Sabtu, 29 September 2012
Allah Ingin Memakai Anda Secara Luar Biasa
*Lukas 1:38,
Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah
hamba Tuhan; jadilah padaku menurut
perkataanmu itu."
Renungan
Mengapa Allah memilih Maria dari semua wanita? Bukan karena pendidikannya, karena Maria tidak memilikinya. Bukan karena kekayaannya, karena Maria miskin. Bukan juga karena kedewasaannya, karena Maria hanya berumur belasan tahun. Yang membuat Maria sangat spesial justru karena dia biasa-biasa saja! Allah mengambil seorang wanita yang biasa-
biasa dan memakai dia dengan cara yang luar biasa.
Ketika malaikat Gabriel pertama kali menampakan diri pada Maria untuk memberitahukan kehamilannya, Maria sangat terkejut, bingung dan mungkin takut setengah mati. Yang ada dalam pikirannya adalah ketakutan akan kritik: "Apa yang akan dipikirkan oleh orang-orang?
Ada ketakutan ketidakmampuannya: "Bagaimana aku dapat mengatasi hal ini?" Ada juga ketakutan akan adanya perubahan: "Bagaimana hal ini akan mengacaukan masa depanku?"
Segala macam ketakutan ini mempunyai potensi untuk melumpuhkan kehidupan dan tujuan Anda di dalam Tuhan. Maria mempunyai banyak ketakutan dan pertimbangan. Tetapi meskipun takut, dia memilih untuk mempercayai Allah.
"Iman bukan berarti tidak adanya ketakutan. Pada kenyataannya, iman tidak akan menjadi iman tanpa adanya ketakutan dan keraguan."
Jadi, orang seperti apa yang dipakai Allah?
Pertama, Allah memakai orang-orang yang rindu melakukan kehendak-Nya lebih dari yang lain. Allah mempunyai rencana untuk hidup Anda tapi rencana itu tidak otomatis. Anda bisa melewatkan tujuan dan kesempatan yang diberikan untuk Anda. Ketika Gabriel memberikan rencana Allah pada Maria, dia menanggapinya dengan antusias dan kerendahan hati. Sikap dalam hidupnya menentukan seberapa tingginya dia dalam Tuhan.
Kedua, Allah memakai orang-orang yang memutuskan untuk membayar harga. Menjadi ibu dari Juruselamat membahayakan reputasi, kenyamanan, dan bahkan mungkin hidup Maria. Kehamilannya, yang terlihat di luar pernikahan, dapat menyebabkan hukuman mati atas tuduhan imoralitas seksual. Tetapi, di dalam pikiran Maria, tidak ada harga yang terlalu mahal untuk melakukan kehendak Allah.
Dan yang terakhir, Allah memakai orang-orang yang berani untuk mempercayai janji-janji-Nya. Maria menanggapinya dengan berkata: "Jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Maria memuji, menyembah, berdoa, dan mengakui rhema yang diberikan padanya. Dia merentangkan imannya dan menunggu janji Allah terjadi sepenuhnya atas kehidupannya.
Tuhan Yesus Memberkati.
Masalah Suka Menunda
*Roma 12:8,
....Siapa yang membagi-
bagikan sesuatu, hendaklah ia
melakukannya dengan hati yang ikhlas;
siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia
melakukannya dengan rajin; siapa yang
melakukannya dengan sukacita.
Renungan:
Kebanyakan kita bergumul dengan masalah
suka menunda.
Seorang pengajar dari Universitas Calgary di
Alberta memerlukan waktu 5 tahun untuk
mempelajari sikap menunda ini. Ia
melaporkan bahwa 95% dari kita suka
menunda satu atau dua hal.
Suatu penelitian menunjukan bahwa orang-
orang Amerika kehilangan kira-kira 400 juta
dollar setahun karena menunda pengisian
formulis pajak. Perasaan takut gagal atau
ketidaknyamanan lainnya membuat kita suka
menunda-nunda sebelum memulai suatu
proyek atau mengambil sebuah keputusan.
Suka menunda juga menjadi masalah di
gereja. Kebanyakan kita menunda untuk
melayani Allah. Kita tahu bahwa kita
seharusnya menjangkau orang lain, tetapi
kita merasa tidak nyaman atau khawatir
tentang apa yang harus dilakukan. Karena
kita merasa tidak akin dengan talenta atau
minat kita, kita menunda untuk terlibat dalam
pelayanan gereja. Kita khawatir, bagaimana
jika saya melakukan suatu pekerjaan yang
buruk? Bagaimana jika saya mengetahui
bahwa saya bahkan tidak dapat
melakukannya?
Roma 12 memberi kita dorongan semangat.
Pelayanan dimulai dengan jalan menyerahkan
diri kepada Allah sebagai "persembahan yang
hidup" (ayat 1). Berdoalah dan berilah diri
Anda kembali untuk melayani Tuhan dan
pekerjaan-Nya. Kemudian perhatikanlah apa
yang dilakukan jemaat lain di gereja Anda dan
bertanyalah apakah Anda dapat bergabung.
Mulailah dengan hal-hal yang kecil jika perlu,
dan coba satu atau dua hal.
Gereja Anda memerlukan Anda. Mintalah Allah
untuk menolong Anda dalam mengatasi
masalah suka menunda.
Supaya gereja lebih sehat, latihlah karunia
rohani Anda.
Jangan Beri Ruang Untuk Dosa
*Imamat 13:2,
"Apabila pada kulit badan seseorang ada
bengkak atau bintil-bintil atau panau, yang
mungkin menjadi penyakit kusta pada
kulitnya, ia harus dibawa kepada imam
Harun, ...
Renungan:
Seseorang yang diduga berpenyakit kusta
pertama-tama harus menunjukkan dirinya
pada imam besar Harun atau seorang dari
anak-anaknya. Saat memeriksa orang
tersebut, seorang imam harus ingat dua hal:
(1) kekudusan Allah, dan (2) kasih karunia
Allah.
Kekudusan Allah menuntut bahwa setiap
orang seharusnya masuk harus masuk.
Karena itu, seorang imam tidak bisa membuat
keputusan yang terburu-buru berdasarkan
kabar burung atau prasangka subjektif. Dia
harus memeriksa seseorang yang diduga
terkena penyakit kusta tersebut dengan
seksama dan melakukan tindakan yang
diperlukan menurut Kitab Suci. Penyakit kusta
selalu dimulai dari bintil kecil di permukaan
kulit (Im. 13:3). Tetapi jika dibiarkan tanpa
dirawat, luka itu akan menuju kedalaman kulit
yang menyebar ke seluruh tubuh. Penyakit
kusta di dalam Alkitab selalu digambarkan
sebagai dosa. Dosa selalu dimulai dengan
sesuatu yang kecil dan tidak penting.
Mungkin itu hanyalah pikiran yang buruk atau
tindakan yang tidak berbahaya. Tetapi ketika
perbuatan itu tidak diperhatikan, hal itu akan
segera menyebar ke seluruh hidup anda.
Terkadang, penyakit kusta terlihat sebagai
bintil-bintil - kulit kering yang terbentuk
menutupi luka (Im. 13:6-8). Biarpun
sepertinya sudah sembuh, tapi di bawah binti
itu penyakit kusta tersebut masih aktif. Sama
halnya, dosa yang tidak diurus dengan benar
dapat timbul lagi dan lagi.
Penyakit kusta dapat terjadi karena ada
bagian tubuh yang terbakar (Im. 13:24-25).
Dalam hidup, anda bisa terluka, disakiti dan
"dibakar" oleh tekanan luar dari anggota
keluarga atau teman. Jika anda tidak
membenahi lukanya, kepahitan dan
kemarahan akan bertumbuh dari luka batin
tersebut. Pada akhirnya, luka itu menyebar
keseluruh hati anda. Penyakit kusta dapat
tumbuh dari bintil dikepala atau janggut (Im.
13:29-30), yang merupakan simbol otoritas.
Dosa dapat muncul ketika bertemu dengan
otoritas yang disalahgunakan atau
kepemimpinan yang buruk. Serahkan diri
anda dan taatilah pemimpin yang baik. Jaga
jarak dari pemimpin yang buruk. Penyakit
kusta dapat juga timbul dari dahi botak yang
sebelumnya dinyatakan tahir (Im. 13:41-43).
Banyak hal dalam hidup anda yang mungkin
tidak mengandung dosa didalamnya, tetapi
karena hal-hal bukan kehendak Allah,
semuanya itu tidak dibawah naungan Allah.
Pada akhirnya dosa akan bertumbuh. Kabar
baiknya adalah, sekarang Yesus Kristus telah
menjadi Imam Besar Agung. Dia telah datang
untuk membersihkan semua dosa dari
"penyakit kusta rohani" dalam hidup anda.
Jika anda rela untuk benar-benar bertobat
dengan hati yang hancur dan penyesalan
yang dalam, Dia akan mengampuni anda
sepenuhnya dan membersihkan anda dari
semua kecemaran.
Diet Rohani
*Imamat 11:44,
Sebab Akulah TUHAN, Allahmu, maka haruslah
kamu menguduskan dirimu dan haruslah
kamu kudus, sebab Aku ini kudus...
Renungan:
makanan yang kita konsumsi. Meskipun
hukum seremonial dalam perjanjian lama
telah dihapuskan lewat Kristus, tetapi masih
ada prinsip-prinsip rohani yang bisa kita
dapatkan lewat penyelidikan simbol-
simbolnya. Ada empat kategori makanan
dalam hukum Yahudi.
Kategori pertama, berhubungan dengan
hewan di darat.
Orang Yahudi diperbolehkan memakan
hewan-hewan yang memama biak dan
berkuku belah. Makanan untuk hewan
memama biak adalah makanan yang di
makan melewati lebih dari satu perut, seperti
sapi. Makanan itu sebagian dicerna dan
kemudian dimuntahkan lagi untuk dikunyah
kembali. Istilah bahasa Inggris, "chew the
cud" (memama biak) berarti
mempertimbangkan dan merenungkan.
Berkuku belah adalah kaki yang terpisah.
Secara rohani, semua ini berbicara tentang
seorang percaya yang memilih gaya hidup
merenungkan firman Allah di gabung dengan
perjalanan kudus yang terpisah untuk Tuhan.
Kategori kedua, berhubungan dengan ikan di
air. Orang Israel di ijinkan untuk memakan
ikan yang bersirip dan bersisik. Sirip
membuat ikan menuju kearah yang di
inginkan tanpa di pengaruhi oleh arus dan
ombak. Sisik adalah bagian tubuh ikan yang
terdiri berupa lempengan tulang yang
melindunginya dari sesuatu yang tidak bersih
di dalam laut. Yesus berkata bahwa selama
kita ada di dunia, kita bukan bagian dari
dunia (Yoh. 15:19). Kita harus
mengembangkan kemampuan untuk hidup
dalam hidup yang memiliki tujuan tanpa
dipengaruhi sifat negative dari dunia.
Kategori ketiga, berhubung dengan burung-
burung di udara. Jenis-jenis yang dilarang
adalah erring janggut, elang laut, elang hitam,
burung gagak, burung hantu, kelelawar, dan
lain-lain. Mereka semua adalah burung yang
memakan bangkai (dead flesh). Paulus
berkata jika anda kembali pada kedagingan
(flesh), anda tidak akan mewarisi Kerajaan
Allah (Gal. 5:19-21).
Kategori keempat, berhubungan dengan
binatang yang merayap dan bersayap yang
memakan sampah dan kotoran. Orang Yahudi
tidak diperbolehkan memakan semua
binatang yang cemar. Allah tidak memanggil
kita kepada kecemaran, tetapi pada
kekudusan (1 Tes. 4:4), Alkitab berkata
banyak tentang makanan rohani kita. Bagi
Yesus, "Ia akan makan dadih dan madu
sampai Ia tahu menolak yang jahat dan
memilih yang baik" (Ye. 7:15). Dadih adalah
minyak susu. Hal ini berbicara tentang Roh
Kudus. Madu berbicara tentang kemaniran
dari Firman Allah. Ketika kita menyerahkan
diri kita untuk Firman Allah dan untuk Roh,
kita akan bertumbuh kuat dalam kekudusan
ketajaman untuk menolak yang jahat dan
memilih yang baik, seperti Kristus.
Korban Penghapus Dosa & Korban Penebus Salah
*Imamat 4:21,
Dan haruslah ia membawa lembu jantan itu
ke luar perkemahan, lalu membakarnya
sampai habis seperti ia membakar habis
lembu jantan yang pertama. Itulah korban
Renungan:
Dari lima persembahan dalam kitab Imamat,
dua di antaranya tidak menghasilkan aroma
yang harum bagi Tuhan. Mereka adalah
korban penghapus dosa dan korban penebus
salah. Dosa selalu sampai kepada Allah
sebagai bau yang busuk. Korban penghapus
dosa dipersembahkan menurut posisi orang
yang mempersembahkan. Kapanpun seorang
imam atau seluruh jemaat berdosa terhadap
Tuhan, seekor lembu jantan muda harus
dipersembahkan sebagai penebus untuk
dosa tersebut (Im. 4:3; 13-14). Di sinilah letak
kebenaran penting: dosa seorang pemimpin
rohani sama seriusnya dengan seluruh
jemaat. Hak istimewa kepemimpinan
diperoleh seiring dengan tanggungjawab
yang besar untuk hidup benar di hadapan
Tuhan. Korban penghapus dosa untuk
seorang pemuka adalah seekor kambing
jantan (Im. 4:22-23), sementara untuk rakyat
jelata, seekor kambing betina (Im. 4:27-28).
Untuk setiap kasus korban persembahan
harus sempurna. Hewan korban untuk
pertanggungan dosa itu harus disembelih
dan dibawa ke luar perkemahan (Im. 4:11-12).
Korban penghapus dosa menggambarkan
Yesus Kristus, korban penyembelihan yang
sempurna untuk umat manusia. Sama seperti
yang dilakukan korban penghapus dosa bagi
bangsa Israel, hari ini Allah ingin mematahkan
kuasa dosa atas kita. Dia ingin melenyapkan
sifat alami dosa yang merusak kedagingan
dari diri kita. Korban penebus kesalahan
(pelanggaran) sangat erat hubungannya
dengan korban penghapus dosa. Berbuat
dosa berarti kehilangan tanda batas-batas.
Pelanggaran berarti melanggar tanda batas,
jika korban penghapusan dosa berurusan
dengan kuasa dosa, korban penebus
kesalahan berurusan dengan kebiasaan dosa.
Sejumlah dosa tertentu dianggap cukup
penting oleh Allah untuk dijadikan daftar
kebiasaan yang melanggar batasan
kebenaran-Nya.
Ada 10 pelanggaran yang terdaftar dalam
Imamat 5-6:
(1) Menyembunyikan kebenaran yang
dibutuhkan dari pengadilan,
(2) Menuruti kebiasaan yang mencemarkan
jiwa dan merusak roh,
(3) Melanggar janji dan kontrak,
(4) Ketidakjujuran terhadap Allah dalam
kekudusan dan hal rohani,
(5) Mengabaikan dan melanggar perintah
Allah,
(6) Gagal melindungi sesuatu yang
dipercayakan kepadamu,
(7) Ketidakadilan dalam kemitraan,
(8) Mengambil apa yang bukan milikmu lewat
kekerasan,
(9) Menipu dan curang,
(10) Menyimpan sesuatu yang bukan milikmu.
Untuk setiap pelanggaran, kita tidak hanya
harus membuat penebusan untuk diri kita
sendiri, tetapi kita juga harus memberikan
ganti rugi pada sesama. Ganti rugi adalah
buah dari pertobatan yang sungguh-
sungguh. Korban penghapus dosa dan
penebus kesalahan sama-sama menunjukkan
bahwa Allah telah menyediakan semuanya
untuk penebusan kita. Dia telah mematahkan
kuasa dosa dan telah mengampuni semua
kebiasaan dosa dalam hidup kita. Hal ini
diteguhkan oleh rasul Yohanes ketika dia
berkata: "Darah Yesus, Anak-Nya itu,
menyucikan kita daripada segala dosa" (1
Yoh. 1:7) - bentuk tunggal dari kata "dosa"
berarti kuasa dosa yang telah dipatahkan
dalam diri kita. Kemudian pada dua ayat
berikutnya, dia menyatakan: "Jika kita
mengaku dosa-dosa kita, maka Ia adalah setia
dan adil, sehingga Ia akan mengampuni
segala dosa kita dan mensucikan kita dari
segala kejahatan" (1 Yoh. 1:9) - bentuk jamak
dari kata "dosa" berarti kebiasaan-kebiasaan
dosa yang telah diampuni. Betapa lengkapnya
keselamatan kita! Haleluyah!
Selamah hari minggu dan selamat beribadah. Tuhan Yesus memberkati.
Korban Persembahan Yang Hidup
*Imamat 1:3,
Jikalau persembahannya merupakan korban
bakaran dari lembu, haruslah ia
mempersembahkan seekor jantan yang tidak
bercela. Ia harus membawanya ke pintu
Kemah Pertemuan. . .
Renungan:
Ada lima persembahan dalam kitab Imamat
yang mewakili pengorbanan yang dijalani
Yesus di kayu salib. Dengan satu
pengecualian, semua persembahan yang
disebutkan adalah pengorbanan yang
memerlukan curahan darah. Setiap
pengorbanan menggambarkan aspek Kristus
dan perjalanan rohani kita bersama-Nya.
Semua aspek dari persembahan tersebut
diberikan secara detail. Tidak ada yang
disisakan untuk imajinasi dan pengertian
manusiawi.
Seorang bijak, berkata:
"Kekudusan Allah menuntut pengorbanan";
"Kemuliaan Allah memerlukan peraturan-
peraturan tertentu";
"Kehormatan Allah mengharuskan adanya
undang-undang";
"Kesempurnaan Allah mengharapkan hal yang
terbaik sesuai jenisnya";
"Kemurnian Allah berhak atas ketiadaan cacat
cela";
"Kedaulatan Allah berarti ketaatan mutlak atas
segala sesuatu."
Yang pertama dari lima persembahan dalam
kitab Imamat adalah korban bakaran. Itu
adalah persembahakn sukarela yang mana
seseorang memberikan miliknya yang terbaik
untuk Tuhan.
Empat bagian hewan korban yang harus
diletakkan di aras altar, untuk dibakar dengan
api;
(1) Kepala, berbicara tentang pikiran dan
aspirasi,
(2) Lemak, berbicara tentang kemakmuran
yang Tuhan berikan pada kita,
(3) Organ dalam, berbicara tentang perasaan
kita yang terdalam,
(4) Kaki, berbicara tentang perjalanan rohani
kita.
Semua area hidup ini harus diserahkan,
dimurnikan, dan diperlengkapi oleh Roh
Kudus. Kristus adalah korban bakaran kita. Dia
datang ke dunia sebagai manusia, tidak
untuk melakukan kehendak-Nya, tetapi untuk
menggenapi kehendak Bapa yang mengutus
Dia. Dia telah "menyerahkan diri-Nya untuk
kita sebagai persembahan dan korban yang
harum bagi Allah" (Ef. 5:2). Dengan rela Dia
menyerahkan diri sepenuhnya-tubuh, jiwa
dan Roh untuk melakukan kehendak Bapa di
Surga, dan menggenapinya dengan
kemenangan.
Tetapi korban bakaran juga berbicara soal
kita. "Berapa banyak lagi yang diperlukan
darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah
mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada
Allah sebagai persembahan yang tak bercacat,
akan mensucikan hati nurani kita dari
perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya
kita dapat beribadah kepada Allah yang
hidup?" (Ibrani 9:14).
"Kita tidak diselamatkan karena perbuatan,
tapi kita diselamatkan untuk perbuatan yang
baik."
Korban bakaran berbicara tentang
penahbisan pribadi kita sebagai bejana untuk
Allah. Paulus menasehatkan kita untuk
"mempersembahkan tubuhrnu sebagai
persembahan yang hidup, yang kudus dan
yang berkenan kepada Allah: itu adalah
ibadahmu yang sejati" (Rm. 12:1).
Seperti Yesus, ketika kita dengan rela
menyerahkan hidup untuk melakukan
kehendak Allah di generasi kita, kita menjadi
persembahan yang di bakar oleh Roh Kudus.
Sekarang kita adalah dupa yang harum bagi
Tuhan. Amin.
Haruskah Orang Kristen Menderita
*Markus 9:12,
Jawab Yesus: "Memang Elia akan datang
dahulu dan memulihkan segala sesuatu.
Hanya, bagaimanakah dengan yang ada
tertulis mengenai Anak Manusia, bahwa Ia
akan banyak menderita dan akan dihinakan?"
Renungan:
Sangat sulit bagi murid-murid Yesus untuk
memahami pemikiran bahwa Juruselamat
mereka harus menderita.
Orang Yahudi yang mempelajari nubuatan
Perjanjian Lama mengharapkan Mesias
menjadi raja yang besar seperti Daud, yang
mengalahkan musuh, bangsa Romawi. Tetapi
visi mereka terbatas pada waktu dan
pengalaman mereka. Jika Yesus tidak
menderita dan mati, kita pasti sudah mati
karena dosa-dosa kita. Lewat penderitaan-
Nya, Yesus melengkapi karya keselamatan
kita. Lewat penderitaan-Nya, Yesus
sepenuhnya menjadi sama seperti kita. Kita
tahu bahwa Yesus memahami pergumulan
kita karena Dia juga menghadapinya sebagai
manusia. Sekarang kita bisa mempercayai-Nya
untuk menolong kita bertahan dalam
berbagai cobaan dan mengatasi berbagai
masalah hidup. Penderitaan adalah salah satu
hal yang tak dapat dihindari dalam hidup kita.
Beberapa orang berpikir bahwa masalah
selalu disebabkan oleh dosa atau kurangnya
iman. Tetapi seringkali pencobaan adalah
bagian dari rencana Allah untuk orang
percaya. Yesus tidak pernah berjanji bahwa
pengikut-Nya tidak akan menderita (Luk
21:17-19).
Penderitaan membawa sejumlah keuntungan:
(1) Mungkin itu adalah kesempatan kita untuk
melatih ketaatan pada Allah,
(2) Itu bisa membangun karakter dan
kesabaran kita (Rm. 5:3-5). Kita tidak dapat
benar-benar mengerti seberapa dalam
karakter kita sampai kita melihat bagaimana
kita bereaksi terhadap tekanan,
(3) Kita mulai peka terhadap orang lain yang
juga menghadapi masalah (2 Kor 1:3-7).
Memang mudah untuk berbuat baik pada
orang lain jika semua berjalan baik, tapi
apakah kita masih bisa berbuat baik ketika
orang lain memperlakukan kita tidak adil?
Kehendak Allah adalah untuk menjadikan kita
dewasa dan utuh, bukan untuk
membebaskan kita dari sakit. Daripada
mengeluh tentang pergumulan kita,
seharusnya kita melihat itu sebaga
kesempatan untuk bertumbuh. Seringkali,
masalah kita mungkin adalah tanda bahwa
kita adalah orang Kristen yang efektif. Pada
akhirnya, Allah tidak berharap kita menikmati
penderitaan. Hanya beberapa hari setelah
menyuruh murid-murid untuk berdoa agar
mereka dilepaskan diri dari penganiayaan,
Yesus sendiri meminta pada Allah untuk
melepaskan-Nya dari penderitaan salib, jika
itu adalah kehendak Allah (Luk 22:41-42).
Sangat tidak normal untuk ingin menderita,
tapi sebagai pengikut Yesus, kita harus rela
menderita jika dengan menjalaninya, kita bisa
membantu membangun kerajaan Allah. Kita
mempunyai dua janji yang luar biasa untuk
menolong kita bertahan dalam penderitaan:
Allah akan selalu bersama kita (Mat 28:28),
dan suatu hari nantia Dia akan
menyelamatkan serta memberikan kita hidup
yang kekal (Why 21:1-4).
Mengatur Pengharapan Anda
*Markus 4:8,
Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, ia
tumbuh dengan suburnya dan berbuah,
hasilnya ada yang tiga puluh kali lipat, ada
yang enam puluh kali lipat, ada yang seratus
kali lipat."
Renungan:
Allah memberi kita hukum-hukum yang
memampukan kita untuk meraih kesuksesan
dalam semua aspek hidup kita: karier,
pendidikan, pernikahan, keuangan,
perjalanan kita dengan-Nya dan lain-lain.
Hukum diberikan agar kita mengerti
keseimbangan sebab akibat yang ada di alam
semesta ciptaan Allah ini. Allah melakukannya
agar kita tidak kecewa dengan hidup ini.
Kekecewaan bukanlah disebabkan karena
apa yang kita temukan, tapi apa yang kita
harap untuk ditemukan. Dan ketika kita tidak
mendapat apa yang kita harapkan, kita
menjadi marah dan sedih. Dalam beberapa
kasus, kita bahkan bisa menjadi sangat
tertekan. Untuk meraih kesuksesan dalam
hidup, kita harus mengatus pengharapan kita
dengan benar. Jika pengharapan kita tidak
realistis, akhirnya akan kecewa.
Markus 4 berbicara tentang perumpamaan
penabus. Ada 4 jenis tanah. Seorang petani
membawa tas besar berisi benih untuk
ditabur. Secara naluri, petani ini mengerti
bahwa dia tidak akan mendapatkan hasil
kembali sepenuhnya dari setiap benih yang
dia tabur:
(1) Benih yang jatuh di tepi jalan tidak akan
tumbuh,
(2) Benih yang jatuh di tanah berbatu akan
mati dengan segera
(3) Benih yang jatuh di semak duri akan
terhimpit oleh duri-durinya.
Hanya benih yang ada di tanah yang baik
akan berbuah, menghasilkan tiga puluh,
enam puluh dan seratus kali lipat (4).
Seorang petani selalu sadar sepenuhnya akan
kondisi tanah tempat dia bekerja. Dia tahu
bahwa hanya 25% dari apa yang dia
tebarkan akan membawa hasil. Dan bahkan,
hanya sepertiga dari 25% tersebut yang akan
memberikan hasil maksimal seratus kali lipat.
Berbekal pengetahuan ini, si petani tidak
akan terkejut, terguncang atau trauma ketika
beberapa benih tidak menghasilkan apa-apa.
Dia mengatur pengharapannya dengan baik.
Sama seperti itu, kita harus disiapkan untuk
menghadapi "hal-hal yang tak dapat
dihindarkan" dalam hidup. Kita hidup dalam
dunia yang rusak dan tak sempurna. Akan
ada resesi, pengangguran, wabah, bencana
alam, pencobaan dan penganiayaan. Kita akan
mempunyai musuh. Hal buruk bisa terjadi
pada orang baik. Jika hal-hal seperti itu
membuat kita kaget, berarti kita sangat naif,
mudah tertipu dan tidak dewasa.
Untung tidak pernah menyerah
*Mazmur 94:14,
Sebab TUHAN tidak akan membuang umat-
Nya, dan milik-Nya sendiri tidak akan
ditinggalkan-Nya;
Renungan:
utara Armenia, suatu gempa dengan
kekuatan 6,9 skala ritcher menghancurkan
sebuah gedung sekolah di antara bangunan-
bangunan lainnya. Di tengah keramaian dan
suasana panik, seorang bapak berlari menuju
ke sekolah tersebut, dimana anaknya
menuntut ilmu setiap harinya. Sambil berlari,
ia terus teringat pada kata-kata yang sering ia
ucapkan kepada anaknya itu: "Hai anakku,
apapun yang terjadi, papa akan selalu
bersamamu!" Sesampainya di tempat dimana
sekolah itu dulunya berdiri, yang ia dapati
hanya sebuah bukit tumpukan batu, kayu dan
semen sisa dari gedung yang hancur total!
Pertama-tama ia hanya berdiri saja di sana
sambil menahan tangis. Namun
kemudian...tiba-tiba ia pergi ke bagian
sekolah yang ia yakini adalah tempat ruang
kelas anaknya. Dengan hanya menggunakan
tangannya sendiri ia mulai menggali dan
mengangkat batu-batu yang bertumpuk di
sana. Ada seorang yang sempat menegurnya:
"Pak, itu tak ada gunanya lagi. Mereka semua
pasti sudah mati." Bapak itu menjawab:
"Kamu bisa berdiri saja di sana, atau kamu
bisa membantu mengangkat batu-batu ini!"
Maka orang itu dan beberapa orang lain ikut
menolong, namun setelah beberapa jam
mereka capek dan menyerah. Sebaliknya, si
bapak tidak bisa berhenti memikirkan
anaknya, maka ia menggali terus.
Dua jam telah berlalu, lalu lima jam, sepuluh
jam, tigabelas jam, delapanbelas jam. Lalu
tiba-tiba ia mendengar suatu suara dari
bawah papan yang rubuh. Dia mengangkat
sebagian dari papan itu, dan berteriak:
"Armando!", dan dari kegelapan di bawah itu
terdengarlah suara kecil: "Papa!".
Kemudian terdengarlah suara-suara yang lain
sementara anak-anak yang selamat itu ikut
berteriak! Semua orang yang ada di sekitar
reruntuhan itu, kebanyakan para orangtua
dari murid-murid itu, kaget dan bersyukur
saat menyaksikan dan mendengar teriakan
mereka. Mereka menemukan 14 anak yang
masih hidup itu! Pada saat Armando sudah
selamat, dia membantu menggali dan
mengangkat batu-batu sampai teman-
temannya sudah diselamatkan semua. Semua
orang mendengarnya ketika ia berkata
kepada teman-temannya itu: "Lihat, aku
sudah bilang kan, bahwa papaku pasti akan
datang untuk menyelamatkan kita!"
Mari kita merenungkan bagaimana kita
menjalani hidup kita. Di saat kita dalam
kegelapan, tertimpa oleh macam-macam
beban masalah, jatuh dalam kelemahan dosa.
Apakah kita lantas berkeluh kesah, putus
harapan, dan lantas mengibarkan bendera
putih pada dunia tanda menyerah? Ataukah
kita akan bersikap seperti Armando, yang
terus menggenggam HARAPAN? bahwa
Seseorang sedang mencari kita dan siap
menyelamatkan kita? Seseorang yang tak
akan pernah menyerah sampai kita sudah di
dalam pelukan-Nya?
Belajar
*Amsal 1:5,
Baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan baiklah orang yang berpengertian memperoleh bahan pertimbangan.
Renungan:
Rutinitas dunia kerja seringkali melelahkan. Apalagi ketika Anda berada di kota besar, seperti Jakarta misalnya, jam-jam kerja Anda rasanya bertambah, sebab masih ada bonus kelelahan dari perjalanan menembus kemacetan. Ada oran
Seringkali kelelahan ini membuat kita tidak lagi memiliki keingingan untuk menambah pengetahuan. Selain itu, tidak jarang pula kita merasa ilmu yang kita peroleh sudah cukup. Terutama ketika kita tidak lagi bekerja di bidang yang sesuai ilmu yang kita timba saat masih sekolah atau di universitas.
Namun, Amsal yang kita baca kali ini mengajak kita melakukan hal yang sebaliknya. Kita diajak untuk membuka telinga, mata dan pikiran kita kepada pengetahuan; pengetahuan akan firman Allah dan berbagai ilmu pengetahuan. Jadi, tidak hanya spiritualitas, tapi juga intelektualitas. Sebab dengan demikianlah kita bisa menjalankan misi Allah dalam dunia kerja secara maksimal.
Masalahnya, maukah kita memberi waktu untuk belajar? Mungkin pertama-tama kita perlu belajar memberi waktu untuk belajar, dengan membiasakan diri menyisihkan waktu. Anda berani mencobanya?
"Tambahlah kapasitas Anda bila tidak ingin digeser oleh yang lebih berkapasitas."
Waktu Untuk Melupakan
*Matius 18:21,
Kemudian datanglah Petrus dan berkata
kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku
harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat
dosa terhadap aku?
Ingatkah kamu ketika....?
Itulah sebuah pertanyaan yang sering kita
dengar saat kita menghadiri sebuah reuni,
mengenang moment-moment saat masih
bersama dengan teman ataupun kerabat
setelah lama tak berjumpa. Dan seringkali,
tepat di tengah-tengah ingatan akan masa
lalu, tiba-tiba tanpa dapat dihindarkan lagi
kita terbentur pada sebuah kenangan yang
sebenarnya lebih pantas dilupakan.
Tiba-tiba, nyeri itu kembali menyerang.
Kecaman dan kata-kata yang menyakitkan,
janji yang diingkari, penolakan, kekecewaan,
sakit hati... Apakah yang seharusnya kita
lakukan dengan kenangan-kenagan seperti
itu? Kita dapat melupakannya. Malah
sebenarnya, kita memang harus
melupakannya. Dan hanya ada satu cara
untuk melakukannya - yaitu melalui
pengampunan.
Mengampuni seseorang sering terdengar
seperti hal yang sederhana. Namun sedikit
dari kita yang sungguh-sungguh
melakukannya. Seringkali kita memandang
pengampunan seolah-olah hanya merupakan
salah satu pilihan tambahan dari kehidupan.
Padahal pengampunan adalah tuntutan dasar
bagi setiap orang percaya. Malah sebenarnya,
tidak mengampuni justru merupakan
tindakan orang fasik. Dalam Matius 18, Yesus
menuturkan sebuah perumpamaan yang
melukiskan akibat buruk dari perbuatan tidak
mengampuni. Perumpamaan itu melibatkan
seorang hamba yang berutang kepada
tuannya sejumlah jutaan dolar. Ketika waktu
pembayaran tiba, dia memohon kepada
tuannya: "Tuan, bersabarlah kepadaku dan
aku akan melunasi semuanya." Tuannya
berbelaskasihan sehingga dia melupakan
seluruh utang itu! Segera setelah itu, hamba
yang sama mencari seseorang yang berutang
15 dolar kepadanya. Mengetahui bahwa
orang tersebut tidak sanggup membayar,
sang hamba tanpa berbelaskasihan
mengabaikan permohonan orang itu dan
menjebloskannya ke dalam penjara. Ketika
tuannya mendengar itu, dia sangat gusar. Dia
memanggil hamba yang jahat itu dan
menyerahkannya kepada para penyiksa
sampai dia melunasi semua utangnya.
Simak kembali jumlah utang yang menjadi
pangkal permasalahan. 15 dolar! Kebanyakan
utang-utang kecillah yang sering membuat
kita tersandung. Kejengkelan sepele antara
suami dan isteri, antara saudara dan orang
lain yang kita kasihi. Berhati-hatilah! Itulah
jenis utang yang digunakan iblis untuk
menyiksa Anda. Bagaimanapun, Yesus
melunasi segunung utang bagi Anda. Anda
dapat menjadi dermawan dengan
berbelaskasihan dan mengabaikan utang-
utang (dosa) orang lain. Luangkanlah waktu
dengan Roh Kudus, dengan mengizinkan Dia
menyingkapkan sikap tidak suka
mengampuni di dalam diri Anda. Jadi,
bertobatlah dan lepaskanlah itu. Jadikanlah
setiap moment lebih daripada sekedar suatu
waktu untuk mengingat, namun jadikanlah
sebagai waktu untuk melupakan kesalahan
orang lain. Sebesar apapun kesalahan orang
lain terhadap Anda, tidak akan pernah
sebanding dengan pengampunan yang telah
diberikan Tuhan dalam hidup Anda.
Pameran Kebaikan
*Matius 6:4,
Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan
tersembunyi, maka Bapamu yang melihat
yang tersembunyi akan membalasnya
kepadamu.
Seorang konglomerat meninggal dunia.
Jenazahnya disemayamkan di rumah duka.
Dalam tempo yang singkat, tempat itu penuh
dengan papan ucapan belasungkawa
berhiaskan bunga-bunga. Dikirim dari
berbagai perusahaan. Ucapannya seragam:
"Segenap pemimpin dan karyawan PT X turut
berdukacita . . ."
Logo dan nama perusahaan ditulis besar-
besar, untuk dipamerkan. Tuluskah ungkapan
duka itu? Benarkah si pengirim turut
berdukacita? Atau, ini hanya upaya marketing
agar perusahaan mendapat nilai plus di mata
keluarga yang berduka?
Banyak orang berbuat baik pada sesama,
tetapi motifnya untuk kepentingan pribadi.
Perbuatan baik itu dipamerkan untuk
menarik simpati.
Para pemimpin agama pada zaman Yesus
suka melakukan hal-hal rohani di depan
orang agar tampak suci. Mereka memberi
sedekah, berdoa, dan berpuasa bukan untuk
memuliakan Tuhan, melainkan untuk
mendapat pujian dan pengakuan. Namun,
Tuhan sama sekali tidak terkesan! Dia
menyukai orang yang murni hatinya. Mereka
yang beribadah dalam ketersembunyian;
yang kebaikannya tidak ingin dipamerkan.
Ketulusan hati semacam inilah yang dihargai
dan diberkati Tuhan.
Jika Anda menolong orang, apakah Anda
mengharap balasan? Jika Anda melayani
Tuhan, apakah Anda merindukan acungan
jempol dan tepukan tangan? Inginkah Anda
menjadi pahlawan terkenal, atau rela menjadi
pahlawan tak dikenal? Lain kali, saat
melakukan hal mulia, renungkanlah: Akankah
saya tetap melakukan hal ini, jika tak ada
orang yang mengetahuinya?
"Kerohanian sejati dapat diukur dari apa yang
Anda lakukan saat tidak ada orang."
Letihkah Anda
*2 Korintus 4:1,
Oleh kemurahan Allah kami telah menerima
pelayanan ini. Karena itu kami tidak tawar
hati.
Renungan:
dipaksa keluar oleh para penatua di
gerejanya karena dianggap tidak
menghasilkan buah dari pelayanannya.
Penduduk desa itu bersikap dingin dan
memusuhi kebenaran. Selama pelayanan sang
pendeta di desa tersebut, tidak terjadi
pertobatan maupun baptisan.
Namun, pendeta tersebut masih selalu
mengingat akan sebuah respon positif dari
salah satu khotbahnya. Saat itu setelah
khotbah yang dibawakannya, piring
persembahan pun diedarkan dalam
kebaktian, dan seorang anak laki-laki
meletakkan piring itu lalu berdiri di atasnya.
Saat diminta penjelasan mengapa ia
melakukan ha itu, anak itu menjawab bahwa
ia berbuat demikian karena sangat tersentuh
oleh kehidupan sang pendeta. Dan karena tak
punya uang untuk dipersembahkan, ia ingin
memberi diri sepenuhnya bagi Allah. Sang
pendeta sangat yakin bahwa Tuhan pasti
melihat iman anak kecil ini dan akan
memakainya dengan luar biasa.
Iman sang pendeta pun terbukti pada
akhirnya. Anak kecil yang berdiri di atas
piring persembahan itu adalah Robert Moffat,
orang yang pada tahun 1817 menjadi
pelopor utusan Injil di Afrika Selatan. Ia
dipakai Allah secara luar biasa untuk
menjamah kehidupan banyak orang. Padahal
semua ini dimulai dari gereja kecil dan
kesetiaan pendeta yang tidak dihargai.
Mungkin Anda tidak melihat buah pekerjaan
Anda bagi Tuhan. Namun, tetaplah setia
jangan menjadi tawar hati. Dia akan memberi
tuaian sesuai dengan waktu dan jalan-Nya
jikalau Anda tidak berputus asa.
"Rahasia sukses adalah menemukan apa yang
harus dilakukan dan melakukannya secara
konsisten setiap hari."
Kata-Kata Terlarang
*Efesus 5:4,
Demikian juga perkataan yang kotor, yang
kosong atau yang sembrono -- karena hal-hal
ini tidak pantas -- tetapi sebaliknya
ucapkanlah syukur.
Ada ungkapan yang menyatakan bahwa lidah
tidak bertulang sehingga sangat mudah
mengucapkan kata-kata yang salah atau tidak
baik. Sering kali kita mengucapkan hal-hal
yang tidak pantas, baik sengaja maupun
tidak. Kata-kata merupakan wakil dari
perasaan yang ingin kita ungkapkan pada
orang lain. Tapi seringkali kita mengucapkan
kata-kata kotor atau kasar sebagai ungkapan
yang kosong dan sembrono serta tidak ada
artinya, Latah, umpatan, sindiran, atau
bentakan sepertinya sudah menjadi hal biasa.
Ketika kita marah membuat kita kesulitan
dalam mengendalikan emosi, kata-kata kasar
dan tidak pantas senantiasa terucap dari
mulut kita. Apalagi jika kita sedang kesal pada
pasangan kita. Tak jarang kata-kata kasar
yang keluar begitu saja, ternyata menyakiti
hati dan perasaan pasangan kita. Pada
akhirnya kata-kata yang tajam itu
meninggalkan goresan luka yang dalam dan
hanya memperpanjang masalah.
Menurut Efesus 5:4 di atas, kita dilarang
mengucapkan kata-kata kotor, yang tidak
pantas dan sembrono. Kata-kata tersebut
tidak akan menyelesaikan masalah dengan
baik, tetapi justru memicu timbulnya masalah
baru. Oleh karena itu, alangkah baiknya jika
mengutarakan isi hati kita dengan kalimat
yang lembut dan mudah dimengerti supaya
tidak terjadi kesalahpahaman. Jika ingin
menegur kesalahan pasangan Anda, tegurlah
dengan halus supaya dia tidak tersinggung.
Niscaya Anda akan mampu menyelesaikan
masalah dengan baik dan komunikatif.
"Mulut orang benar mengeluarkan hikmat,
tetapi lidah bercabang akan dikerat."
Sudah Cukup?
*1 Timotius 6:9,
Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan....
Renungan:
Sekelompok orang Kristiani Amerika mengunjungi seorang pendeta di Kolkata (dulu: Kalkuta,red.), India. Mereka ingin melihat bagaimana ia melayani penduduk miskin di daerah kumuh. Selang be
"Lebih baik uang sebanyak itu kita pakai untuk melayani orang miskin. Hidup saya sudah cukup nyaman."
Rasa cukup itu relatif. Paulus merasa berkecukupan "asal ada makanan dan pakaian" (ay. 8); sebaliknya, guru-guru palsu di Efesus selalu merasa kekurangan. Mereka sampai memanfaatkan pelayanan ibadah sebagai alat pencari keuntungan (ay. 5). Rasa cukup muncul dari cara orang memandang hidup. Orang yang gandrung mengumpulkan harta baru puas jika sudah punya segalanya. Padahal harta tak akan habis dikejar. Akibatnya, ia selalu merasa kekurangan. Sebaliknya, orang yang sadar bahwa harta itu fana, tak bisa dibawa mati, akan mencari yang lebih bernilai kekal. Baginya mencari Tuhan dan menaati perintah-Nya lebih utama dari mengumpulkan harta. Ini membuatnya merasa cukup dengan apa yang ada.
Adakah sebuah benda yang sangat ingin Anda miliki akhir-akhir ini? Benarkah Anda sangat memerlukannya atau sekedar ingin punya? Bisakah Anda hidup bahagia tanpanya? Memiliki harta benda tidaklah salah, tetapi jangan biarkan ia memiliki Anda. Jangan sampai kepuasan dan kebahagiaan hidup Anda ditentukan olehnya.
"Orang miskin bukanlah mereka yang tak punya harta, melainkan mereka yang selalu merasa kekurangan."
LEDAKAN EMOSI
BERSAHABAT KARENA STATUS
ORANG LAIN MENYAKSIKAN
KESABARAN
Status Quo
*Matius 7:11,
Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya.
Renungan:
Dalam film High School Musical produksi Disney dikisahkan seorang kapten basket
yang ingin mencoba ikut audisi drama musikal di sekolahnya.
main basket saja. Stick to the status quo."
Celakanya prinsip ini bukan hanya dianut
siswa SMA dalam film, tapi juga oleh para
profesional Kristen yang malas keluar dari
zona nyaman.
Namun hal ini tidak berlaku pada Akhsa, anak
perempuan Kaleb, pahlawan iman Israel.
Ketika ayahnya memberikan hadiah sebidang
tanah gersang pada Otniel, suaminya, Akhsa
tidak lantas menjadi puas.
Tanah gersang baru bisa diolah dan
menghasilkan jika ada air.
Maka Akhsa meminta hadiah ganda pada
ayahnya: "Telah kau berikan kepadaku tanah
yang gersang, berikanlah juga kepadaku
mata air" (Yosua 15:19).
Ingat, ini terjadi pada jaman di mana
perempuan Israel sama sekali tidak
mempunyai hak untuk memiliki tanah, tapi
Akhsa berani mengambil resiko dan ia
akhirnya memperoleh dua mata air sekaligus.
Jika pekerjaan Anda terasa bagaikan "tanah
gersang", sekarang saatnya Anda minta "mata
air" dari Tuhan.
Hal ini pasti menuntut Anda keluar dari status
quo. Mungkin Anda terpaksa mengubah
perspektif, sikap atau malah tempat kerja
Anda.
Tapi hanya dengan begitu maka Anda dapat
mengubah pekerjaan Anda yang "gersang"
menjadi "ladang subur" yang penuh berkat.
"Stop berkubang dalam Status
Quo!'
Jangan Mengabdi Pada Masalah
*Yesaya 55:7,
Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya,
dan orang jahat meninggalkan
rancangannya; baiklah ia kembali kepada
TUHAN, maka Dia akan mengasihaninya, dan
kepada Allah kita, sebab Ia memberi
Renungan:
Anda tidak dapat meraih kemenangan selama
masalah merupakan hal terbesar dalam hidup
Anda.
"Tuhan menyadarkan saya akan kenyataan ini
beberapa tahun yang lalu. Pada waktu itu
saya sedang menghadapi beberapa masalah
yang tampaknya sangat besar bagi saya.
Walaupun saya melawannya, saya lebih
memikirkan masalah-masalah itu daripada
janji-janji Allah sebagai tempat berpijak.
Kemudian saya melihat sesuatu dalam Matius
6:24-25, "Kamu tidak dapat mengabdi kepada
Allah dan kepada mamon. Karena itu Aku
berkata kepadamu: Janganlah menaruh
pikiran akan hidupmu" (KJV).
Saya telah membaca ayat itu ratusan kali,
tetapi pada hari itu saya melihat sesuatu yang
tidak pernah saya perhatikan sebelumnya.
Saya melihat bahwa segera setelah Yesus
mengatakan, "Tidak seorang pun dapat
mengabdi kepada dua tuan," Dia berkata,
"Jangan menaruh pikiran." Tiba-tiba terlintas
pada saya kebenaran ini: Kita mengabdi
kepada pikiran-pikiran kita!"
Itulah sebabnya Yesaya 55 menyatakan
kepada kita untuk meninggalkan pikiran-
pikiran kita, dan dengan Firman, ambillah
pikiran-pikiran Tuhan. Itulah sebabnya 2
Korintus 10:5 menyatakan untuk membuang
pikiran yang bertentangan dengan Firman
dan menawan setiap pikiran untuk patuh
kepada Kristus.
Maukah Anda mendapat kebebasan dari
masalah-masalah Anda hari ini? Berhentilah
mengabdi pada masalah Anda! Jangan
membiarkan masalah merongrong pikiran
Anda. Dan jangan menunggu sampai keadaan
berubah baru melakukannya.
Sadarilah bahwa keadaan takkan berubah
sebelum Anda beralih dari pemikiran yang
keliru ke pemikiran yang benar.
Saya tahu itu tidak mudah untuk dilakukan.
Tetapi Anda dapat melakukannya jika Anda
mau berbuat tiga hal ini:
Pertama, ingatlah bahwa Anda tidak sendiri.
Anda mempunyai Firman (pikiran Tuhan).
Anda mempunyai Roh Kudus untuk
menguatkan Anda dan Anda mempunyai
pikiran Kristus.
Kedua, bergaullah dengan orang-orang yang
penuh iman. Biarkan mereka yang berbicara.
Bersikaplah sebagai seorang pendengar.
Bergabunglah dengan iman mereka dan
lawanlah kegelapan.
Ketiga, pujilah Tuhan. Lakukanlah hal yang
diperlukan untuk membuat Anda memuji-
muji Dia. Bila Anda memulai dengan pujian,
hadirat Tuhan akan membuang semua
pikiran yang mencemaskan dan
menjatuhkannya!
Masalah Anda bukanlah hal yang terbesar
dalam hidup Anda. Yesuslah yang terbesar.
Hendaklah Anda mengabdi kepada-Nya
dengan pikiran Anda maka Dia akan
membebaskan Anda.
"Anda tidak dapat meraih kemenangan
selama masalah merupakan hal terbesar
dalam hidup Anda."
Arti Kematian Bagi Kehidupan
*Filipi 1:21,
Karena bagiku hidup adalah Kristus dan
mati adalah keuntungan.
Renungan:
Elena Frings adalah seorang wanita muda
diberitahu oleh dokternya bahwa ia
menderita cacat hati dan hatinya begitu
lemah sehingga ia diperkirakan hanya akan
dapat bertahan hidup enam bulan lagi.
Elena kemudian memutuskan untuk
meninggalkan pekerjaannya di Santiago,
Chili, dan bekerja sebagai seorang
sukarelawan yang mengorganisir
komunitas di tengah para pemukim
perumahan kumuh.
“Dengan cara itu saya akan meninggal
dengan bahagia,” ungkapnya kepada salah
seorang teman.
Elena bekerja dengan begitu baik sehingga
ia diundang ke New York untuk
memberikan ceramah mengenai program
yang dijalaninya. Di sana, ia bertemu
dengan seorang dokter ahli bedah yang
kemudian berhasil mengoperasi hatinya
yang cacat itu.
Elena Frings saat ini telah kembali ke
Amerika Latin, membantu kaum miskin
yang tinggal di pinggiran kota. Ia tidak
berharap untuk dioperasi. Namun
pengharapannya di dalam kematian
memberikan arti dan arah baru pada
hidupnya.
Jika Anda diberi enam bulan lagi untuk
hidup, apa dampak berita itu bagi
kehidupan Anda? Cara setiap kita dalam
menanggapi pertanyaan tersebut
sesungguhnya adalah jawaban kita atas
pertanyaan, “Apa itu kematian?”
"Cara Anda memandang kematian akan
mempengaruhi bagaimana Anda
menjalani hidup yang dianugerahkan
bagi Anda."
Domba dan Kambing
*Matius 25:32-33,
Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di
hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan
mereka seorang dari pada seorang, sama
seperti gembala memisahkan domba dari
kambing, dan Ia akan menempatkan
kambing-kambing di sebelah kiri-Nya.
Renungan:
Tuhan Yesus berkata bahwa Dia akan
memisahkan antara kambing dan domba.
Dia menggambarkan domba sebagai orang-
orang yang berkenan kepada-Nya dan
kambing adalah orang-orang yang tidak
berkenan kepada-Nya. Bagaimana kita dapat
menjadi orang yang berkenan kepada-Nya?
Tuhan Yesus berkata kepada "domba yang
ada di sebelah kanan-Nya bahwa pada
waktu Dia lapar, ia memberi makan; pada
waktu haus, ia memberi minum; pada
waktu dipenjara, ia mengunjungi. Iman
tidak dapat dipisahkan dari perbuatan.
Yakobus berkata bahwa iman tanpa
perbuatan pada hakekatnya adalah mati.
Iman kita kepada Tuhan harus tercermin
dalam perbuatan kita setiap hari. Ibadah
yang sejati adalah iman dan perbuatan -
iman kita kepada Tuhan dan perbuatan
terhadap sesama. Dosa bukanlah satu-
satunya hal yang membuat kita "hilang" dari
Tuhan. Bila kita gagal untuk melakukan
sesuatu yang baik bagi sesama kita, maka
ada kemungkinan kita "hilang".
Ibadah yang sejati bukan hanya
menyembah Tuhan, melainkan juga
memperhatikan orang-orang yang lemah
dan kekurangan. Paulus berkata, "Supaya
kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai
persembahan yang hidup dan berkenan
kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang
sejati." Yakobus juga berkata bahwa ibadah
yang sejati yaitu memperhatikan janda-
janda dan yatim piatu.
"Iman Anda nyata dari dampak yang Anda
berikan bagi kehidupan orang lain di
sekitar Anda."
Hadirat Allah
*Keluaran 24:18,
Masuklah Musa ke tengah-tengah awan itu
dengan mendaki gunung itu. Lalu tinggallah
ia di atas gunung itu empat puluh hari dan
empat puluh malam lamanya.
Musa adalah pencinta hadirat Allah. Dalam
Keluaran 24:9-10, kita membaca:
"Dan naiklah Musa dengan Harun, Nadab dan
Abihu dan tujuh puluh orang dari para tua-
tua Israel. Lalu mereka melihat Allah Israel.
Mereka benar-benar melihat Allah! Itu terjadi
di gunung Sinai yang menggambarkan
baptisan Roh Kudus. Ketika seorang percaya
penuh dengan Roh, Tuhan menjadi sangat
nyata baginya. Ketika Roh Kudus ada di
sekitar kita, hadirat Allah yang sangat kuat
akan terasa. Anda tahu dia ada di sana. Anda
bisa merasakan-Nya. Hati anda mulai luluh
dan air mata mulai mengalir di pipi anda.
Terkadang, hadirat-Nya sangat kuat sehingga
anda bertekuk luut di bawah kemuliaan-Nya.
Sayangnya, keagamaan telah melemahkan
perjalanan kita bersama Tuhan menjadi
perjalanan tanpa pengalaman. Keagamaan
menyusutkan Tuhan menjadi sebuah
moralitas dan filosofi belaka. Beberapa orang
bahkan mencoba menekankan bahwa kita
tidak memerlukan pengalaman, semua yang
kita perlukan hanyalah prinsip-prinsip
"sukses" dari Alkitab. Tetapi apa salahnya
"merasakan" hadirat Allah? Jika perasaan itu
jelek, kenapa Allah memberikan anda emosi? Kenapa Allah memberikan anda Roh jika Dia
tidak memperbolehkan anda hidup secara
rohani di hadapan-Nya? Tentu saja, Allah
ingin anda dapat merasakan-Nya.
Jika orang-orang kudus di perjanjian lama
dapat mempunyai perjumpaan yang intim
dan luar biasa dengan Allah, bukankah
harusnya kita yang hidup di perjanjian baru
dapat lebih lagi mengalaminya? Dan
sebenarnya, kita dapat melakukan karena Roh
Kudus telah dicurahkan atas semua manusia
(Kis 2:17). Dalam Alkitab, Roh Kudus
digambarkan sebagai angin, berarti anda
dapat merasakan gerakan-Nya. Dia seperti
api, berarti anda dapat merasakan
kehangatan-Nya. Dia seperti sungai, berarti
anda dapat merasakan aliran-Nya. Dia seperti
hujan, berarti anda dapat merasakan Dia
"jatuh" pada anda. Dia seperti atmosfer,
berarti hadirat-Nya pasti dapat memenuhi
seluruh ruangan di mana anda berada. Musa
sangat lapar akan khadirat Allah hingga ia
rela mendaki terjalnya Gunung Sinai untuk
menghabiskan waktu bersama Allah. Dia
menghabiskan 40 hari 40 malam dalam
hadirat-Nya, di mana dia menerima viri
mengenai rumah TUHAN -- Tabernakel.
"Roh Kudus ingin berbicara pada Anda setiap
hari dalam penglihatan dan mimpi-mipi.
Jadilah lapar secara rohani, dan dengan iman,
masukilah hadirat-Nya dalam saat teduh anda
sehari-hari."
Lima Cara Allah Ingin Dikenali
*Keluaran 34:6,
Berjalanlah TUHAN lewat dari depannya dan
berseru: "TUHAN, TUHAN, Allah penyayang dan
pengasih, panjang sabar, merlimpah kasih-
Nya dan setia-Nya,
Suatu kali seorang guru Alkitab terkenal
menyatakan bahwa "seorang pemimpin
memerlukan kompensasi akibat
bertambahnya tekanan." Dalam satu
pengertian, ini sangat nyata dalam dunia
bisnis. Mereka yang ada di posisi puncak
mempunyai banyak kompensasi. Mereka di
beri bonus tambahan, mobil, rumah dan
jalan-jalan ke luar negeri. Secara rohani,
kompensasi kita harusnya adalah hubungan
yang makin dekat dengan Allah dan hadirat
Roh Kudus yang lebih kuat. Kompensasi Musa
terima adalah bertemu muka dengan muka
dengan Allah seperti seorang yang berbicara
kepada temannya (Kel. 33:11). Musa dengan
berani meminta Allah untuk memperlihatkan
kemuliaan-Nya (Kel. 33:18). Seorang
pemimpin bisa gagal karena prioritasnya
ditempatkan pada sesuatu yang salah. Musa
tidak meminta posisi, martabat, popularitas
atau bahkan kemakmuran dari Allah. Ketika
anda membaca kitab suci, pahlawan-
pahlawan Alkitab yang memiliki semua berkat
tersebut tidak pernah menjadikan itu sebagai
prioritas. Hal-hal tersebut hanya di tambahkan
pada mereka saat mereka mencari kerajaan
Allah terlebih dahulu (Mat. 6:33). Mereka
semua memiliki hadirat dan kuasa Allah. Bagi
mereka, bertemu dengan Allah lebih penting
dari pada pelayanan mereka.
Di dalam Kel 34:6, Allah menyatakan diri-Nya
pada Musa dalam cara sebagaimana Dia ingin
dikenali. Dia (1) Penuh belas kasihan, (2)
Penuh anug'rah, (3) Panjang sabar, (4)
Berlimpah dalam kebaikan, (5) adalah
Kebenaran. Inilah kelima hal yang paling
penting dari sifat Allah. Ketika anda berjalan
bersama Allah, anda harus benar-benar
mengerti kelima hal ini. Jadilah orang yang
berbelas kasih, cepat memaafkan. Jadilah
orang yang murah hati pada orang-orang
disekitar anda dalam sikap dan perkataan
anda. Panjang sabar pada sesama, milikilah
kekuatan dalam diri untuk menenangkan
kemarahan anda. 'Kebaikan' berarti 'tidak
bisa melakukan yang jahat'. Jadilah orang
yang tidak mampu bersekongkol dan
merencanakan sesuatu yang jahat terhadap
orang lain, dan terakhir, jadilah seorang yang
berjalan dan tinggal dalam kebenaran.
AMAN DI TENGAH BADAI
Hama Sikke
*1 Samuel 16:14-23,
Tetapi Roh TUHAN telah mundur dari pada Saul, dan sekarang ia diganggu oleh roh jahat yang dari pada TUHAN.
Renungan:
Di daerah Sumatera, terdapat hewan hama yang dinamai dengan Sikke. Sikke suka memakan akar padi, biasanya padi yang baru ditanam. Sikke mulai beraksi bila tanaman padi mulai kekurangan air perairan sawah yang tidak merata.
Kehidupan rohani kita juga terserang hama seperti ini. Saat hati jarang disirami dengan air rohani, bahkan dibiarkan kekeringan, maka datanglah si jahat, menggerogoti iman kita. Manusia tidak sadar bahwa hidup dan hatinya sudah ditinggalkan oleh Roh Tuhan sebagaimana yang dialami oleh Raja Saul. Setelah Roh Tuhan meninggalkannya, dia sering diganggu oleh roh jahat dan sulit baginya untuk taat pada perintah Tuhan yang disampaikan melalui Nabi Samuel.
Kondisi rohani seperti ini tidak terlihat secara mata jasmani. Kita mungkin masih melihat orang yang sudah jauh dari Tuhan tapi tetap melayani. Namun, tiba-tiba kita mendapati dia sudah jatuh terperosok kedalam dosa dan sulit untuk bangkit kembali.
Kita, perlu menjaga tanah hati kita untuk tetap subur, memastikan bahwa benih yang ditabur dapat tumbuh dengan baik dan berbuah. Bagaimana caranya? Jangan biarkan sakit hati menggerogoti kasih kita. Amarah, dendam, kekecewaan, kepahitan harus cepat-cepat dibuang. Ketidaktaatan juga dapat mengeringkan hati kita seperti yang terjadi pada Saul.
Kejarlah yang terutama yaitu keintiman dengan Tuhan. Hubungan yang dekat dengan Tuhan adalah satu-satunya hal yang dapat mengairi hati kita. Sampai akhirnya, kita bisa menang terhadap pencobaan yang datang.
"Jangan biarkan ada gangguan yang tidak kita usir. Gangguan yang menyebabkan kita jauh dari Tuhan akan membuat kita kering."
"RUMAH SORGAWI"
*Wahyu 21:21,
Jalan-jalan kota itu dari emas murni bagaikan kaca bening.
Renungan:
Suatu hari seorang penambang menemukan
emas dalam yang sangat banyak. Tanpa
dimasukan dalam sebuah tas. Setiap hari
kemanapun dia pergi, tas tersebut selalu
ditentengnya hingga dia meninggal dan
sudah masuk ke surga. Saat penambang itu
tiba di tempat barunya itu, seorang malaikat
bertanya mengapa ia membawa aspal. "Ini
bukan aspal," jelasnya, "Ini emas." Sang
Malaikat menanggapi perkataan manusia itu
dengan berkata, "Di bumi, benda itu memang
disebut emas, tetapi disini, di surga, kami
memakainya untuk mengeraskan jalan-jalan."
Kisah diatas memang hanya sebuah lelucon.
Namun, cerita ini mengajak kita berpikir
tentang apa yang kita anggap berharga, dan
apa yang benar-benar berharga bagi Allah.
Dalam Wahyu 21, digambarkan bagaimana
jalan-jalan di surga adalah "emas murni
bagaikan kaca bening" (ayat 21). Di dunia,
kita bisa menilai emas sebagai logam yang
paling berharga dan menjadikannya sebagai
harta milik kita yang paling berharga. Namun
di surga, kita berjalan di atas emas. Sungguh
kontras!
Benda apa yang Anda anggap berharga di
bumi ini? Saham, rekening bank. Kekaguman
dan kemasyuran diri sendiri; itu semua tidak
dinilai tinggi di surga. Bila tiba waktunya
untuk mengucapkan selamat tinggal di bumi,
nilai apakah yang masih tertinggal pada
barang-barang tersebut?
Ingat, kekayaan sejati hanya ada di surga.
Harta benda duniawi yang Anda miliki saat ini
sifatnya hanyalah sementara.
*2 Korintus 4:18,
"Sebab kami tidak memperhatikan yang
kelihatan, melainkan yang tak kelihatan,
karena yang kelihatan adalah sementara,
sedangkan yang tak kelihatan adalah
kekal."
*2 Korintus 5:1,
"Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat
kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah
telah menyediakan suatu tempat kediaman di
sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yg
kekal, yg tidak dibuat oleh tangan manusia.".
JANGAN SOMBONG
* Matius 23:12,
Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.
Pada suatu sore hari yang cerah, seorang cendekiawan ingin menikmati pemandangan laut dengan menyewa sebuah perahu nelayan dari tepi pantai.
Setelah harga sewa per jam disepakati, keduanya melaut tidak jauh dari bibir pantai. Melihat nelayan terus bekerja keras mendayung perahu tanpa banyak bicara, sang cendekiawan bertanya:
“Apa bapak pernah belajar ilmu fisika tentang energi angin dan matahari?”
“Tidak” jawab nelayan itu singkat.
Cendekiawan melanjutkan, ”Ah, jika demikian bapak telah kehilangan SEPEREMPAT peluang kehidupan Bapak”
Nelayan cuma mengangguk-angguk membisu.
“Apa bapak pernah belajar sejarah filsafat?” tanya cendikiawan.
“Belum pernah” jawab nelayan itu singkat sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Cendekiawan melanjutkan, ”Ah, jika demikian bapak telah kehilangan SEPEREMPAT lagi peluang kehidupan Bapak”.
Si Nelayan kembali cuma mengangguk-angguk membisu.
“Apa bapak pernah belajar dan bisa berkomunikasi dengan bahasa asing?” tanya cendikiawan.
“Tidak bisa” jawab nelayan itu singkat.
“Aduh, jika demikian bapak total telah kehilangan TIGA PEREMPAT peluang kehidupan Bapak”
Tiba-tiba… Angin kencang bertiup keras dari tengah laut. Perahu yang mereka tumpangi pun oleng hampir terguling. Dengan tenang Nelayan bertanya kepada cendekiawan:
”Apa bapak pernah belajar berenang?”
Dengan suara gemetar dan muka pucat ketakutan, orang itu menjawab, “Tidak pernah”
Nelayanpun memberi komentar dengan percaya diri, “Ah, jika demikian, bapak telah kehilangan SEMUA peluang hidup bapak”
Pelajaran yang dapat dipetik dari kisah di atas:
• Jangan meninggikan diri lebih hebat dari orang lain.
• Jangan sombong, sebab akan direndahkan Tuhan.
• Kita semua memiliki keterbatasan dan memerlukan orang lain.
TUHAN YESUS MEMBERKATI!
IMAN
*Matius 17:20,
Ia berkata kepada mereka: "Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, --maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.
Renungan:
Maria kecil yang berusia sepuluh tahun tinggal di sebu
Maria mengasihi ayahnya dan khawatir melihat betapa ia menjadi begitu sedih sejak kematian ibunya. Maria pergi ke gereja setiap minggu dan berusaha mengajak ayahnya untuk pergi bersamanya, tetapi ia menolak. Hatinya terlalu kosong!
Suatu malam, sementara Maria menyiapkan makanan untuk ayahnya, ia menyelipkan sebuah Injil kecil ke kotak makanannya. Ia mendapat Injil kecil itu dari seorang pekerja misionari yang membagikannya dari rumah ke rumah di daerah mereka. Maria berdoa agar ayahnya membacanya dan memperoleh penghiburan seperti yang telah Maria temukan dalam kasih Allah yang besar.
Pada pukul 01.10 pagi Maria tiba-tiba terbangun karena suara yang mengerikan, peluit darurat di pertambangan itu meraung dalam kegelapan, memanggil para penduduk kota untuk segera datang dengan cangkul dan tangan yang siap untuk membantu menggali para penambang yang terjebak di gua bawah tanah.
Maria berlari ke tambang untuk mencari ayahnya. Beberapa orang dengan panik menggali reruntuhan terowongan yang ambruk dan mengurung delapan orang. Salah satunya adalah ayah Maria.
Para petugas darurat bekerja sepanjang malam dan akhirnya berhasil menembus sebuah gua kecil dimana mereka menemukan para penambang itu. Sungguh sayang, mereka sudah terlambat. Ke delapan pria itu telah meninggal karena tidak bisa bernafas.
Para petugas penyelamat itu sangat menyesal, tetapi saat mereka mengamati keadaan, mereka melihat bahwa para penambang itu meninggal dalam posisi duduk membentuk lingkaran. Saat para petugas melihat lebih dekat, mereka menemukan bahwa ayah Maria duduk dengan sebuah Injil kecil di pangkuannya yang terbuka pada halamam terakhir di mana rencana keselamatan dijelaskan secara gamblang.
Pada halaman itu, ayah Maria menuliskan sebuah pesan khusus untuk putrinya:
"Maria yang terkasih, saat kau baca pesan ini, Ayah sudah berada bersama ibumu di surga. Ayah membaca buku kecil ini, kemudian membacakannya beberapa kali kepada orang-orang ini sementara kami menunggu diselamatkan. Harapan kami akan hidup ini memudar, tetapi tidak demikian dengan hidup yang akan datang. Kami melakukan apa yang diajarkan dalam buku ini dan berdoa, meminta Yesus masuk ke dalam hati kami. Ayah sangat menyayangimu, Maria, dan suatu hari kelak, kita semua akan bersama-sama di Surga."
Dick eastman, Buku "Heart for a friend"
Penjual Ikan Segar
*Amsal 7:2,
Berpeganglah pada perintah-Ku, dan engkau akan hidup; simpanlah ajaran-Ku seperti biji matamu.
Renungan:
Seseorang mulai berjualan ikan segar di pasar. Ia memasang papan pengumuman bertuliskan, "Disini Jual Ikan Segar".
"Benar juga!" pikir si penjual ikan, lalu dihapusnya kata "DISINI" & tinggallah tulisan "JUAL IKAN SEGAR"
Tak lama kemudian datang pengunjung kedua yang juga menanyakan tulisannya, "Mengapa kau pakai kata SEGAR? Bukankah semua orang sudah tahu kalo yang kau jual adalah ikan segar, bukan ikan busuk?"
"Benar juga" pikir si penjual ikan, lalu dihapusnya kata "SEGAR" & tinggallah tulisan "JUAL IKAN"
Sesaat kemudian datanglah pengunjung ketiga yang juga menanyakan tulisannya: "Mengapa kau tulis kata JUAL? Bukankah semua orang sudah tau kalo ikan ini untuk dijual, bukan dipamerkan?"
Benar juga pikir si penjual ikan, lalu dihapusnya kata JUAL & tinggallah tulisan "IKAN"
Selang beberapa waktu kemudian, datang pengunjung keempat, yang juga menanyakan tulisannya: "Mengapa kau tulis kata IKAN? Bukankah semua orang sudah tau kalo ini Ikan
bukan Daging?"
"Benar juga" pikir si penjual ikan, lalu diturunkannya papan pengumuman itu.
Kita tak bisa memuaskan keinginan semua orang, sebab tiap orang memiliki prinsip sendiri menurut cara pandang pribadi tersebut.
Adanya beda prinsip tersebut hendaknya jangan dijadikan perdebatan, karena TUHAN menciptakan tiap pribadi berbeda-beda.
So, adanya perbedaan hendaknya dijadikan untuk saling melengkapi antara pribadi satu dengan pribadi yang lain.
JANGAN TERPAKU DENGAN MASA LALU
Belajar Dari Laba-Laba dan Ulat Sutra
*Amsal 10:17,
Siapa mengindahkan didikan, menuju jalan kehidupan, tetapi siapa mengabaikan teguran, tersesat.
Renungan:
Seekor laba-laba menyombongkan diri karena tenunan sarangnya yang banyak, ia menghina ulat sutra dengan membandingkan hasil tenunannya.
Dengan tenang ulat sutra menjawab, "Memang benar, aku bekerja dengan lambat tapi lihatlah hasil akhirnya. Tenunanku sangat berkualitas, bahkan manusia menjualnya dengan harga yang tinggi, sedang kau hanya menenun sesuatu yang tidak berarti apa-apa, bagus atau tidaknya sesuatu tidak dilihat dari jangka waktunya, tapi dari mutunya."
Abraham Lincoln pernah mengatakan, "Karangan yang bernilai, bukan terletak pada berapa panjang atau pendeknya, melainkan pada isinya."
Demikian juga nilai hidup manusia, bukan terletak pada berapa panjang atau pendek umurnya, melainkan bagaimana ia mengisi kehidupannya di dunia ini.
Mungkin sebagian orang berpikir bahwa hidup ini hanya perlu dijalani saja.
Hidup ini akan menjadi lebih hidup jika mengisinya dengan hal-hal yang "Memberi Buah" berarti bagi orang lain, peduli dengan orang-orang sekeliling kita dimanapun kita berada.
Bukan melihat kuantitas, melainkan kualitas!
Sabtu, 22 September 2012
Belajar dari PASIR & BATU
*1 Petrus 3:9,
Dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat.
Renungan:
Ini adalah sebuah kisah tentang dua orang suami-istri yang sedang berjalan melintasi gurun pasir.
"HARI INI SUAMIKU MENYAKITI HATIKU"
Mereka terus berjalan, sampai menemukan sebuah oasis dimana mereka memutuskan untuk mandi. Si Istri mencoba berenang, namun nyaris tenggelam dan berhasil diselamatkan suaminya.
Ketika dia mulai siuman dan rasa takutnya hilang dia menulis disebuah batu:
"HARI INI SUAMIKU YANG BAIK MENYELAMATKAN NYAWAKU"
Suami bertanya:
“Kenapa setelah saya melukai hatimu, kamu menulisnya diatas pasir dan sekarang, kamu menulis diatas batu?”
Istrinya sambil tersenyum menjawab:
"Ketika kita harus menulisnya di atas pasir agar angin maaf datang berhembus dan menghapus tulisan itu. Bila sesuatu yang luar
biasa diperbuat suamiku, aku harus memahatnya diatas batu hatiku, agar tak bisa hilang tertiup angin."
SAHABAT,,,,
Dalam hidup ini sering timbul beda pendapat dan konflik karena sudut pandang yang berbeda, terkadang malah sangat menyakitkan. Oleh karena itu, cobalah untuk saling memaafkan dan melupakan masalah lalu.
Yang terpenting dari pelajaran diatas, adalah:
Belajarlah untuk selalu BISA MENULIS DI ATAS PASIR ....
Semoga KITA mengerti betapa berharganya sebuah "KELUARGA"
"KERANG & BANGAU"
*Amsal 17:9,
Siapa menutupi pelanggaran, mengejar kasih, tetapi siapa membangkit-bangkitkan perkara, menceraikan sahabat yang karib.
Renungan:
Di tepi pantai, kerang sedang membuka cangkangnya mencari makanan. Tak lama datang seekor bangau melihat kerang dengan cangkang terbuka, bangau itu tergoda untuk memakan dagingnya.
Kerang berkata,
"Karena kau ingin makan dagingku, jangan harap aku melepasmu sampai kapanpun. Biar mati kau kelaparan di tepi pantai ini."
Bangau menjawab,
"Kalau kau tidak melepasku, kau juga akan mati."
Tak satupun dari mereka mau mengalah.
Akhirnya datang Nelayan, menangkap Bangau & Kerang dgn mudah.
SAHABAT...
Dalam Perselisihan: TIDAK ADA PIHAK yang diUNTUNGkan, hanya ada 1 pihak yang paling diuntungkan, yaitu IBLIS.
Iblis akan sangat senang karena tahu bahwa saat tidak ada kerukunan, BERKAT tidak akan tercurah.
Iblis pun memperoleh keuntungan karna dengan Pertikaian, ia dapat menanamkan benih Kebencian, Dendam, Amarah dan Kepahitan dalam hati manusia.
Jadi bila kita menyadari bahwa Perselisihan lebih banyak menghasilkan Kerugian, mengapa kita tidak berusaha Mengendalikan Emosi?
Selalu diperlukan 2 pihak untuk bertengkar. Bila kita tidak membalas Kemarahan dengan
Kemarahan, tentu tidak akan ada pertengkaran, bukan?
Jika kita merindukan Berkat mengalir dalam kehidupan, mari ciptakan Kerukunan & Kedamaian dalam Hidup kita dengan sesama.
Semua yang ada di dunia ini hanyalah sementara karena itu, Pergunakan dengan BIJAK!!!
"Belajar Dari KEONG"
*Mazmur 16:7,
Aku memuji TUHAN, yang telah memberi nasihat kepadaku, ya, pada waktu malam, hati nuraniku mengajari aku.
Renungan:
Suatu hari ada seorang Pemuda yang diberi TUHAN tugas untuk membawa keong jalan-jalan.
Keong memandangnya dengan pandangan meminta maaf, serasa berkata:
"Maaf, nih aku sudah berusaha dengan segenap tenaga!"
Pemuda cuma menggerutu sambil berkata,
"Mengapa TUHAN memintaku mengajak seekor keong berjalan-jalan. Ya TUHAN, mengapa? Langit sunyi senyap sekarang. Biarkan saja keong merangkak di depan, aku kesal di belakang"
TUHAN hanya menjawab,
"Pelankan langkah, Tenangkan hatimu.."
Tiba-tiba tercium aroma bunga, ternyata adalah sebuah taman bunga. Pemuda itu merasakan hembusan sepoi angin, ternyata angin di pagi hari demikian lembut.
Ada lagi...
Dia dengar suara kicau burung, suara dengung kumbang. Dia lihat langit begitu cemerlang...
"Mengapa dulu aku tak pernah merasakan semua ini?" tanyanya dalam hati.
Barulah pemuda itu teringat, mungkin dia telah salah menduga!! Ternyata TUHAN meminta keong menuntunnya jalan-jalan, sehingga dia dapat memahami dan merasakan keindahan taman yang tak pernah dia alami kalau dia berjalan sendiri dengan cepatnya.
Saudaraku,,,
Saat Tuhan merindukan bertemu denganmu, TUHAN akan memberikan keong. Keong yang dapat membuat lambat kakimu melangkah kepada sibuknya dunia ini.
Anda mungkin jengkel,
Anda mungkin marah,
tapi saat Anda tenang, maka Anda akan melihat kehendak TUHAN dengan lebih jelas lagi.
Anda akan dapat merasakan belaian kasih-Nya,
Anda akan merasakan dekapan-Nya,
Dan ketahuilah,
"TUHAN sangat mengasihimu !!"