*Mazmur 94:14,
Sebab TUHAN tidak akan membuang umat-
Nya, dan milik-Nya sendiri tidak akan
ditinggalkan-Nya;
Renungan:
Pada tanggal 7 Desember 1998 di bagian
utara Armenia, suatu gempa dengan
kekuatan 6,9 skala ritcher menghancurkan
sebuah gedung sekolah di antara bangunan-
bangunan lainnya. Di tengah keramaian dan
suasana panik, seorang bapak berlari menuju
ke sekolah tersebut, dimana anaknya
menuntut ilmu setiap harinya. Sambil berlari,
ia terus teringat pada kata-kata yang sering ia
ucapkan kepada anaknya itu: "Hai anakku,
apapun yang terjadi, papa akan selalu
bersamamu!" Sesampainya di tempat dimana
sekolah itu dulunya berdiri, yang ia dapati
hanya sebuah bukit tumpukan batu, kayu dan
semen sisa dari gedung yang hancur total!
Pertama-tama ia hanya berdiri saja di sana
sambil menahan tangis. Namun
kemudian...tiba-tiba ia pergi ke bagian
sekolah yang ia yakini adalah tempat ruang
kelas anaknya. Dengan hanya menggunakan
tangannya sendiri ia mulai menggali dan
mengangkat batu-batu yang bertumpuk di
sana. Ada seorang yang sempat menegurnya:
"Pak, itu tak ada gunanya lagi. Mereka semua
pasti sudah mati." Bapak itu menjawab:
"Kamu bisa berdiri saja di sana, atau kamu
bisa membantu mengangkat batu-batu ini!"
Maka orang itu dan beberapa orang lain ikut
menolong, namun setelah beberapa jam
mereka capek dan menyerah. Sebaliknya, si
bapak tidak bisa berhenti memikirkan
anaknya, maka ia menggali terus.
Dua jam telah berlalu, lalu lima jam, sepuluh
jam, tigabelas jam, delapanbelas jam. Lalu
tiba-tiba ia mendengar suatu suara dari
bawah papan yang rubuh. Dia mengangkat
sebagian dari papan itu, dan berteriak:
"Armando!", dan dari kegelapan di bawah itu
terdengarlah suara kecil: "Papa!".
Kemudian terdengarlah suara-suara yang lain
sementara anak-anak yang selamat itu ikut
berteriak! Semua orang yang ada di sekitar
reruntuhan itu, kebanyakan para orangtua
dari murid-murid itu, kaget dan bersyukur
saat menyaksikan dan mendengar teriakan
mereka. Mereka menemukan 14 anak yang
masih hidup itu! Pada saat Armando sudah
selamat, dia membantu menggali dan
mengangkat batu-batu sampai teman-
temannya sudah diselamatkan semua. Semua
orang mendengarnya ketika ia berkata
kepada teman-temannya itu: "Lihat, aku
sudah bilang kan, bahwa papaku pasti akan
datang untuk menyelamatkan kita!"
Mari kita merenungkan bagaimana kita
menjalani hidup kita. Di saat kita dalam
kegelapan, tertimpa oleh macam-macam
beban masalah, jatuh dalam kelemahan dosa.
Apakah kita lantas berkeluh kesah, putus
harapan, dan lantas mengibarkan bendera
putih pada dunia tanda menyerah? Ataukah
kita akan bersikap seperti Armando, yang
terus menggenggam HARAPAN? bahwa
Seseorang sedang mencari kita dan siap
menyelamatkan kita? Seseorang yang tak
akan pernah menyerah sampai kita sudah di
dalam pelukan-Nya?
utara Armenia, suatu gempa dengan
kekuatan 6,9 skala ritcher menghancurkan
sebuah gedung sekolah di antara bangunan-
bangunan lainnya. Di tengah keramaian dan
suasana panik, seorang bapak berlari menuju
ke sekolah tersebut, dimana anaknya
menuntut ilmu setiap harinya. Sambil berlari,
ia terus teringat pada kata-kata yang sering ia
ucapkan kepada anaknya itu: "Hai anakku,
apapun yang terjadi, papa akan selalu
bersamamu!" Sesampainya di tempat dimana
sekolah itu dulunya berdiri, yang ia dapati
hanya sebuah bukit tumpukan batu, kayu dan
semen sisa dari gedung yang hancur total!
Pertama-tama ia hanya berdiri saja di sana
sambil menahan tangis. Namun
kemudian...tiba-tiba ia pergi ke bagian
sekolah yang ia yakini adalah tempat ruang
kelas anaknya. Dengan hanya menggunakan
tangannya sendiri ia mulai menggali dan
mengangkat batu-batu yang bertumpuk di
sana. Ada seorang yang sempat menegurnya:
"Pak, itu tak ada gunanya lagi. Mereka semua
pasti sudah mati." Bapak itu menjawab:
"Kamu bisa berdiri saja di sana, atau kamu
bisa membantu mengangkat batu-batu ini!"
Maka orang itu dan beberapa orang lain ikut
menolong, namun setelah beberapa jam
mereka capek dan menyerah. Sebaliknya, si
bapak tidak bisa berhenti memikirkan
anaknya, maka ia menggali terus.
Dua jam telah berlalu, lalu lima jam, sepuluh
jam, tigabelas jam, delapanbelas jam. Lalu
tiba-tiba ia mendengar suatu suara dari
bawah papan yang rubuh. Dia mengangkat
sebagian dari papan itu, dan berteriak:
"Armando!", dan dari kegelapan di bawah itu
terdengarlah suara kecil: "Papa!".
Kemudian terdengarlah suara-suara yang lain
sementara anak-anak yang selamat itu ikut
berteriak! Semua orang yang ada di sekitar
reruntuhan itu, kebanyakan para orangtua
dari murid-murid itu, kaget dan bersyukur
saat menyaksikan dan mendengar teriakan
mereka. Mereka menemukan 14 anak yang
masih hidup itu! Pada saat Armando sudah
selamat, dia membantu menggali dan
mengangkat batu-batu sampai teman-
temannya sudah diselamatkan semua. Semua
orang mendengarnya ketika ia berkata
kepada teman-temannya itu: "Lihat, aku
sudah bilang kan, bahwa papaku pasti akan
datang untuk menyelamatkan kita!"
Mari kita merenungkan bagaimana kita
menjalani hidup kita. Di saat kita dalam
kegelapan, tertimpa oleh macam-macam
beban masalah, jatuh dalam kelemahan dosa.
Apakah kita lantas berkeluh kesah, putus
harapan, dan lantas mengibarkan bendera
putih pada dunia tanda menyerah? Ataukah
kita akan bersikap seperti Armando, yang
terus menggenggam HARAPAN? bahwa
Seseorang sedang mencari kita dan siap
menyelamatkan kita? Seseorang yang tak
akan pernah menyerah sampai kita sudah di
dalam pelukan-Nya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar