*Markus 12:31,
Dan
hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu
sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum
ini."
Seorang tukang kayu tua bermaksud pensiun dari pekerjaannya di sebuah perusahaan konstruksi real estate.
Ia menyampaikan keinginannya tersebut pada pemilik perusahaan. Tentu saja, karena tak bekerja, ia akan kehilangan penghasilan
bulanannya, tetapi keputusan itu sudah bulat. Ia merasa lelah. Ia ingin
beristirahat dan menikmati sisa hari tuanya dengan penuh kedamaian
bersama istri dan keluarganya.
Pemilik perusahaan merasa sedih
kehilangan salah seorang pekerja terbaiknya. Ia lalu minta pada tukang
kayu tersebut untuk membuatkan sebuah rumah untuk dirinya.
Tukang kayu mengangguk menyetujui permohonan pribadi pemilik perusahaan
itu. Tapi, sebenarnya ia merasa terpaksa. Ia ingin segera berhenti.
Pikirannya tidak sepenuhnya dicurahkan. Dengan ogah-ogahan ia
mengerjakan proyek itu. Ia cuma menggunakan bahan-bahan sekedarnya.
Akhirnya selesailah rumah yang diminta. Hasilnya bukanlah sebuah rumah
baik. Sungguh sayang ia harus mengakhiri kariernya dengan prestasi yang
tidak begitu mengagumkan.
Ketika pemilik perusahaan itu datang
melihat rumah yang dimintanya, ia menyerahkan sebuah kunci rumah pada si
tukang kayu. “Rumah ini adalah rumah kamu,” kata sang pemilik
perusahaan. “Hadiah dari saya sebagai penghargaan atas pengabdian kamu
selama ini.”
Betapa terkejutnya si tukang kayu. Betapa malu dan
menyesalnya. Seandainya saja ia mengetahui bahwa ia sesungguhnya
mengerjakan rumah untuk dirinya sendiri, ia tentu akan mengerjakannya
dengan cara yang lain sama sekali.
Kini ia harus tinggal di sebuah rumah yang tak terlalu bagus hasil karyanya sendiri. Itulah yang terjadi pada kehidupan kita.
Kadangkala, banyak dari kita yang membangun kehidupan dengan cara yang
aneh. Lebih memilih berusaha ala kadarnya ketimbang mengupayakan yang
terbaik. Bahkan, pada bagian-bagian terpenting dalam hidup, kita tidak
memberikan yang terbaik.
Pada akhir perjalanan kita terkejut
saat melihat apa yang telah kita lakukan dan menemukan diri kita hidup
di dalam sebuah rumah yang kita ciptakan sendiri.
Seandainya kita menyadarinya, sejak semula kita akan menjalani hidup ini dengan cara yang jauh berbeda.
Renungkan bahwa kita adalah si tukang kayu. Renungkan rumah yang sedang
kita bangun. Setiap hari kita memukul paku, memasang papan, mendirikan
dinding dan atap.
Mari kita selesaikan rumah kita dengan sebaik-baiknya seolah-olah hanya mengerjakannya sekali saja dalam seumur hidup.
Hidup kita esok adalah akibat sikap dan pilihan yang kita perbuat hari
ini. Hidup adalah proyek yang kita kerjakan sendiri. Keberhasilan yang
diraih, atau kegagalan yang menimpa dapat ditelusuri jauh ke dalam diri
kita masing-masing.
Karena KITA-LAH YANG MENJALANI semua ini. Bukan orang lain.
Tuhan Memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar