Senin, 10 Desember 2012

Pahala Atas Kebaikan

*Galatia 6:9,
Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah.

Dua tahun yang lalu, saya pernah berbuat sesuatu yang sederhana kepada seorang pekerja baru di tempat kerja saya. Ia adalah seorang wanita Afrika. Pada waktu itu, saya berbagi makanan dan bersikap ramah kepadanya.

Ternyata tindakan sede

rhana itu sangat membekas di hatinya. Ia hanya bekerja beberapa bulan dan kemudian berhenti. Setelah itu, kami tidak pernah berjumpa kembali.

Namun baru-baru ini, dia menghubungi saya dan menawarkan pekerjaan untuk menggantikan posisinya di tempat ia bekerja karena ia berencana untuk meneruskan pendidikan. Sebuah pekerjaan yang jauh lebih baik. Padahal, banyak rekannya yang menginginkan pekerjaan itu, tetapi ia hanya ingin memberikannya pada saya, dikarenakan perbuatan sederhana yang pernah saya lakukan dulu. Ia sendiri yang mengingatkan kembali peristiwa itu. Tidak pernah terbayangkan oleh saya bahwa tindakan sederhana itu akan berbuah dua tahun kemudian.

Selain itu, pekerjaan baru saya sekarang ini juga menjadi jawaban bagi doa saya selama ini. Peristiwa ini mengingatkan saya pada sebuah kebenaran, "Orang yang murah hati berbuat baik kepada diri sendiri . . . ." (Ams 11:17). Demikian pula sebuah pepatah mengatakan "Kindness like a boomerang always return." Sebagaimana kita ketahui bahwa sejauh mana pun sebuah bumerang dilemparkan, maka ia akan berbalik kembali ke arah si pelempar. Demikian juga, sejauh mana kita memainkan peranan sebagai orang yang baik hati, maka kita akan memetik buah dari perbuatan baik yang kita tabur.

Mengapakah Tuhan meminta kita untuk tidak jemu-jemu berbuat baik, dan tidak menjadi lemah? Dikarenakan kemanusiaan yang ada di dalam diri kita. Banyak kali perbuatan baik kita tidak dihargai, bahkan seringkali kita mengalami peribahasa yang mengatakan, "Air susu dibalas dengan air tuba." Dan hal ini banyak kali melemahkan kita.

Kita mulai memilih-milih di dalam menunjukkan kebaikan hati pada seseorang, bahkan mungkin kita hanya memikirkan diri sendiri. Kita harus banyak menabur kebaikan dengan tidak jemu-jemu kepada semua orang. Sepertis Ams 3:27 katakan, "Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya." Ayat ini tidak mengajarkan kita untuk menyeleksi siapakah yang berhak untuk menerima kebaikan hati kita. Melainkan mengajar kita untuk menabur kebaikan di mana saja, kapan saja, dan kepada siapa saja, ketika kita tahu bahwa kita mampu untuk melakukannya.

"Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang" adalah perintah Tuhan bagi kita. Melalui ayat ini, jadikanlah Tuhan sebagai motivator bagi kita untuk menabur kebaikan sehingga kebaikan menjadi gaya hidup kita. Kebaikan hati akan jauh berbicara lebih banyak tentang Tuhan, daripada seribu kata-kata tentang Tuhan. Kebaikan hati mampu membuat kita menjadi saksi mata yang hidup akan kehadiranNya di dalam kehidupan kita.

"Terkadang berbagi sebuah apel kepada seseorang adalah jauh lebih baik daripada menikmatinya seorang diri."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar