*Yesaya 42:3,
Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar
nyalanya tidak akan dipadamkannya, tetapi dengan setia ia akan
menyatakan hukum.
Pada olimpiade musim panas tahun 1982 di Barcelona, Spanyol, terjadi sebuah peristiwa yang menarik perhatian dunia.
Ketika Derek Redman melangkah menuju arena, dia membayangkan kemenangan yang akan diraihnya. Inilah
saat yang telah dinantikannya, seumur hidupnya. Dalam hatinya, ia tahu,
bahwa inilah perlombaan yang telah Tuhan tetapkan baginya, sejak semula
ia diciptakan.
Pada menit terakhir sebelum perlombaan itu
dimulai, ia memkitang ke arah deretan kursi penonton, mencari-cari wajah
ayahnya. Memang ia ingin meraih kemenangan dalam lomba itu untuk
dirinya. Tetapi, lebih dari itu ia ingin memenangkan lomba itu demi
ayahnya.
Ayahnya, yang telah memberikan dan mengorbankan begitu
banyak banyak hal, agar ia dapat masuk menjadi peserta olimpiade itu.
Dan sekarang ia memiliki kesempatan untuk melakukan sesuatu sebagai
tkita balas budi kepada ayahnya. Inilah saatnya untuk membuat ayahnya
bangga padanya!
Lalu tembakan ke udara tkita mulai berbunyi.
Derek berlari, mengerahkan seluruh kekuatannya. Segalanya tampak baik
sampai akhirnya Derek memasuki putaran terakhir.
Tiba-tiba
terjatuh di tengah lintasan larinya. Ia mengalami kram pada kakinya.
Rasa nyeri yang hebat mencengkeramnya. Dia berusaha untuk berdiri;
berusaha untuk melompat; namun rasa nyeri itu terlalu menyakitkan
baginya.
Detik demi detik berlalu, bagai berjam-jam baginya,
saat dia rebah menggeliat kesakitan. Dia tidak percaya, beginilah akhir
dari perjalanannya selama ini.
Mungkin dia khawatir tentang apa yang dipikirkan ayahnya saat itu, apakah ayahnya merasa malu?
Apakah ayahnya akan berpaling darinya dan meninggalkannya?
Mungkinkah ayahnya berpikir: Oh, bagus sekali. Jadi selama ini waktu
terbuang percuma hanya untuk seorang yang bahkan tidak dapat
menyelesaikan pertandingan sama sekali?
Ternyata sama
sekali bukan itu yang sedang dipikirkan oleh ayahnya. Jauh diatas sana,
di antara kursi-kursi penonton, ayahnya melompat berdiri. Segera ia
menyelusup di antara kerumunan penonton. Saat itu ada ribuan penonton
yang sedang berdiri, melihat anaknya, dan terkejut melihat anaknya
sedang menderita di dalam arena.
Akhirnya sang ayah berhasil
mencapai garis batas lintasan lari itu. Seorang penjaga keamanan
menghentikannya, dan berkata, "Tidak seorangpun diijinkan masuk ke dalam
arena."
Ayah Derek menjawabnya dengan kata-kata sederhana, "Itu anak saya." Maka penjaga itu tidak menghalanginya lagi.
Dia melewati para penjaga itu dan masuk ke dalam lintasan lari. Dan
sementara ribuan orang bersorak riuh rendah padanya, dia memapah anaknya
menuju ke garis finish.
Mungkin sebagian besar kita merasakan
seolah-olah kita telah jatuh. Kita ingin menyelesaikan perlombaan yang
telah Tuhan tetapkan bagi kita, tetapi rasa nyeri yang menyerang ini
terlalu menyakitkan.
Tak peduli sekeras apa kita berusaha,
tampaknya kita tetap tak mampu untuk berdiri dan melangkah lagi. Mungkin
kita khawatir, kalau-kalau Bapa di Sorga kecewa terhadap kita, bila
kita tidak dapat menyenangkan hatiNya.
Tahukah kita bahwa Tuhan ada di pihak kita? Tuhan tidak kecewa pada kita saat kita jatuh.
Kita adalah anakNya yang berharga di mataNya!
Kita adalah kesayangan Bapa di Sorga.
Oh, betapa sedihnya Dia
menyaksikan kita jatuh.
Betapa Dia menaruh belas kasihan
bagi Kita.
Tuhan ada bagi kita.
Tuhan juga menghendaki agar kita menyelesaikan perlombaan kita dan Dia
akan melakukan apa saja untuk memapah kita menuju garis finish.
Mungkin ada beberapa orang di antara kita yang tidak mengenal Bapa di Sorga. Tetapi Dia tetap ada disana menanti kita.
Dia rindu memeluk kita sebagai seorang anak yang berharga dan
melindungi kita, di setiap langkah, di dalam menjalani perlombaan yang
telah ditentukan bagi kita.
Satu-satunya jalan untuk
menghampiri Bapa adalah melalui AnakNya. Yesus berfirman, "Tidak ada
seorangpun sampai kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku."
Tidak
ada hal lain yang dapat memberikan penghiburan yang lebih besar lagi,
selain dari kenyataan bahwa: Dia yang memanggil kita untuk menjalani
perlombaan ini adalah juga Dia yang membantu kita untuk sampai ke garis
finish.
Tuhan Yesus Memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar