Roma 12:1; Filipi 1:20
Dulu, di kota ini ada banyak tempat untuk membakar hidup-hidup para
janda. Bahkan, anak-anak kecil pun dipersembahkan kepada dewa "air suci"
dengan cara membuangnya ke Sungai Gangga yang dianggap suci dan
membiarkan mereka mati lemas atau dimakan buaya.
Kolkata adalah nama kota itu, terletak di India, tepatnya di tepi muara Sungai Gangga.
Tidak
jauh dari kota itu, ada sebuah kota kecil namanya Serampore. Di
Serampore pernah ada sebuah percetakan Alkitab yang biasa disebut
"Pabrik Firman Hidup Di Tepi Sungai Gangga".
Produk pabrik itu
tersebar luas ke seluruh India, bahkan ke negeri-negeri lain, termasuk
pulau Jawa. Walau persentase orang India yang percaya sepenuhnya akan
berita Injil itu agak kecil, namun beritanya telah membawa pengaruh
besar terhadap cara hidup rakyat. Lambat-laun adat yang membawa maut itu
terkikis habis. Selama tahun 1800-1832, pabrik itu telah memproduksi
Alkitab dalam enam bahasa.
"Pabrik Firman Hidup Di Tepi Sungai
Gangga" itu dipelopori oleh William Carey. Walau pendidikan awalnya
sangat kurang, tetapi Carey dengan gigih mencari ilmu. Sering kali ia
bekerja di bengkel sepatu dengan sebuah buku di sampingnya. Tanpa guru
dan kuliah, ia belajar bahasa asli Alkitab dan beberapa bahasa modern.
Bahkan ia membuat peta dunia dari kulit binatang yang biasa dipakainya
untuk membuat sepatu.
Di peta itu ia menandai bangsa-bangsa
yang belum mendengar keselamatan di dalam Yesus. Lambat-laun Carey
berhasil mengembalikan pandangan orang Kristen di sekitarnya kepada
pandangan yang benar, yaitu bahwa Amanat Agung Tuhan Yesus berlaku
sepanjang abad.
Akhirnya, tahun 1792 jemaat Gereja Baptis di
Inggris mengumpulkan dana sehingga mereka dapat mengutus Carey ke India.
Di sana Carey mengabdikan diri untuk melayani dan menerjemahkan Alkitab
ke berbagai bahasa. Meski banya tantangan, namun Carey selalu berusaha
menyelesaikan pekerjaannya dengan segala kemampuannya. Tuhan pun
menolong Carey dan beberapa rekannya membuka percetakan Alkitab itu.
Kini "Pabrik Firman Hidup Di Sungai Gangga" yang mereka dirikan itu
sudah tidak ada lagi. Tetapi firman itu sendiri masih hidup sampai
sekarang. Orang Kristen India yang setia selalu membawa firman ini ke
mana saja mereka berada dan berhasil mengikis kebiasaan-kebiasaan buruk
masyarakat.
Hati yang rindu untuk memuliakan Tuhan dengan
melakukan pekerjaanNya seharusnya dimiliki oleh setiap kita umat tebusan
Tuhan. Pasalnya, panggilan itu bukan hanya ditujukan kepada William
Carey, tetapi kepada setiap orang percaya.
Sebagai manusia,
tidak salah kalau kita mempunyai impian-impian yang hendak kita capai.
Tetapi, alangkah indahnya kalau di setiap impian kita, atau bahkan
keberhasilan kita, terselip sebuah misi untuk membawa Kabar Sukacita
kepada setiap orang. Itulah bagian dari ibadah yang sejati, yang
memuliakan Tuhan dengan tubuh yang dipersembahkan untuk pekerjaan Tuhan.
"Orang Kristen sejati akan memuliakan Tuhan dengan cara memberi diri untuk melakukan pekerjaan Tuhan"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar