Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."
Suatu hari seorang karyawan di daerah Surabaya mengalami musibah. Motornya diseruduk oleh taksi karena ngerem mendadak demi menghindar nabrak orang yang tiba-tiba menyebrang. Sang karyawan jatuh ke aspal dan motornya rusak berat.
Supir taksi yang menyeruduk bukan menolong pengendara motor tersebut malahan memarahi dia karena berhenti mendadak. Meski badannya sakit dan kesal hatinya karena dimarahi, si karyawan berusaha untuk sabar. Terlebih ada suara yang lembut yang berbisik di hatinya yang mengingatkan bahwa dia adalah orang Kristen: “Inilah saatnya kamu menunjukkan kasihmu!”
Ternyata ketaatannya terhadap suara hatinya membuahkan hasil. Orang-orang yang berlalu lalang dijalan membela dia dan memarahi si sopir taksi.
Singkat cerita setelah menyelesaikan masalah tersebut secara baik-baik si karyawan jadi terlambat masuk kantor. Karena ditanya oleh salah seorang bosnya maka ia pun menjelaskan kecelakaan yang baru saja menimpanya. Bosnya bukan sekedar memberikan kata-kata simpati melainkan membawa si pegawai ke suatu tempat sambil berkomentar, “Memang sudah waktunya kamu naik mobil. Ayo ikut saya ke show room!”
Supir taksi yang menyeruduk bukan menolong pengendara motor tersebut malahan memarahi dia karena berhenti mendadak. Meski badannya sakit dan kesal hatinya karena dimarahi, si karyawan berusaha untuk sabar. Terlebih ada suara yang lembut yang berbisik di hatinya yang mengingatkan bahwa dia adalah orang Kristen: “Inilah saatnya kamu menunjukkan kasihmu!”
Ternyata ketaatannya terhadap suara hatinya membuahkan hasil. Orang-orang yang berlalu lalang dijalan membela dia dan memarahi si sopir taksi.
Singkat cerita setelah menyelesaikan masalah tersebut secara baik-baik si karyawan jadi terlambat masuk kantor. Karena ditanya oleh salah seorang bosnya maka ia pun menjelaskan kecelakaan yang baru saja menimpanya. Bosnya bukan sekedar memberikan kata-kata simpati melainkan membawa si pegawai ke suatu tempat sambil berkomentar, “Memang sudah waktunya kamu naik mobil. Ayo ikut saya ke show room!”
Hari itu juga si karyawan dapat mujizat TUHAN melalui atasannya yaitu dengan mendapatkan mobil baru sebagai ganti motornya yang rusak karena kecelakaan beberapa jam yang lalu.
Beberapa bulan kemudian di rumah sang karyawan diadakan ibadah kecil. Dalam ibadah diberikan kesempatan untuk bersaksi. Seorang bapak pun bersaksi menceritakan keajaiban kecil terjadi pada dirinya dan ia sangat bersyukur pada TUHAN. Ia bersyukur karena baru saja ia lolos dari kecelakaan motor. Ada angkot mendadak menabraknya dari belakang, namun ajaib ia tidak terjatuh melainkan hanya terdorong maju beberapa meter. Ketika dicek hanya bagian belakang motornya yang melesak. Yang ajaibnya lagi sopir angkotnya turun dengan sopan dan memberinya sejumlah uang ganti rugi.
Ketika bapak itu selesai bersaksi dengan nada bergurau sang karyawan berkata, “seandainya bapak terjatuh mungkin bapak dapat mobil!” dan orang-orang di ibadah tersebut serentak tertawa.
Apakah benar jika terjatuh si bapak tersebut akan dapat mobil? Kalau pun ia terjatuh dari motornya belum tentu ia dapat mobil! Namun kita sering kali membuat pola tentang mujizat atau pertolongan TUHAN. Padahal cara dan waktu Allah berbeda dengan cara dan waktu manusia. Cara dan waktu-Nya tidak bisa kita polakan. Dia memiliki pola sendiri yang seringkali ada di luar nalar, kemauan maupun perasaan manusia.
Sering kali kita malah terjebak tidak bisa mensyukuri setiap pertolongan maupun pemeliharaan TUHAN sehari-hari. Kita sering kali menggerutu dan membandingkan kenapa kita tidak mendapatkan mujizat atau hanya dapat keajaiban kecil. Padahal pola pikir TUHAN:
"Keajaiban Kecil Sama Besarnya dengan Mujizat."
Beberapa bulan kemudian di rumah sang karyawan diadakan ibadah kecil. Dalam ibadah diberikan kesempatan untuk bersaksi. Seorang bapak pun bersaksi menceritakan keajaiban kecil terjadi pada dirinya dan ia sangat bersyukur pada TUHAN. Ia bersyukur karena baru saja ia lolos dari kecelakaan motor. Ada angkot mendadak menabraknya dari belakang, namun ajaib ia tidak terjatuh melainkan hanya terdorong maju beberapa meter. Ketika dicek hanya bagian belakang motornya yang melesak. Yang ajaibnya lagi sopir angkotnya turun dengan sopan dan memberinya sejumlah uang ganti rugi.
Ketika bapak itu selesai bersaksi dengan nada bergurau sang karyawan berkata, “seandainya bapak terjatuh mungkin bapak dapat mobil!” dan orang-orang di ibadah tersebut serentak tertawa.
Apakah benar jika terjatuh si bapak tersebut akan dapat mobil? Kalau pun ia terjatuh dari motornya belum tentu ia dapat mobil! Namun kita sering kali membuat pola tentang mujizat atau pertolongan TUHAN. Padahal cara dan waktu Allah berbeda dengan cara dan waktu manusia. Cara dan waktu-Nya tidak bisa kita polakan. Dia memiliki pola sendiri yang seringkali ada di luar nalar, kemauan maupun perasaan manusia.
Sering kali kita malah terjebak tidak bisa mensyukuri setiap pertolongan maupun pemeliharaan TUHAN sehari-hari. Kita sering kali menggerutu dan membandingkan kenapa kita tidak mendapatkan mujizat atau hanya dapat keajaiban kecil. Padahal pola pikir TUHAN:
"Keajaiban Kecil Sama Besarnya dengan Mujizat."
Haleluyah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar