Minggu, 24 Maret 2013

Tak Pernah Ada Kata Terlambat

Tak pernah ada kata terlambat untuk menjadi apapun yang kita inginkan.

Ada orang berpendapat bahwa usia 62 tahun adalah usia yang sangat telat untuk mencapai sebuah cita-cita. Kita tak perlu mencapai usia 62 tahun untuk percaya bahwa usia ini sangat telat untuk meraih sebuah mimpi. Pada kenyataannya, ada pemuda yang baru berusia 26 tahun ketika
perasaan terlambat itu hingap. Suatu saat pemuda tersebut diajak temannya untuk masuk
universitas. “Tapi aku terlalu tua” dalihnya. “Setiap orang LULUS ketika mereka berusia 22 tahun, sementara aku sudah berusia 26 dan belum memulai apapun”

Lalu temannya berkata, “Dalam empat tahun ke depan, kamu akan empat tahun lebih tua รข€“ baik kamu kuliah atau tidak. Manakah yang kau pilih, empat tahun lebih
tua dengan gelar, atau empat tahun lebih tua tanpa gelar?”

Kata-kata tersebut mengubah
pandangan si pemuda. Ia tiba-tiba
menyadari bahwa ia tak pernah
terlalu tua untuk meraih
mimpinya. Jadi, ia mulai kuliah.
Setelah memompa semangatnya
dan menyingkat masa studinya
menjadi tiga tahun, ia berhasil
meraih gelar yang ia idamkan, lalu
memutuskan untuk
melanjutkannya hingga jenjang
yang lebih tinggi. Lihatlah, tak ada
kata terlambat kan?

Kecuali kita
tidak memulai apapun. Benarkah bahwa kita tak pernah
terlalu tua untuk memulai karir
baru atau membuat perubahan
dramatis dalam kehidupan kita? Bagaimana jika kita berusia 72
atau bahkan 82 tahun? Apakah
seusia itu kita terlambat untuk
mempelajari bahasa baru?

Ah, tidak juga. Dua ratus tahun lalu
negarawan Roma, Cato, mempelajari bahasa Yunani pada
usia 80 tahun. Bisakah kita lebih
kreatif di usia itu? Bagaimana
dengan Goethe? Mahakaryanya,
‘Faust’ belum sempurna hingga ia
berusia 80 tahun. Dan Michelangelo berusia 71 tahuh
ketika ia melukis Kapel Sistine.

Butuh contoh lebih banyak?????? Luigi
Cornaro, seorang terpelajar dari
Venesia, mulai menulis geriatrik pada usia 83 tahun. Risalah
klasiknya ‘The Joys of Old Age’
ditulis [ada tahun 1562 ketika ia
berusia 95 tahun! Di era modern,
seorang filosof besar, ahli
matematik, dan pecinta
perdamaian, Bertrand Russell,
berpartisipasi dan ditahan dalam
sebuah demonsttasi anti nuklir
ketika ia berusia 89 tahun.

Dan tentu saja kita tak bisa melupakan
Nenek Moses, yang mulai melukis di usia 80. Tahukan anda bahwa
sekitar 25% lukisannya yaitu
sebanyak 1,500 lukisan dibuatnya
setelah ia berusia 100 tahun?

Kemudian ada Henry Little,
seorang Presiden Direktur dari
The Institution for Savings di
Newburyport, Massachusetts,
memutuskan untuk pensiun
sehingga orang yang lebih muda
bisa mengambil alih. Tuan Little
pensiun ketika ia berusia 102
tahun! Orang lebih muda yang ia
maksud ternyata berusia 83
tahun.

Sedikit Pelajaran

Apa yang bisa kita pelajari dari
contoh-contoh di atas? Mereka
semua sangat berhasrat tinggi
dalam melakukan apa yang meraka
kerjakan. Hasrat atau passion
adalah sumber energi dan
membuat seseorang tetap awet
muda, sebagaimana yang ditulis
Benjamin Franklin,
“Mereka dengan cinta mendalam
tak pernah tua, mungkin saja
mereka meninggal karena usia
tua, tapi sesungguhnya mereka
mati muda.”

Mereka juga menyadari, bahwa
lebih baik menjadi 70 tahun lebih
muda daripada berusia 40 tahun,
sehingga mereka tidak
membiarkan usia menghambat
mereka untuk mengejar mimpi.
Mereka memahami bahwa tak ada
kata terlambat untuk mulai
mengerjakan sesuatu, dan saat ini
lah waktu untuk bertindak. Tidak
seperti King Richard II, mereka
tidak pernah berkeluh kesah,
“Aku menyia-nyiakan waktu, dan
sekarang waktu lah yang menyia-
nyiakan aku”

Pelajaran lain yaitu ketika peluang
muncul, mereka terjun ke
dalamnya. Memang, pasti ada
resiko di dalamnya, tapi mengapa
kita takut akan kehidupan?
Kematian, mungkin, tapi tidak
dengan kehidupan. Rita Coolidge
menyadari pentingnya hal ini
ketika ia berkata,
“Terlalu sering peluang datang
mengetuk, tapi saat kita melepas
rantai, melepas gembok,
membuka kunci dan mematikan
alarm pencuri, saat itu sudah
terlambat.”

Satu hal, bahwa obat mujarab
untuk tetap awet muda adalah
pengalaman dan pengetahuan
baru yang kita dapat setiap hari.
Rupanya Henry Ford merasakan
hal serupa, ketika ia berkata,
“Siapapun yang berhenti belajar
adalah kaum tua, tak peduli
terjadi di usia 20 atau 80.
Siapapun yang tetap belajar tidak
cuma awet muda tapi tetap
bernilai, tanpa memperhatikan
kapasitas fisiknya.”

Pada akhirnya, ada pepatah Arab
yang patut dipertimbangkan,
“Ketika kau lihat orang tua yang
ramah tamah, berwatak halus,
mantap, berisi, dan mempunyai
selera hmor yang baik, yakinlah
bahwa kemudaan, kemurah
hatian, dan kesabaranlah yang
mereka miliki. Pada akhirnya
mereka tidak meratapi masa lalu,
juga tidak takut pada masa depan;
mereka seperti waktu malam di
ujung hari yang menyenangkan.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar