Sabtu, 15 September 2012

MENUKAR KASIH DENGAN KEWAJIBAN

* Wahyu 2:3-4,
Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah. Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.

Sebelum Rasul Yohanes menuliskan peringatan di Kitab Wahyu di atas untuk jemaat Efesus, Rasul Paulus juga telah mengingatkan mereka seperti ini : Aku tahu, bahwa sesudah aku pergi, serigala-serigala yang ganas akan masuk ke tengah-tengah kamu dan tidak akan menyayangkan kawanan itu. Bahkan dari antara kamu sendiri akan muncul beberapa orang, yang dengan ajaran palsu mereka berusaha menarik murid-murid dari jalan yang benar dan supaya mengikut mereka. (Kisah Para Rasul 20:29-30).

Hebatnya mereka mendengarkan dan melakukan peringatan Paulus itu, terbukti di Wahyu 2:2 Tuhan memuji jemaat di Efesus karena mereka sangat cermat terhadap setiap ajaran yang mereka dengar. Namun sayangnya, ada satu hal penting yang menjadi cela mereka, yaitu mereka meninggalkan kasih mula-mula mereka.

Jemaat Efesus tidak kehilangan kasih itu, karena jika hilang mereka tidak tahu ada dimana hal itu. Tetapi mereka meninggalkannya, sehingga saat peringatan itu didengarkan harusnya mereka bisa menemukannya kembali.

Mengapa mereka bisa meninggalkan kasih mula-mula itu, padahal mereka dikenal begitu giat bekerja bagi Tuhan, bahkan mereka rela dan sabar menderita bagi Tuhan? Sebabnya adalah mereka telah beralih dari mengerjakan perintah Tuhan itu karena cinta menjadi sebuah kewajiban. Mereka kehilangan kasih mereka, karena pelayanan yang mereka lakukan bagi Tuhan dan sesama telah menjadi rutinitas dan kewajiban. Mereka sibuk memperhatikan manakah rasul-rasul palsu, mana ajaran yang benar dan mana ajaran yang salah, bahkan diantara kesibukan itu mereka tetap memuji dan menyembah Tuhan. Namun semua kesibukan pelayanan tersebut telah menggeser kasih mereka dan menggantinya dengan suatu tugas-tugas dan akhirnya menjadi sebuah kewajiban.

Apakah hal ini seperti sangat familiar? Ya, seringkali kita juga mengalami seperti jemaat Efesus ini. Kita telah meninggalkan kasih mula-mula kita dan menggantinya dengan tugas dan kewajiban. Padahal Tuhan adalah pribadi yang suka dengan hubungan. Dia bukanlah dewa yang ingin dipuja sesuai jadwal, Dia adalah pribadi yang ingin bercerita dari hati ke hati. Dia ingin hubungan penuh cinta dan kemesraan. Dia tidak ingin menggantikan semuanya itu dengan sebuah upacara yang sekedar kewajiban.

Tahukah Anda keadaan ke-Kristenan di Efesus saat ini? KeKristenan di Efesus saat ini jauh berbeda dari masa para rasul dulu, bahkan bisa dikatakan keKristenan di sana hampir punah. Bukankah ini suatu akibat yang mengerikan ketika kasih mula-mula ditinggalkan oleh orang percaya?

Mari jadikan kisah jemaat Efesus ini sebagai pelajaran yang tidak perlu kita alami. Jagalah kasih mula-mula kita kepada Tuhan sehingga hubungan kita dengan-Nya tetap berdasarkan cinta yang penuh kasih mesra.

Mari jaga kasih mula-mula kita kepada Tuhan, layanilah Tuhan dan sesama bukan karena tugas, tapi karena cinta.

TUHAN YESUS MEMBERKATI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar