah menghasilkan apapun jua.
Kerjakan apa yang mampu kita kerjakan saat ini.
Lakukan yang terbaik saat ini dan jangan pernah mengkuatirkan esok hari yang belum tiba.
Jangan fokus juga terhadap masa lalu karena masa lalu tak mampu mengubah apapun.
Fokuslah pada hari ini dan muliakanlah Tuhan sekarang juga.
"Sebab perintah ini, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, tidaklah terlalu sukar bagimu dan tidak pula terlalu jauh." (Ulangan 30:11)
Tuhan Yesus memberkati.
Lalu tiba-tiba sang anak bertanya kepada ayahnya yang seorang petani itu,
Anak : "Ayah, kemana kita akan pergi?"
Ayah : "Kita akan ke sawah. Tidakkah kau lihat bibit dan cangkul di sebelahmu itu?"
Anak : "Setelah bibit itu ditanam, kapan kita akan menuai hasilnya? Besokkah?"
Ayah : "Tidak semudah itu. Ayah harus mencangkul untuk menggemburkan tanah, mengairinya lalu barulah benih itu dapat ditanam. Setelah melalui banyak proses perawatan dan memakan waktu selama berbulan-bulan, barulah masa tuai itu tiba."
Anak : "Ayah hanya akan menanam sekantong benih ini saja? Tidakkah kurang?"
Ayah : "Sekantong bibit ini setara dengan puluhan kantong besar yang berisi beras. Seperti orang-orang di seberang sana yang kesusahan memikul kantong-kantong beras itu pada punggungnya."
Anak : "Kenapa harus begitu yah?"
Ayah : "Sejatinya, menuai itu lebih membutuhkan banyak kerja keras dari pada menanam. Namun, hasil yang akan kita nikmati akan menutupi rasa lelah kita."
Ya, seperti cuplikan cerita di atas tentang seorang petani dan anaknya yang membicarakan tentang masa penuaian. Allah telah menanamkan kepada kita banyak talenta dan potensi. Berbuah atau tidaknya semua talenta itu tergantung bagaimana cara kita menumbuhkannya.
Saat kita mampu menumbuhkannya dengan baik, maka kita akan menghasilkan buah sehingga suatu saat akan memetik buahnya.
Namun apabila kita bermalas-malasan saja, maka sampai tua pun kita tidak akan pernah menghasilkan apapun jua.
Kerjakan apa yang mampu kita kerjakan saat ini.
Lakukan yang terbaik saat ini dan jangan pernah mengkuatirkan esok hari yang belum tiba.
Jangan fokus juga terhadap masa lalu karena masa lalu tak mampu mengubah apapun.
Fokuslah pada hari ini dan muliakanlah Tuhan sekarang juga.
"Sebab perintah ini, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, tidaklah terlalu sukar bagimu dan tidak pula terlalu jauh." (Ulangan 30:11)
Tuhan Yesus memberkati.
~ KISAH KELELAWAR ~
Alkisah, ada
seekor kelelawar yang tinggal di daerah pedesaan. Saat itu, si kelelawar
sedang beristirahat dengan menggelantung terbalik di dahan sebuah
pohon.
Tiba-tiba, kelelawar itu melihat lima ekor burung terbang makin cepat dan makin tinggi. Burung-burung itu tampak begitu menikmati waktu mereka di siang hari. Si kelelawar mengikuti kawanan burung itu dan mengetahui kalau ternyata burung-burung itu sedang berkompetisi untuk menentukan siapa yang bisa terbang lebih cepat dan lebih tinggi. Tapi begitu diikuti terus, kawanan burung itu tiba-tiba menghilang dari pandangan.
Si kelelawar sangat tertarik untuk bergabung dengan mereka. Maka esok harinya, kelelawar itu menunggu kawanan burung itu di pohon. Yang dinanti-nanti akhirnya datang di tempat yang sama keesokan harinya. Si kelelawar meminta izin untuk ikut serta dalam kompetisi itu. Kawanan burung itu menolaknya karena mereka menganggap si kelelawar spesies yang buruk dan mereka takut padanya.
Tapi, si kelelawar tetap mengikuti mereka dari jauh. Tanpa sepengetahuan mereka, si kelelawar juga mengikuti kompetisi itu. Dalam beberapa menit, kawanan burung itu menghilang. Si kelelawar merasa kesepian dan rendah diri karena merasa dirinya makhluk terburuk di bumi ini. Dia merasa sedih dan memutuskan untuk melatih dirinya terbang dengan jarak jauh.
Si kelelawar mengarungi jarak jauh tanpa tujuan apa pun. Akhirnya, dia putuskan untuk beristirahat di sebuah pohon dan betapa terkejutnya saat melihat kawanan burung juga ada di sana. Si kelelawar menjadi sangat bahagia karena mampu menempuh jarak terbang kawanan burung itu.
Si kelelawar bertanya pada mereka lagi, apakah dia bisa ikut berkompetisi? Setelah berdiskusi sejenak, kawanan burung itu akhirnya membolehkan si kelelawar untuk bergabung.
Kawanan burung itu memulai terbangnya dan si kelelawar juga mengikutinya dengan energi penuh. Beberapa menit kemudian, langit menjadi gelap sehingga kawanan burung itu tidak bisa terbang di malam hari. Gerakan mereka mulai melambat dan si kelelawar terbang mendahului mereka karena dia mampu terbang di malam hari dengan menggunakan pantulan suara dan sensor khusus di tubuhnya.
Si kelelawar begitu gembira dan terbang lebih cepat. Setelah menempuh jarak beberapa meter, si kelelawar mengingatkan kawanan burung untuk mengikutinya. Tapi, begitu menoleh, si kelelawar baru menyadari kawanan burung itu sudah menghilang. Si kelelawar berbalik arah dan menemukan mereka di sebuah pohon. Kawanan burung itu memberi tahu kelelawar bahwa jarak yang mereka tempuh saat ini melebihi jarak yang biasanya mereka capai dan sekarang mereka tidak bisa kembali pulang karena mereka tidak mampu terbang di malam hari. Si kelelawar membantu mereka dan memandunya terbang pulang.
Si kelelawar merasa sangat bahagia, dan menceritakan kisahnya pada sesama kelelawar. Tapi, teman-temannya itu malah memberi respons negatif, "Kau ini bodoh, ya. Kau kan bisa saja dengan mudah memenangkan kompetisi itu dan bisa membanggakan spesies kita."
Tapi si kelelawar yang bahagia itu menjawab lagi, "Aku sudah bahagia waktu aku mendapat kepercayaan dari kawanan burung itu, sehingga aku bisa menjadi pesaing mereka. Aku malah lebih bahagia begitu tahu kalau spesies kita punya kemampuan unik. Dan aku paling bahagia ketika kemampuan itu membantuku memandu burung-burung itu kembali pulang. Selain itu, kompetisi konyol seperti ini tidak lagi penting bagiku."
Memiliki bakat atau kemampuan tertentu adalah sebuah berkah. Menyadari betul bakat yang kita miliki adalah sebuah kesadaran diri.
Memanfaatkan bakat itu demi kebaikan orang lain adalah perbuatan mulia. Jangan sampai kita merasa rendah diri. Jika perasaan negatif itu menyergap diri kita, itu pertanda bahwa kita belum mengenali bakat kita. Dan sekalipun kita sudah menemukan bakat terpendam kita, jangan lupa untuk menggunakan bakat itu demi kebaikan sesama.
Berbuat baik untuk sesama, hal nyata dan indah dalam hidup ini.
Tuhan Yesus memberkati.
Tiba-tiba, kelelawar itu melihat lima ekor burung terbang makin cepat dan makin tinggi. Burung-burung itu tampak begitu menikmati waktu mereka di siang hari. Si kelelawar mengikuti kawanan burung itu dan mengetahui kalau ternyata burung-burung itu sedang berkompetisi untuk menentukan siapa yang bisa terbang lebih cepat dan lebih tinggi. Tapi begitu diikuti terus, kawanan burung itu tiba-tiba menghilang dari pandangan.
Si kelelawar sangat tertarik untuk bergabung dengan mereka. Maka esok harinya, kelelawar itu menunggu kawanan burung itu di pohon. Yang dinanti-nanti akhirnya datang di tempat yang sama keesokan harinya. Si kelelawar meminta izin untuk ikut serta dalam kompetisi itu. Kawanan burung itu menolaknya karena mereka menganggap si kelelawar spesies yang buruk dan mereka takut padanya.
Tapi, si kelelawar tetap mengikuti mereka dari jauh. Tanpa sepengetahuan mereka, si kelelawar juga mengikuti kompetisi itu. Dalam beberapa menit, kawanan burung itu menghilang. Si kelelawar merasa kesepian dan rendah diri karena merasa dirinya makhluk terburuk di bumi ini. Dia merasa sedih dan memutuskan untuk melatih dirinya terbang dengan jarak jauh.
Si kelelawar mengarungi jarak jauh tanpa tujuan apa pun. Akhirnya, dia putuskan untuk beristirahat di sebuah pohon dan betapa terkejutnya saat melihat kawanan burung juga ada di sana. Si kelelawar menjadi sangat bahagia karena mampu menempuh jarak terbang kawanan burung itu.
Si kelelawar bertanya pada mereka lagi, apakah dia bisa ikut berkompetisi? Setelah berdiskusi sejenak, kawanan burung itu akhirnya membolehkan si kelelawar untuk bergabung.
Kawanan burung itu memulai terbangnya dan si kelelawar juga mengikutinya dengan energi penuh. Beberapa menit kemudian, langit menjadi gelap sehingga kawanan burung itu tidak bisa terbang di malam hari. Gerakan mereka mulai melambat dan si kelelawar terbang mendahului mereka karena dia mampu terbang di malam hari dengan menggunakan pantulan suara dan sensor khusus di tubuhnya.
Si kelelawar begitu gembira dan terbang lebih cepat. Setelah menempuh jarak beberapa meter, si kelelawar mengingatkan kawanan burung untuk mengikutinya. Tapi, begitu menoleh, si kelelawar baru menyadari kawanan burung itu sudah menghilang. Si kelelawar berbalik arah dan menemukan mereka di sebuah pohon. Kawanan burung itu memberi tahu kelelawar bahwa jarak yang mereka tempuh saat ini melebihi jarak yang biasanya mereka capai dan sekarang mereka tidak bisa kembali pulang karena mereka tidak mampu terbang di malam hari. Si kelelawar membantu mereka dan memandunya terbang pulang.
Si kelelawar merasa sangat bahagia, dan menceritakan kisahnya pada sesama kelelawar. Tapi, teman-temannya itu malah memberi respons negatif, "Kau ini bodoh, ya. Kau kan bisa saja dengan mudah memenangkan kompetisi itu dan bisa membanggakan spesies kita."
Tapi si kelelawar yang bahagia itu menjawab lagi, "Aku sudah bahagia waktu aku mendapat kepercayaan dari kawanan burung itu, sehingga aku bisa menjadi pesaing mereka. Aku malah lebih bahagia begitu tahu kalau spesies kita punya kemampuan unik. Dan aku paling bahagia ketika kemampuan itu membantuku memandu burung-burung itu kembali pulang. Selain itu, kompetisi konyol seperti ini tidak lagi penting bagiku."
Memiliki bakat atau kemampuan tertentu adalah sebuah berkah. Menyadari betul bakat yang kita miliki adalah sebuah kesadaran diri.
Memanfaatkan bakat itu demi kebaikan orang lain adalah perbuatan mulia. Jangan sampai kita merasa rendah diri. Jika perasaan negatif itu menyergap diri kita, itu pertanda bahwa kita belum mengenali bakat kita. Dan sekalipun kita sudah menemukan bakat terpendam kita, jangan lupa untuk menggunakan bakat itu demi kebaikan sesama.
Berbuat baik untuk sesama, hal nyata dan indah dalam hidup ini.
Tuhan Yesus memberkati.
PUTUS ASA
Pada suatu ketika, iblis mengiklankan bahwa ia akan mengobral perkakas-perkakas kerjanya.
Pada hari H, seluruh perkakasnya dipajang untuk dilihat oleh para calon pembeli, lengkap dengan harga jualnya...
Barang-barang yang dijual antara lain: dengki, iri, dendam, tidak jujur, malas, tidak menghargai orang lain, tak tahu berterima kasih, dll...
Disuatu pojok display ada suatu perkakas yang bentuknya sederhana bahkan sudah agak aus, tetapi harganya paling tinggi diantara yang lain.
Salah seorang pembeli bertanya,
"Alat ini apa namanya?"
Iblis menjawab, "Oh...itu namanya Putus Asa"
"Kenapa harganya mahal sekali, kan sudah aus...?"
"Ya karena perkakas ini sangat mudah dipakai dan berdaya guna tinggi. Saya biasa dengan mudah masuk kedalam hati manusia dengan alat ini dibandingkan dengan perkakas yang lain. Begitu saya berhasil masuk, dengan mudah saya dapat melakukan apa saja yang saya inginkan terhadap manusia tersebut. Tahukah Anda mengapa barang ini menjadi aus? Karena saya sering menggunakan kepada hampir semua orang. Kebanyakan manusia tidak tahu kalau PUTUS ASA itu sebenarnya
milik saya."
Jadi jika saat ini kita sedang berPUTUS ASA, maka ingatlah itu bukan berasal dari TUHAN!
Segala sesuatu yang melemahkan iman berasal dari iblis!
Waspadalah!!!
Jangan menjadikan diri kita bulan-bulanan iblis.
Hari ini, Bangkit dan katakan pada iblis,
*Mazmur 28:7,
TUHAN adalah kekuatanku dan perisaiku; kepada-Nya hatiku percaya. Aku tertolong sebab itu beria-ria hatiku, dan dengan nyanyianku aku bersyukur kepada-Nya."
Lalu melangkahlah dengan iman...
Keadaan hidup mungkin sekali-kali memukul kita sampai jatuh, tetapi kita tidak boleh tetap tinggal di bawah...
Berdirilah teguh...dan milikilah sikap serta mentalitas sebagai pemenang!
Tuhan Yesus memberkati.
Pada hari H, seluruh perkakasnya dipajang untuk dilihat oleh para calon pembeli, lengkap dengan harga jualnya...
Barang-barang yang dijual antara lain: dengki, iri, dendam, tidak jujur, malas, tidak menghargai orang lain, tak tahu berterima kasih, dll...
Disuatu pojok display ada suatu perkakas yang bentuknya sederhana bahkan sudah agak aus, tetapi harganya paling tinggi diantara yang lain.
Salah seorang pembeli bertanya,
"Alat ini apa namanya?"
Iblis menjawab, "Oh...itu namanya Putus Asa"
"Kenapa harganya mahal sekali, kan sudah aus...?"
"Ya karena perkakas ini sangat mudah dipakai dan berdaya guna tinggi. Saya biasa dengan mudah masuk kedalam hati manusia dengan alat ini dibandingkan dengan perkakas yang lain. Begitu saya berhasil masuk, dengan mudah saya dapat melakukan apa saja yang saya inginkan terhadap manusia tersebut. Tahukah Anda mengapa barang ini menjadi aus? Karena saya sering menggunakan kepada hampir semua orang. Kebanyakan manusia tidak tahu kalau PUTUS ASA itu sebenarnya
milik saya."
Jadi jika saat ini kita sedang berPUTUS ASA, maka ingatlah itu bukan berasal dari TUHAN!
Segala sesuatu yang melemahkan iman berasal dari iblis!
Waspadalah!!!
Jangan menjadikan diri kita bulan-bulanan iblis.
Hari ini, Bangkit dan katakan pada iblis,
*Mazmur 28:7,
TUHAN adalah kekuatanku dan perisaiku; kepada-Nya hatiku percaya. Aku tertolong sebab itu beria-ria hatiku, dan dengan nyanyianku aku bersyukur kepada-Nya."
Lalu melangkahlah dengan iman...
Keadaan hidup mungkin sekali-kali memukul kita sampai jatuh, tetapi kita tidak boleh tetap tinggal di bawah...
Berdirilah teguh...dan milikilah sikap serta mentalitas sebagai pemenang!
Tuhan Yesus memberkati.
☆ BINTANG LAUT ☆
Ketika fajar
menyingsing, seorang lelaki tua berjalan-jalan di pinggir pantai sambil
menikmati angin laut yang segar menerpa bibir pantai.
Di kejauhan dilihatnya seorang anak sedang memungut bintang laut dan melemparkannya kembali ke dalam air.
Setelah mendekati anak itu, lelaki tua itu bertanya heran;
"Mengapa engkau mengumpulkan dan melemparkan kembali bintang laut itu ke dalam air?", tanyanya.
"Karena bila dibiarkan hingga matahari pagi datang menyengat, bintang laut yang terdampar itu akan segera mati kekeringan.", jawab si kecil itu.
"Tapi pantai ini luas dan bermil-mil panjangnya", kata lelaki tua itu sambil menunjukkan jarinya yang mulai keriput ke arah pantai pasir yang luas itu. "Lagi pula ada jutaan bintang laut yang terdampar. Aku ragu apakah usahamu itu sungguh mempunyai arti yang besar", lanjutnya penuh ragu.
Anak itu lama memandang bintang laut yang ada di tangannya tanpa berkata sepatahpun.
Lalu dengan perlahan ia melemparkannya ke dalam laut agar selamat dan hidup.
"Saya yakin usahaku sungguh memiliki arti yang besar sekurang-kurangnya bagi yang satu ini", kata si kecil itu.
Kita sering mendambakan untuk melakukan sesuatu yang besar, namun sering kali kita lupa bahwa yang besar itu sering dimulai dengan sesuatu yang kecil.
Tuhan Yesus Memberkati.
Di kejauhan dilihatnya seorang anak sedang memungut bintang laut dan melemparkannya kembali ke dalam air.
Setelah mendekati anak itu, lelaki tua itu bertanya heran;
"Mengapa engkau mengumpulkan dan melemparkan kembali bintang laut itu ke dalam air?", tanyanya.
"Karena bila dibiarkan hingga matahari pagi datang menyengat, bintang laut yang terdampar itu akan segera mati kekeringan.", jawab si kecil itu.
"Tapi pantai ini luas dan bermil-mil panjangnya", kata lelaki tua itu sambil menunjukkan jarinya yang mulai keriput ke arah pantai pasir yang luas itu. "Lagi pula ada jutaan bintang laut yang terdampar. Aku ragu apakah usahamu itu sungguh mempunyai arti yang besar", lanjutnya penuh ragu.
Anak itu lama memandang bintang laut yang ada di tangannya tanpa berkata sepatahpun.
Lalu dengan perlahan ia melemparkannya ke dalam laut agar selamat dan hidup.
"Saya yakin usahaku sungguh memiliki arti yang besar sekurang-kurangnya bagi yang satu ini", kata si kecil itu.
Kita sering mendambakan untuk melakukan sesuatu yang besar, namun sering kali kita lupa bahwa yang besar itu sering dimulai dengan sesuatu yang kecil.
Tuhan Yesus Memberkati.
BELAJAR MELEPASKAN
*Kejadian 19:26,
Tetapi istri Lot, yang berjalan mengikutinya, menoleh ke belakang, lalu menjadi tiang garam.
Walaupun tidak selalu setuju dengan produknya, saya tertarik pada beberapa ide iklan di televisi. Salah satunya adalah iklan yang menceritakan seorang lelaki yang diberhentikan dari pekerjaannya sebagai pegawai. Dengan sedih ia membereskan semua barangnya yang penuh kenangan, lalu kembali ke rumahnya.
Saat membereskan beberapa barang, ia justru menemukan ide untuk membangun bengkel. Dari seorang pegawai yang diberhentikan, ia menjadi seorang pengusaha yang membuka lapangan kerja bagi orang lain.
Sodom dan Gomora terletak di lembah Yordan yang berlimpah air, sehingga Lot memilihnya ketika akan berpisah dengan Abram. Namun, karena kejahatan penduduk kota tersebut, Sodom dan Gomora hendak dimusnahkan.
Meski demikian, Tuhan memberi kesempatan kepada Lot untuk menyelamatkan diri dengan berlari ke Zoar. Sayangnya, istri Lot tak menuruti petunjuk malaikat Tuhan. Ia menoleh ke belakang-seakan akan ia tidak rela meninggalkan kota tempat tinggalnya yang nyaman tersebut. Dan ia pun menjadi tiang garam.
Hal-hal pada masa lalu kita mungkin sudah nyaman dan menyenangkan bagi kita. Akan tetapi, sebagaimana kehidupan Lot, ada kalanya Allah melihat sesuatu yang takkan berakibat baik apabila kita terus ada di tempat atau situasi yang sama. Dan, mempertahankan semuanya hanya akan membuat kita terhambat dan tidak akan maju.
Karena itu, penting sekali bagi kita untuk memiliki hati pasrah bersandar kepada Tuhan; kemudian menata hati, bersiap menyambut hal-hal baru yang mungkin akan hadir. Dia jauh lebih tahu mana yang paling penting dan berharga dari hidup kita.
ALLAH SELALU BEKERJA UNTUK KEBAIKAN BAHKAN KETIKA TAMPAKNYA KITA HARUS KEHILANGAN
Tuhan Yesus Memberkati.
Tetapi istri Lot, yang berjalan mengikutinya, menoleh ke belakang, lalu menjadi tiang garam.
Walaupun tidak selalu setuju dengan produknya, saya tertarik pada beberapa ide iklan di televisi. Salah satunya adalah iklan yang menceritakan seorang lelaki yang diberhentikan dari pekerjaannya sebagai pegawai. Dengan sedih ia membereskan semua barangnya yang penuh kenangan, lalu kembali ke rumahnya.
Saat membereskan beberapa barang, ia justru menemukan ide untuk membangun bengkel. Dari seorang pegawai yang diberhentikan, ia menjadi seorang pengusaha yang membuka lapangan kerja bagi orang lain.
Sodom dan Gomora terletak di lembah Yordan yang berlimpah air, sehingga Lot memilihnya ketika akan berpisah dengan Abram. Namun, karena kejahatan penduduk kota tersebut, Sodom dan Gomora hendak dimusnahkan.
Meski demikian, Tuhan memberi kesempatan kepada Lot untuk menyelamatkan diri dengan berlari ke Zoar. Sayangnya, istri Lot tak menuruti petunjuk malaikat Tuhan. Ia menoleh ke belakang-seakan akan ia tidak rela meninggalkan kota tempat tinggalnya yang nyaman tersebut. Dan ia pun menjadi tiang garam.
Hal-hal pada masa lalu kita mungkin sudah nyaman dan menyenangkan bagi kita. Akan tetapi, sebagaimana kehidupan Lot, ada kalanya Allah melihat sesuatu yang takkan berakibat baik apabila kita terus ada di tempat atau situasi yang sama. Dan, mempertahankan semuanya hanya akan membuat kita terhambat dan tidak akan maju.
Karena itu, penting sekali bagi kita untuk memiliki hati pasrah bersandar kepada Tuhan; kemudian menata hati, bersiap menyambut hal-hal baru yang mungkin akan hadir. Dia jauh lebih tahu mana yang paling penting dan berharga dari hidup kita.
ALLAH SELALU BEKERJA UNTUK KEBAIKAN BAHKAN KETIKA TAMPAKNYA KITA HARUS KEHILANGAN
Tuhan Yesus Memberkati.
Mengasah Kapak
Di suatu waktu, adalah
seorang pemotong kayu yang sangat kuat. Dia melamar sebuah pekerjaan ke
seorang pedagang kayu, dan ia mendapatkannya.
Gaji dan kondisi kerja yang diterimanya sangat bagus. Karenanya sang pemotong kayu memutuskan untuk bekerja sebaik mungkin.
Sang majikan memberinya sebuah kapak dan menunjukkan area kerjanya. Hari pertama sang pemotong kayu berhasil merobohkan 18 batang pohon. Sang majikan sangat terkesan dan berkata, “Selamat, kerjakanlah seperti itu!”
Sangat termotivasi oleh pujian majikannya, keesokan harinya sang pemotong kayu bekerja lebih keras lagi, tetapi dia hanya berhasil merobohkan 15 batang pohon. Hari ketiga dia bekerja lebih keras lagi, tetapi hanya berhasil merobohkan 10 batang pohon. Hari-hari berikutnya pohon yang berhasil dirobohkannya makin sedikit.
“Aku mungkin telah kehilangan kekuatanku”, pikir pemotong kayu itu.
Dia menemui majikannya dan meminta maaf, sambil mengatakan tidak mengerti apa yang terjadi.
“Kapan saat terakhir Anda mengasah kapak?”, sang majikan bertanya.
“Mengasah? Saya tidak punya waktu untuk mengasah kapak. Saya sangat sibuk mengapak pohon.”
Kehidupan kita sama seperti itu. Seringkali kita sangat sibuk sehingga tidak lagi mempunyai waktu untuk mengasah kapak.
Setiap orang lebih sibuk dari sebelumnya, tetapi lebih tidak berbahagia dari sebelumnya. Mengapa? Mungkinkah kita telah lupa bagaimana caranya untuk tetap tajam?
Tidaklah salah dengan aktivitas dan kerja keras. Tetapi tidaklah seharusnya kita sedemikian sibuknya sehingga mengabaikan hal-hal yang sebenarnya sangat penting dalam hidup, seperti kehidupan pribadi (dengan Tuhan Yesus), menyediakan waktu untuk membaca (Firman Tuhan, dll), dlsb.
Kita semua membutuhkan waktu untuk relaks, untuk berpikir dan merenung, untuk belajar dan bertumbuh. Bila kita tidak mempunyai waktu untuk mengasah kapak, kita akan tumpul dan kehilangan efektifitas.
Jadi mulailah dari sekarang, memikirkan cara bekerja lebih efektif dan menambahkan banyak nilai kedalamnya.
Tuhan memberkati.
Gaji dan kondisi kerja yang diterimanya sangat bagus. Karenanya sang pemotong kayu memutuskan untuk bekerja sebaik mungkin.
Sang majikan memberinya sebuah kapak dan menunjukkan area kerjanya. Hari pertama sang pemotong kayu berhasil merobohkan 18 batang pohon. Sang majikan sangat terkesan dan berkata, “Selamat, kerjakanlah seperti itu!”
Sangat termotivasi oleh pujian majikannya, keesokan harinya sang pemotong kayu bekerja lebih keras lagi, tetapi dia hanya berhasil merobohkan 15 batang pohon. Hari ketiga dia bekerja lebih keras lagi, tetapi hanya berhasil merobohkan 10 batang pohon. Hari-hari berikutnya pohon yang berhasil dirobohkannya makin sedikit.
“Aku mungkin telah kehilangan kekuatanku”, pikir pemotong kayu itu.
Dia menemui majikannya dan meminta maaf, sambil mengatakan tidak mengerti apa yang terjadi.
“Kapan saat terakhir Anda mengasah kapak?”, sang majikan bertanya.
“Mengasah? Saya tidak punya waktu untuk mengasah kapak. Saya sangat sibuk mengapak pohon.”
Kehidupan kita sama seperti itu. Seringkali kita sangat sibuk sehingga tidak lagi mempunyai waktu untuk mengasah kapak.
Setiap orang lebih sibuk dari sebelumnya, tetapi lebih tidak berbahagia dari sebelumnya. Mengapa? Mungkinkah kita telah lupa bagaimana caranya untuk tetap tajam?
Tidaklah salah dengan aktivitas dan kerja keras. Tetapi tidaklah seharusnya kita sedemikian sibuknya sehingga mengabaikan hal-hal yang sebenarnya sangat penting dalam hidup, seperti kehidupan pribadi (dengan Tuhan Yesus), menyediakan waktu untuk membaca (Firman Tuhan, dll), dlsb.
Kita semua membutuhkan waktu untuk relaks, untuk berpikir dan merenung, untuk belajar dan bertumbuh. Bila kita tidak mempunyai waktu untuk mengasah kapak, kita akan tumpul dan kehilangan efektifitas.
Jadi mulailah dari sekarang, memikirkan cara bekerja lebih efektif dan menambahkan banyak nilai kedalamnya.
Tuhan memberkati.
Betapa Berat Dosa Itu?
Seorang pendeta berdiri di pinggir jalan dekat sebuah halte bus. Tak henti-hentinya ia berteriak,
"Siapa yang percaya bahwa Yesus adalah Tuhan, maka ia akan di selamatkan."
Ia juga meneriakan agar semua manusia bertobat dan tak berbuat dosa.
Tiba-tiba seorang anak muda datang dan berdiri di depannya lalu bertanya,
"Bapak pendeta, Anda mengatakan bahwa semua manusia adalah orang-orang berdosa tanpa terkecuali. Membawa serta dosa dalam diri sendiri sama dengan memikul sebuah beban yang amat berat. Namun saya tak pernah merasakannya sedikitpun. Katakanlah padaku, berapa berat dosa itu? Lima kilo? Sepuluh kilo? Atau seratus kilo?"
Sang pendeta memperhatikan anak muda tersebut dengan seksama lalu balik bertanya,
"Bila kita meletakkan 500 kilo beban ke atas mayat, apakah mayat tersebut merasa bahwa beban yang dipikulnya itu berat?"
Dengan cepat dan pasti anak muda tersebut menjawab,
"Tentu saja tidak! Ia pasti tidak merasa berat karena ia telah mati!"
Sang pendeta mengagumi anak muda tersebut. Sambil tersenyum ia menjawab,
"Hal yang sama terjadi pada kita. Kita tentu tak merasa bahwa beban dosa yang kita pikul itu berat. Karena pada saat kita berada dalam dosa, saat itulah kita sebetulnya telah mati."
Bila Anda masih mampu merasa sakit berhadapan dengan dosa-dosa yang Anda perbuat, maka bersyukurlah karena Roh Kudus sedang bekerja dalam diri Anda untuk mengingatkan Anda untuk tak berbuat dosa lagi.
Namun bila suatu saat Anda tak merasa bersalah sedikitpun saat berbuat dosa, maka saat itu sebetulnya Anda telah mati!
*1 Yohanes 3:6,
Karena itu setiap orang yang tetap berada di dalam Dia, tidak berbuat dosa lagi; setiap orang yang tetap berbuat dosa, tidak melihat dan tidak mengenal Dia.
Tuhan Yesus Memberkati.
"Siapa yang percaya bahwa Yesus adalah Tuhan, maka ia akan di selamatkan."
Ia juga meneriakan agar semua manusia bertobat dan tak berbuat dosa.
Tiba-tiba seorang anak muda datang dan berdiri di depannya lalu bertanya,
"Bapak pendeta, Anda mengatakan bahwa semua manusia adalah orang-orang berdosa tanpa terkecuali. Membawa serta dosa dalam diri sendiri sama dengan memikul sebuah beban yang amat berat. Namun saya tak pernah merasakannya sedikitpun. Katakanlah padaku, berapa berat dosa itu? Lima kilo? Sepuluh kilo? Atau seratus kilo?"
Sang pendeta memperhatikan anak muda tersebut dengan seksama lalu balik bertanya,
"Bila kita meletakkan 500 kilo beban ke atas mayat, apakah mayat tersebut merasa bahwa beban yang dipikulnya itu berat?"
Dengan cepat dan pasti anak muda tersebut menjawab,
"Tentu saja tidak! Ia pasti tidak merasa berat karena ia telah mati!"
Sang pendeta mengagumi anak muda tersebut. Sambil tersenyum ia menjawab,
"Hal yang sama terjadi pada kita. Kita tentu tak merasa bahwa beban dosa yang kita pikul itu berat. Karena pada saat kita berada dalam dosa, saat itulah kita sebetulnya telah mati."
Bila Anda masih mampu merasa sakit berhadapan dengan dosa-dosa yang Anda perbuat, maka bersyukurlah karena Roh Kudus sedang bekerja dalam diri Anda untuk mengingatkan Anda untuk tak berbuat dosa lagi.
Namun bila suatu saat Anda tak merasa bersalah sedikitpun saat berbuat dosa, maka saat itu sebetulnya Anda telah mati!
*1 Yohanes 3:6,
Karena itu setiap orang yang tetap berada di dalam Dia, tidak berbuat dosa lagi; setiap orang yang tetap berbuat dosa, tidak melihat dan tidak mengenal Dia.
Tuhan Yesus Memberkati.
¤¤ KISAH KUPU-KUPU YANG SOMBONG ¤¤
Di
sebuah hutan ada seekor kupu-kupu yang mungil. Kupu-kupu itu memiliki
sepasang sayap yang indah dengan garis-garis yang putih dan corak yang
menawan.
Karena keindahan sayapnya itulah kupu-kupu ini menjadi sangat sombong. Dia suka mengolok-olok binatang lain dan selalu membanggakan dirinya.
Saat terbang, kupu-kupu bertemu dengan seekor kumbang dan berkata, "Lihatlah tubuhmu, sangat jelek dan hitam."
Saat melihat seekor katak pun kupu-kupu itu tak berhenti untuk mengejek, "Punggungmu sangat menjijikkan, mulutmu lebar dan badanmu itu berlendir."
Si kumbang dan katak hanya diam saja mendengar ejekkan dari kupu-kupu itu. Mereka sudah terbiasa karena setiap hari mendengar kupu-kupu yang suka membanggakan dirinya sendiri dan selalu menyindir binatang yang lain.
Suatu malam kupu-kupu melihat ada suatu sinar yang sangat cantik mendekat ke arahnya. Ternyata sinar itu terpancar dari ekor bintang yang bernama kunang-kunang.
"Wow, indah sekali binatang itu. Dia mempunyai cahaya di tubuhnya."
Rupanya kupu-kupu itu iri dan ingin memiliki cahaya seperti kunang-kunang. "Hei kunang-kunang, dari mana kau dapatkan cahaya yang cantik itu?", tanya kupu-kupu.
"Aku sudah mendapatkannya sejak lahir. Tapi jika kau ingin memiliki cahaya, kau bisa mendapatkannya di rumah-rumah manusia pada malam hari", kata kunang-kunang.
Kupu-kupu merasa sangat senang sekali dengan penjelasan dari kunang-kunang. Dia pun mulai pergi ke rumah penduduk yang letaknya berada di pinggir hutan.
Dia terbang menuju ke salah satu rumah dan dia melihat ada cahaya dari pelita di atas meja.
"Wow, cahaya itu mampu menerangi seluruh ruangan di rumah ini. Aku ingin memilikinya agar tubuhku menjadi semakin indah."
Kupu-kupu itu pun mendekatkan tubuhnya ke pelita itu. Dia ingin mengambil sedikit api untuk ditempelkan ditubuhnya.
"Awwww!"
Kupu-kupu itu terbang menjauh sambil berteriak kesakitan.
Sayapnya yang indah terbakar. Kini ia menyesal karena tak puas dengan apa yang dia miliki.
Sekarang tidak ada lagi sayap indah yang bisa dia banggakan. Kupu-kupu itu tak dapat lagi menyombongkan dirinya.
**************
Bersyukurlah dengan apa yang kita miliki sekarang. Tuhan selalu memberikan yang terbaik bagi kita. Tuhan punya takaran sendiri untuk memberkati kita.
Janganlah kita gila hormat. Janganlah menyombongkan diri. Lebih baik kita menjadi orang terhormat dan dihargai dengan hidup kita yang apa adanya.
Untuk mendapatkan hasil yang terbaik, pasti membutuhkan suatu proses, yaitu, berdoa, berusaha, dan tidak menyerah.
Untuk mencegah rasa ketidakpuasan, maka kita harus memiliki hati yang selalu bersyukur.
*1 Samuel 2:3,
Janganlah kamu selalu berkata sombong, janganlah caci maki keluar dari mulutmu. Karena TUHAN itu Allah yang mahatahu, dan oleh Dia perbuatan-perbuatan diuji.
Tuhan Yesus Memberkati.
Karena keindahan sayapnya itulah kupu-kupu ini menjadi sangat sombong. Dia suka mengolok-olok binatang lain dan selalu membanggakan dirinya.
Saat terbang, kupu-kupu bertemu dengan seekor kumbang dan berkata, "Lihatlah tubuhmu, sangat jelek dan hitam."
Saat melihat seekor katak pun kupu-kupu itu tak berhenti untuk mengejek, "Punggungmu sangat menjijikkan, mulutmu lebar dan badanmu itu berlendir."
Si kumbang dan katak hanya diam saja mendengar ejekkan dari kupu-kupu itu. Mereka sudah terbiasa karena setiap hari mendengar kupu-kupu yang suka membanggakan dirinya sendiri dan selalu menyindir binatang yang lain.
Suatu malam kupu-kupu melihat ada suatu sinar yang sangat cantik mendekat ke arahnya. Ternyata sinar itu terpancar dari ekor bintang yang bernama kunang-kunang.
"Wow, indah sekali binatang itu. Dia mempunyai cahaya di tubuhnya."
Rupanya kupu-kupu itu iri dan ingin memiliki cahaya seperti kunang-kunang. "Hei kunang-kunang, dari mana kau dapatkan cahaya yang cantik itu?", tanya kupu-kupu.
"Aku sudah mendapatkannya sejak lahir. Tapi jika kau ingin memiliki cahaya, kau bisa mendapatkannya di rumah-rumah manusia pada malam hari", kata kunang-kunang.
Kupu-kupu merasa sangat senang sekali dengan penjelasan dari kunang-kunang. Dia pun mulai pergi ke rumah penduduk yang letaknya berada di pinggir hutan.
Dia terbang menuju ke salah satu rumah dan dia melihat ada cahaya dari pelita di atas meja.
"Wow, cahaya itu mampu menerangi seluruh ruangan di rumah ini. Aku ingin memilikinya agar tubuhku menjadi semakin indah."
Kupu-kupu itu pun mendekatkan tubuhnya ke pelita itu. Dia ingin mengambil sedikit api untuk ditempelkan ditubuhnya.
"Awwww!"
Kupu-kupu itu terbang menjauh sambil berteriak kesakitan.
Sayapnya yang indah terbakar. Kini ia menyesal karena tak puas dengan apa yang dia miliki.
Sekarang tidak ada lagi sayap indah yang bisa dia banggakan. Kupu-kupu itu tak dapat lagi menyombongkan dirinya.
**************
Bersyukurlah dengan apa yang kita miliki sekarang. Tuhan selalu memberikan yang terbaik bagi kita. Tuhan punya takaran sendiri untuk memberkati kita.
Janganlah kita gila hormat. Janganlah menyombongkan diri. Lebih baik kita menjadi orang terhormat dan dihargai dengan hidup kita yang apa adanya.
Untuk mendapatkan hasil yang terbaik, pasti membutuhkan suatu proses, yaitu, berdoa, berusaha, dan tidak menyerah.
Untuk mencegah rasa ketidakpuasan, maka kita harus memiliki hati yang selalu bersyukur.
*1 Samuel 2:3,
Janganlah kamu selalu berkata sombong, janganlah caci maki keluar dari mulutmu. Karena TUHAN itu Allah yang mahatahu, dan oleh Dia perbuatan-perbuatan diuji.
Tuhan Yesus Memberkati.
"Pohon tua."
Suatu ketika, di sebuah
padang, tersebutlah sebatang pohon rindang. Dahannya rimbun dengan
dedaunan. Batangnya tinggi menjulang. Akarnya tampak menonjol keluar,
menembus tanah hingga dalam.
Pohon itu, tampak gagah di banding dengan pohon-pohon lain di sekitarnya. Pohon itupun, menjadi tempat hidup bagi beberapa burung disana. Mereka membuat sarang, dan bergantung hidup pada batang-batangnya.
Burung-burung itu membuat lubang, dan mengerami telur-telur mereka dalam kebesaran pohon itu. Pohon itupun merasa senang, mendapatkan teman, saat mengisi hari-harinya yang panjang. Orang-orang pun bersyukur atas keberadaan pohon tersebut. Mereka kerap singgah, dan berteduh pada kerindangan pohon itu. Orang-orang itu sering duduk, dan membuka bekal makan, di bawah naungan dahan-
dahan.
"Pohon yang sangat berguna", begitu ujar mereka setiap selesai berteduh.
Lagi-lagi, sang pohon pun bangga mendengar perkataan tadi.
Namun, waktu terus berjalan. Sang pohon pun mulai sakit-sakitan. Daun-daunnya rontok, ranting-rantingnya pun mulai berjatuhan. Tubuhnya, kini mulai kurus dan pucat. Tak ada lagi kegagahan yang dulu dimilikinya. Burung-burung pun mulai enggan bersarang disana. Orang yang lewat, tak lagi mau mampir dan singgah untuk berteduh.
Sang pohon pun bersedih. "Ya Tuhan, mengapa begitu berat ujian yang Kau berikan padaku? Aku butuh teman. Tak ada lagi yang mau mendekatiku. Mengapa Kau ambil semua kemuliaan yang pernah aku miliki?", begitu ratap sang pohon, hingga terdengar ke seluruh hutan.
"Mengapa tak Kau tumbangkan saja tubuhku, agar aku tak perlu merasakan siksaan ini?", sang pohon terus menangis, membasahi tubuhnya yang kering.
Musim telah berganti, namun keadaan belumlah mau berubah. Sang pohon tetap kesepian dalam kesendiriannya. Batangnya tampak semakin kering. Ratap dan tangis terus terdengar setiap malam, mengisi malam-malam hening yang panjang.
Hingga pada saat pagi menjelang. "Cittt...cericirit...cittt". Ah suara apa itu? Ternyata, ada seekor anak burung yang baru menetas. Sang pohon terhenyak dalam lamunannya. Cittt...cericirit...cittt, suara itu makin keras melengking. Ada lagi anak burung yang baru lahir.
Lama kemudian, riuhlah pohon itu atas kelahiran burung-burung baru. Satu...dua...tiga...dan empat anak burung lahir ke dunia.
"Ah, doaku di jawab-Nya", begitu seru sang pohon.
Keesokan harinya, beterbanganlah banyak burung ke arah pohon itu. Mereka, akan membuat sarang-sarang baru. Ternyata, batang kayu yang kering, mengundang burung dengan jenis tertentu tertarik untuk mau bersarang disana. Burung-burung itu merasa lebih hangat berada di dalam batang yang kering, ketimbang sebelumnya. Jumlahnya pun lebih banyak dan lebih beragam.
"Ah, kini hariku makin cerah bersama burung-burung ini", gumam sang pohon dengan berbinar.
Sang pohon pun kembali bergembira. Dan ketika dilihatnya ke bawah, hatinya kembali membuncah. Ada sebatang tunas baru yang muncul di dekat akarnya. Sang Tunas tampak tersenyum.
Rupanya, airmata sang pohon tua itu, membuahkan bibit baru yang akan melanjutkan pengabdiannya pada alam.
Moral cerita:
Allah memang selalu punya rencana-rencana rahasia buat kita.
Allah, dengan kuasaNya
Yang Mahatinggi dan Mahamulia, akan selalu memberikan jawaban-jawaban buat kita.
Walaupun kadang penyelesaiannya tak selalu mudah di tebak, namun yakinlah, Allah tahu apa yang terbaik buat kita.
Ketika dititipkan-Nya cobaan buat kita, di saat itu diberikan-Nya kita karunia yang berlimpah. Ujian yang diberikan-Nya, bukanlah harga mati, bukanlah suatu hal yang tak dapat disiasati.
Saat Allah memberikan cobaan pada sang Pohon, maka sesungguhnya Allah, sedang MENUNDA memberikan kemuliaan-Nya.
Allah tidak memilih untuk menumbangkannya, sebab Dia menyimpan sejumlah rahasia. Allah, sedang menguji kesabaran yang dimilikinya.
Sahabat, yakinlah, apapun cobaan yang kita hadapi, adalah bagian dari rangkaian kemuliaan yang sedang dipersiapkan-Nya buat kita.
Jangan putus asa, jangan lemah hati. Allah, selalu bersama orang-orang yang sabar.
*Yesaya 55:8-9,
8 Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN.
9 Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.
Amin.
Tuhan Yesus memberkati.
Pohon itu, tampak gagah di banding dengan pohon-pohon lain di sekitarnya. Pohon itupun, menjadi tempat hidup bagi beberapa burung disana. Mereka membuat sarang, dan bergantung hidup pada batang-batangnya.
Burung-burung itu membuat lubang, dan mengerami telur-telur mereka dalam kebesaran pohon itu. Pohon itupun merasa senang, mendapatkan teman, saat mengisi hari-harinya yang panjang. Orang-orang pun bersyukur atas keberadaan pohon tersebut. Mereka kerap singgah, dan berteduh pada kerindangan pohon itu. Orang-orang itu sering duduk, dan membuka bekal makan, di bawah naungan dahan-
dahan.
"Pohon yang sangat berguna", begitu ujar mereka setiap selesai berteduh.
Lagi-lagi, sang pohon pun bangga mendengar perkataan tadi.
Namun, waktu terus berjalan. Sang pohon pun mulai sakit-sakitan. Daun-daunnya rontok, ranting-rantingnya pun mulai berjatuhan. Tubuhnya, kini mulai kurus dan pucat. Tak ada lagi kegagahan yang dulu dimilikinya. Burung-burung pun mulai enggan bersarang disana. Orang yang lewat, tak lagi mau mampir dan singgah untuk berteduh.
Sang pohon pun bersedih. "Ya Tuhan, mengapa begitu berat ujian yang Kau berikan padaku? Aku butuh teman. Tak ada lagi yang mau mendekatiku. Mengapa Kau ambil semua kemuliaan yang pernah aku miliki?", begitu ratap sang pohon, hingga terdengar ke seluruh hutan.
"Mengapa tak Kau tumbangkan saja tubuhku, agar aku tak perlu merasakan siksaan ini?", sang pohon terus menangis, membasahi tubuhnya yang kering.
Musim telah berganti, namun keadaan belumlah mau berubah. Sang pohon tetap kesepian dalam kesendiriannya. Batangnya tampak semakin kering. Ratap dan tangis terus terdengar setiap malam, mengisi malam-malam hening yang panjang.
Hingga pada saat pagi menjelang. "Cittt...cericirit...cittt". Ah suara apa itu? Ternyata, ada seekor anak burung yang baru menetas. Sang pohon terhenyak dalam lamunannya. Cittt...cericirit...cittt, suara itu makin keras melengking. Ada lagi anak burung yang baru lahir.
Lama kemudian, riuhlah pohon itu atas kelahiran burung-burung baru. Satu...dua...tiga...dan empat anak burung lahir ke dunia.
"Ah, doaku di jawab-Nya", begitu seru sang pohon.
Keesokan harinya, beterbanganlah banyak burung ke arah pohon itu. Mereka, akan membuat sarang-sarang baru. Ternyata, batang kayu yang kering, mengundang burung dengan jenis tertentu tertarik untuk mau bersarang disana. Burung-burung itu merasa lebih hangat berada di dalam batang yang kering, ketimbang sebelumnya. Jumlahnya pun lebih banyak dan lebih beragam.
"Ah, kini hariku makin cerah bersama burung-burung ini", gumam sang pohon dengan berbinar.
Sang pohon pun kembali bergembira. Dan ketika dilihatnya ke bawah, hatinya kembali membuncah. Ada sebatang tunas baru yang muncul di dekat akarnya. Sang Tunas tampak tersenyum.
Rupanya, airmata sang pohon tua itu, membuahkan bibit baru yang akan melanjutkan pengabdiannya pada alam.
Moral cerita:
Allah memang selalu punya rencana-rencana rahasia buat kita.
Allah, dengan kuasaNya
Yang Mahatinggi dan Mahamulia, akan selalu memberikan jawaban-jawaban buat kita.
Walaupun kadang penyelesaiannya tak selalu mudah di tebak, namun yakinlah, Allah tahu apa yang terbaik buat kita.
Ketika dititipkan-Nya cobaan buat kita, di saat itu diberikan-Nya kita karunia yang berlimpah. Ujian yang diberikan-Nya, bukanlah harga mati, bukanlah suatu hal yang tak dapat disiasati.
Saat Allah memberikan cobaan pada sang Pohon, maka sesungguhnya Allah, sedang MENUNDA memberikan kemuliaan-Nya.
Allah tidak memilih untuk menumbangkannya, sebab Dia menyimpan sejumlah rahasia. Allah, sedang menguji kesabaran yang dimilikinya.
Sahabat, yakinlah, apapun cobaan yang kita hadapi, adalah bagian dari rangkaian kemuliaan yang sedang dipersiapkan-Nya buat kita.
Jangan putus asa, jangan lemah hati. Allah, selalu bersama orang-orang yang sabar.
*Yesaya 55:8-9,
8 Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN.
9 Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.
Amin.
Tuhan Yesus memberkati.
RICH vs POOR
Suatu ketika seorang ayah dari keluarga kaya raya, bermaksud memberi pelajaran bagaimana kehidupan orang miskin pada anaknya.
Mereka pun menginap beberapa hari di rumah keluarga petani yang miskin di sebuah dusun di tepi hutan.
Dalam perjalanan pulang sang ayah bertanya pada anaknya,
"Bagaimana perjalanan kita?"
Jawab sang Anak,
"Oh sangat menarik ayah."
"Kamu melihat bagaimana orang miskin hidup?", sang ayah bertanya.
"Ya ayah", sahut sang anak.
"Jadi, apa yang dapat kamu pelajari dari perjalanan kita ini?", tanya sang ayah.
Sang anak menjawab,
"Yang saya pelajari kita memiliki satu anjing untuk menjaga rumah kita, mereka punya empat anjing untuk berburu.
Kita punya kolam renang kecil di taman, mereka punya sungai yang tiada batas…
Kita punya lampu untuk menerangi taman kita, mereka punya bintang yang bersinar di malam hari.
Kita memiliki lahan yang kecil untuk hidup, mereka hidup bersama alam.
Kita punya pembantu untuk melayani kita, tapi mereka hidup untuk melayani orang lain.
Kita punya pagar yang tinggi untuk melindungi kita, mereka punya banyak teman yang saling melindungi".
Sang ayah tercengang diam mendengar jawaban anaknya.
Lalu sang anak melanjutkan,
"Terima kasih ayah, karena ayah telah menunjukkan betapa miskinnya kita".
Bukankah ini suatu sudut pandang yang menakjubkan?
Bersyukurlah dengan apa yang telah kita miliki, dan jangan pernah risau dengan apa yang tidak kita miliki.
Bersyukurlah walau sekecil apapun rezeki yang kita peroleh…
Tuhan Yesus Memberkati.
Mereka pun menginap beberapa hari di rumah keluarga petani yang miskin di sebuah dusun di tepi hutan.
Dalam perjalanan pulang sang ayah bertanya pada anaknya,
"Bagaimana perjalanan kita?"
Jawab sang Anak,
"Oh sangat menarik ayah."
"Kamu melihat bagaimana orang miskin hidup?", sang ayah bertanya.
"Ya ayah", sahut sang anak.
"Jadi, apa yang dapat kamu pelajari dari perjalanan kita ini?", tanya sang ayah.
Sang anak menjawab,
"Yang saya pelajari kita memiliki satu anjing untuk menjaga rumah kita, mereka punya empat anjing untuk berburu.
Kita punya kolam renang kecil di taman, mereka punya sungai yang tiada batas…
Kita punya lampu untuk menerangi taman kita, mereka punya bintang yang bersinar di malam hari.
Kita memiliki lahan yang kecil untuk hidup, mereka hidup bersama alam.
Kita punya pembantu untuk melayani kita, tapi mereka hidup untuk melayani orang lain.
Kita punya pagar yang tinggi untuk melindungi kita, mereka punya banyak teman yang saling melindungi".
Sang ayah tercengang diam mendengar jawaban anaknya.
Lalu sang anak melanjutkan,
"Terima kasih ayah, karena ayah telah menunjukkan betapa miskinnya kita".
Bukankah ini suatu sudut pandang yang menakjubkan?
Bersyukurlah dengan apa yang telah kita miliki, dan jangan pernah risau dengan apa yang tidak kita miliki.
Bersyukurlah walau sekecil apapun rezeki yang kita peroleh…
Tuhan Yesus Memberkati.
Langganan:
Postingan (Atom)