Dalam ayat di atas, kita menangkap satu maksud pengajaran Yesus bahwa ketika seseorang menyalakan pelita maka diharapkan pelita itu akan memancarkan terang. Pelita itu diperuntukkan bagi kepentingan orang lain. Walau pelita itu sendiri tidak mendapat perhatian tetapi terang yang dipancarkannya akan membawa sukacita bagi seisi rumah.
Demikianlah hal ya
ng
telah dilakukan Yesus. Ia datang menerangi kegelapan dunia ini dan
tidak pernah sedikit pun Ia mencari kemuliaan bagi diriNya sendiri.
Ketika kita tahu kebenaran ini maka kita akan menyadari bahwa keberadaan
kita bukanlah semata-mata untuk diri sendiri, tetapi untuk banyak
orang. Sebagai orang yang percaya yang menjadi terang dunia, kita harus
menjadikan hidup kita berarti bagi orang lain.
Kita sangat mengenal seorang wanita yang bertubuh kecil, namun memiliki misi yang sangat kuat untuk menjadikan dirinya sebagai terang dunia. Seolah-olah kehadiran dirinya di muka bumi hanyalah semata-mata untuk orang lain. Dia adalah Mother Theresa, yang melayani orang-orang miskin di India selama 45 tahun. Ia menyatakan bahwa, "I am a little pencil in the hand of God who is sending a love letter to the world." Atau "Saya adalah sebuah pensil kecil di tangan Tuhan, yang telah dipakai Tuhan untuk mengirim sepucuk surat cinta kepada dunia"
Mother Theresa telah menjalani tugasnya dengan baik, dan karya bakti semasa hidupnya telah menjadi bukti bahwa ia tidak membiarkan pelitanya ditaruh di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian, yang telah menerangi bukan hanya seisi rumah, tetapi juga seluruh dunia. Adakah kita rindu menjadi sebuah pensil kecil di tangan Tuhan, seperti Mother Theresa? Rindukah kita menjadi pelita yang ditaruh di atas kaki dian sehingga kita dapat memancarkan terang dengan maksimal?
Salah satu kunci untuk dapat menjadikan hidup kita berarti bagi orang lain adalah seperti yang ditegaskan oleh Yesus bahwa pelita kita tidak boleh diletakkan di bawah gantang ataupun di bawah tempat tidur (Mrk 4:21).
Pelita yang ditaruh di bawah gantang tidak akan berguna bagi banyak orang. Jangan menjadi orang percaya yang hanya hidup bagi diri sendiri, yang tidak peduli akan orang lain, sehingga hari demi hari hanya menjalani hidup yang berorientasi pada pekerjaan, keluarga, dan kesuksesan pribadi.
Nilai sebuah kehidupan bukanlah terletak pada apa yang kita capai, tetapi pada apa yang dapat kita beri. Seperti pernyataan Winston Churchill, "We make a living by what we get, but we make a life by what we give." Atau, "Kita menjalani kehidupan ini dengan apa yang kita capai, tetapi kita membuatnya berarti dengan apa yang dapat kita beri."
Marilah kita melepaskan rasa kepuasan atas diri sendiri, dan mulailah berpikir apakah yang dapat kita beri buat orang-orang di sekitar kita, gereja, masyarakat, dan dunia, serta menjadikan kehidupan kita sebagai sebuah terang yang dinyalakan di atas kaki dian!
"Terlalu kecil arti hidup ini jika kita hanya berpikir dan bertindak untuk diri sendiri tanpa memikirkan orang lain."
Kita sangat mengenal seorang wanita yang bertubuh kecil, namun memiliki misi yang sangat kuat untuk menjadikan dirinya sebagai terang dunia. Seolah-olah kehadiran dirinya di muka bumi hanyalah semata-mata untuk orang lain. Dia adalah Mother Theresa, yang melayani orang-orang miskin di India selama 45 tahun. Ia menyatakan bahwa, "I am a little pencil in the hand of God who is sending a love letter to the world." Atau "Saya adalah sebuah pensil kecil di tangan Tuhan, yang telah dipakai Tuhan untuk mengirim sepucuk surat cinta kepada dunia"
Mother Theresa telah menjalani tugasnya dengan baik, dan karya bakti semasa hidupnya telah menjadi bukti bahwa ia tidak membiarkan pelitanya ditaruh di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian, yang telah menerangi bukan hanya seisi rumah, tetapi juga seluruh dunia. Adakah kita rindu menjadi sebuah pensil kecil di tangan Tuhan, seperti Mother Theresa? Rindukah kita menjadi pelita yang ditaruh di atas kaki dian sehingga kita dapat memancarkan terang dengan maksimal?
Salah satu kunci untuk dapat menjadikan hidup kita berarti bagi orang lain adalah seperti yang ditegaskan oleh Yesus bahwa pelita kita tidak boleh diletakkan di bawah gantang ataupun di bawah tempat tidur (Mrk 4:21).
Pelita yang ditaruh di bawah gantang tidak akan berguna bagi banyak orang. Jangan menjadi orang percaya yang hanya hidup bagi diri sendiri, yang tidak peduli akan orang lain, sehingga hari demi hari hanya menjalani hidup yang berorientasi pada pekerjaan, keluarga, dan kesuksesan pribadi.
Nilai sebuah kehidupan bukanlah terletak pada apa yang kita capai, tetapi pada apa yang dapat kita beri. Seperti pernyataan Winston Churchill, "We make a living by what we get, but we make a life by what we give." Atau, "Kita menjalani kehidupan ini dengan apa yang kita capai, tetapi kita membuatnya berarti dengan apa yang dapat kita beri."
Marilah kita melepaskan rasa kepuasan atas diri sendiri, dan mulailah berpikir apakah yang dapat kita beri buat orang-orang di sekitar kita, gereja, masyarakat, dan dunia, serta menjadikan kehidupan kita sebagai sebuah terang yang dinyalakan di atas kaki dian!
"Terlalu kecil arti hidup ini jika kita hanya berpikir dan bertindak untuk diri sendiri tanpa memikirkan orang lain."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar