*Matius 6:4,
Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan
tersembunyi, maka Bapamu yang melihat
yang tersembunyi akan membalasnya
kepadamu.
Renungan:
Seorang konglomerat meninggal dunia.
Jenazahnya disemayamkan di rumah duka.
Dalam tempo yang singkat, tempat itu penuh
dengan papan ucapan belasungkawa
berhiaskan bunga-bunga. Dikirim dari
berbagai perusahaan. Ucapannya seragam:
"Segenap pemimpin dan karyawan PT X turut
berdukacita . . ."
Logo dan nama perusahaan ditulis besar-
besar, untuk dipamerkan. Tuluskah ungkapan
duka itu? Benarkah si pengirim turut
berdukacita? Atau, ini hanya upaya marketing
agar perusahaan mendapat nilai plus di mata
keluarga yang berduka?
Banyak orang berbuat baik pada sesama,
tetapi motifnya untuk kepentingan pribadi.
Perbuatan baik itu dipamerkan untuk
menarik simpati.
Para pemimpin agama pada zaman Yesus
suka melakukan hal-hal rohani di depan
orang agar tampak suci. Mereka memberi
sedekah, berdoa, dan berpuasa bukan untuk
memuliakan Tuhan, melainkan untuk
mendapat pujian dan pengakuan. Namun,
Tuhan sama sekali tidak terkesan! Dia
menyukai orang yang murni hatinya. Mereka
yang beribadah dalam ketersembunyian;
yang kebaikannya tidak ingin dipamerkan.
Ketulusan hati semacam inilah yang dihargai
dan diberkati Tuhan.
Jika Anda menolong orang, apakah Anda
mengharap balasan? Jika Anda melayani
Tuhan, apakah Anda merindukan acungan
jempol dan tepukan tangan? Inginkah Anda
menjadi pahlawan terkenal, atau rela menjadi
pahlawan tak dikenal? Lain kali, saat
melakukan hal mulia, renungkanlah: Akankah
saya tetap melakukan hal ini, jika tak ada
orang yang mengetahuinya?
"Kerohanian sejati dapat diukur dari apa yang
Anda lakukan saat tidak ada orang."
Seorang konglomerat meninggal dunia.
Jenazahnya disemayamkan di rumah duka.
Dalam tempo yang singkat, tempat itu penuh
dengan papan ucapan belasungkawa
berhiaskan bunga-bunga. Dikirim dari
berbagai perusahaan. Ucapannya seragam:
"Segenap pemimpin dan karyawan PT X turut
berdukacita . . ."
Logo dan nama perusahaan ditulis besar-
besar, untuk dipamerkan. Tuluskah ungkapan
duka itu? Benarkah si pengirim turut
berdukacita? Atau, ini hanya upaya marketing
agar perusahaan mendapat nilai plus di mata
keluarga yang berduka?
Banyak orang berbuat baik pada sesama,
tetapi motifnya untuk kepentingan pribadi.
Perbuatan baik itu dipamerkan untuk
menarik simpati.
Para pemimpin agama pada zaman Yesus
suka melakukan hal-hal rohani di depan
orang agar tampak suci. Mereka memberi
sedekah, berdoa, dan berpuasa bukan untuk
memuliakan Tuhan, melainkan untuk
mendapat pujian dan pengakuan. Namun,
Tuhan sama sekali tidak terkesan! Dia
menyukai orang yang murni hatinya. Mereka
yang beribadah dalam ketersembunyian;
yang kebaikannya tidak ingin dipamerkan.
Ketulusan hati semacam inilah yang dihargai
dan diberkati Tuhan.
Jika Anda menolong orang, apakah Anda
mengharap balasan? Jika Anda melayani
Tuhan, apakah Anda merindukan acungan
jempol dan tepukan tangan? Inginkah Anda
menjadi pahlawan terkenal, atau rela menjadi
pahlawan tak dikenal? Lain kali, saat
melakukan hal mulia, renungkanlah: Akankah
saya tetap melakukan hal ini, jika tak ada
orang yang mengetahuinya?
"Kerohanian sejati dapat diukur dari apa yang
Anda lakukan saat tidak ada orang."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar