*Pengkotbah 11:5,
Sebagaimana engkau tidak mengetahui jalan angin dan tulang-tulang dalam rahim serorang perempuan yang mengandung, demikian juga engkau tidak mengetahui pekerjaan Allah yang melakukan segala sesuatu.
Renungan:
Pasangan suami istri ini telah berjuang 13 tahun untuk mendapatkan seorang anak, tetapi nihil hasilnya. Sampai akhirnya me
reka
sampai pada titik terakhir penyerahan diri! "Dulu sewaktu saya
mengucapkan janji pernikahan, saya kan tidak mengajukan syarat bahwa
isteri saya harus bisa hamil", kata Purnomosidi, sang suami. "Ketika
saya sudah pasrah, tahun 1997, isteri saya hamil", kenangnya, "kami
tentu saja gembira...."
Namun, kegembiraan itu hanya bertahan dua bulan, karena isterinya kemudian mengalami keguguran. Saat itulah Purnomosidi mengalami kekecewaan yang luar biasa. Ia memprotes Tuhan. "Tuhan itu bagaimana sih? Kami sudah bertahun-tahun meminta seorang anak, tetapi Tuhan tak mengabulkannya", katanya. "Ketika kami sudah tidak begitu menginginkan lagi, eh....Tuhan membuat isteri saya hamil. Namun saat kami sudah mulai merasa senang, Tuhan mengambilnya kembali!!!" Ia kecewa sekali pada Tuhan.
Selama bertahun-tahun ia mengalami kepahitan dengan Tuhan. Hingga pada awal tahun 2005, isterinya ingin punya anak lagi. Meskipun pesimis, suami menurut juga.
Tanggal 25 Maret 2005, saat bersaat teduh, isterinya sangat tersentuh oleh renungan tentang Maria dan kelahiran Yesus. Siangnya, Purnomosidi mendapat kabar dari dokter bahwa isterinya positif hamil. "Saat itu, saya seperti melompat dari tempat itu", kenangnya.
Penantiannya telah berakhir. Ia mengakui bahwa selama ini memang hanya mengandalkan kekuatannya sendiri. Ia lebih percaya pada terapi medis, kurang berharap kepada Tuhan.
Terkadang kita sulit memahami jalan pikiran Tuhan. Namun itu tidak usah di pusingkan, Tuhan pasti telah memikirkan yang terbaik dari yang paling baik bagi anak-anak yang mengasihiNya.
"Ketika kita tidak dapat memahami Tuhan dengan Pikiran kita, kita dapat memahami-Nya dengan Iman kita"
Namun, kegembiraan itu hanya bertahan dua bulan, karena isterinya kemudian mengalami keguguran. Saat itulah Purnomosidi mengalami kekecewaan yang luar biasa. Ia memprotes Tuhan. "Tuhan itu bagaimana sih? Kami sudah bertahun-tahun meminta seorang anak, tetapi Tuhan tak mengabulkannya", katanya. "Ketika kami sudah tidak begitu menginginkan lagi, eh....Tuhan membuat isteri saya hamil. Namun saat kami sudah mulai merasa senang, Tuhan mengambilnya kembali!!!" Ia kecewa sekali pada Tuhan.
Selama bertahun-tahun ia mengalami kepahitan dengan Tuhan. Hingga pada awal tahun 2005, isterinya ingin punya anak lagi. Meskipun pesimis, suami menurut juga.
Tanggal 25 Maret 2005, saat bersaat teduh, isterinya sangat tersentuh oleh renungan tentang Maria dan kelahiran Yesus. Siangnya, Purnomosidi mendapat kabar dari dokter bahwa isterinya positif hamil. "Saat itu, saya seperti melompat dari tempat itu", kenangnya.
Penantiannya telah berakhir. Ia mengakui bahwa selama ini memang hanya mengandalkan kekuatannya sendiri. Ia lebih percaya pada terapi medis, kurang berharap kepada Tuhan.
Terkadang kita sulit memahami jalan pikiran Tuhan. Namun itu tidak usah di pusingkan, Tuhan pasti telah memikirkan yang terbaik dari yang paling baik bagi anak-anak yang mengasihiNya.
"Ketika kita tidak dapat memahami Tuhan dengan Pikiran kita, kita dapat memahami-Nya dengan Iman kita"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar