*Yesaya 6:1,
Dalam tahun matinya raja Uzia aku melihat Tuhan duduk di atas takhta
yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci.
Alexander Solzhenitsyn, seorang Kristiani Rusia, pernah di buang di kamp pekerja Soviet.
Di situ ia di siksa. Disuruh bekerja bagai kuda. Anehnya, setelah ia keluar ia malah mensyukuri masa-masa itu.
"Disitu saya mendapat pengalaman berharga", katanya.
"Sebelum menghadapi bahaya dan kesusahan, jebakkan kenyamanan membuat
saya malas bertumbuh. Di kamp itu, baru saya sadari, betapa pentingnya
mengandalkan Tuhan. Hidup keras dan sulit justru membuat iman saya
bertumbuh.
Nabi Yesaya mendapat panggilan Tuhan "dalam tahun matinya Raja Uzia" Siapakah Uzia? Dia adalah Raja terbaik zaman Raja Salomo.
Ia berhasil membuat rakyat merasa aman dan nyaman di bawah pemerintahannya. Ia menciptakan kemakmuran.
Sisi buruknya, rakyat menjadi sangat bergantung padanya. Jebakkan kenyamanan membuat mereka kurang bergantung pada Tuhan.
Kini sang Raja telah wafat. Yang diandalkan lenyap. Padahal musuh (bangsa Asyur) sudah semakin dekat.
Pada saat itulah Tuhan menyatakan diri kepada Yesaya. Tuhan ingin
menyadarkan umat-Nya bahwa di atas Raja dunia masih ada Raja alam
semesta.
Ketika Raja dunia sudah tidak bisa diandalkan, mereka perlu bergantung pada Raja Surgawi.
Tanpa sadar, kita pun bisa terjebak dalam kenyamanan hidup. "Raja Uzia"
kita bisa berbentuk harta, asuransi, suami, istri, anak, kepandaian,
atau karier. Itu memang perlu, tetapi itu semua hanya menciptakan rasa
aman yang semu.
Maka, jangan jadikan hal-hal itu sebagai
andalan. Bergantunglah hanya pada Tuhan, supaya jika segala yang semu
itu lenyap, kita tidak sampai kehilangan pegangan yaitu Raja diatas
segala Raja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar