Bila kita berbicara tentang debu, maka kita akan berpikir mengenai sesuatu hal yang tidak berharga dan kotor. Namun, dari debu inilah Tuhan menghadirkan sosok manusia pertama di muka bumi ini, yang sangat dikasihiNya. Bukankah ini hal yang sangat mengagungkan?
Tuhan menjadikan kita dari sesuatu yang terbuang untuk membuat kita berharga dan menjadi biji mataNya
.
Jadi, apa yang dapat dibanggakan dari keberadaan kita yang terbentuk
dari debu ini, yang bahkan disertai dengan pelanggaran-pelanggaran yang
acap kali membuat hati Tuhan terluka?
Dengan demikian, patutlah kita mengerti bahwa kita menerima kasihNya hanya semata-mata karena Dia adalah Tuhan Yang Maha Pengasih. Hal inilah yang diucapkan oleh pemazmur ketika ia berbicara tentang pelanggaran manusia. "TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak untuk selama-lamanya Ia mendendam. Tidak dilakukanNya kepada kita setimpal dengan dosa kita . . . Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu." (Zabur 103:8-14).
Namun, jika demikian, bolehkah kita bertekun dalam dosa? Tentu saja tidak. Pelanggaran-pelanggaran yang kita lakukan dalam meniti perjalanan kekristenan, hendaklah membuat kita menyadari dua hal yang harus kita pahami secara beriringan melalui ayat ini.
Pertama, keberadaan kita yang penuh dengan kelemahan. Hal ini akan membuat mata rohani kita terbuka bahwa kita tidak cukup kuat untuk berjalan sendiri.
Kedua, kasih sayang Tuhan yang sangat besar bagi kita. Dia sendiri tahu siapa kita, Dia ingat bahwa kita ini debu yang penuh kelemahan. Itulah sebabnya kasih karunia pengampunan selalu Dia sediakan bagi kita.
Bagaimanakah kita mendapatkan kasih karunia pengampunan ini? "Dosaku kuberitahukan kepadaMu . . . 'Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku,' dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku." (Mzm 32:5). Daud berbicara dari pengalamannya sebagai orang yang takut akan Tuhan, yang juga melakukan pelanggaran. Namun pengakuan dosa Daud ini menjadi teladan bagi kita, sebab, "Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak berjiwa penipu!" (Mzm 32:2).
Kita harus memiliki kebesaran hati untuk mengakui setiap pelanggaran kita, dan tidak menipu Tuhan dengan menyembunyikannya seolah-olah Tuhan tidak tahu.
Dengan menyadari semua kebenaran ini, marilah kita memiliki sikap hati yang terbuka dan peka. Bila kita melihat seorang percaya yang melakukan kesalahan, ingatlah bahwa kita pun tidak luput dari kesalahan. Hal ini menghindarkan kita untuk menghakimi rekan-rekan seiman. Dan bila kita menyadari akan pelanggaran kita, jauhilah sikap menipu Tuhan.
Akuilah segala jalan kita di hadapanNya, dan nikmatilah panjang sabar, kesetiaan, serta kebesaran kasih Tuhan di dalam hidup kita. Dia ingat kita hanyalah debu.
"Tidak mengaku pelanggaran di hadapan Tuhan sama halnya dengan menipu Tuhan."
Dengan demikian, patutlah kita mengerti bahwa kita menerima kasihNya hanya semata-mata karena Dia adalah Tuhan Yang Maha Pengasih. Hal inilah yang diucapkan oleh pemazmur ketika ia berbicara tentang pelanggaran manusia. "TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak untuk selama-lamanya Ia mendendam. Tidak dilakukanNya kepada kita setimpal dengan dosa kita . . . Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu." (Zabur 103:8-14).
Namun, jika demikian, bolehkah kita bertekun dalam dosa? Tentu saja tidak. Pelanggaran-pelanggaran yang kita lakukan dalam meniti perjalanan kekristenan, hendaklah membuat kita menyadari dua hal yang harus kita pahami secara beriringan melalui ayat ini.
Pertama, keberadaan kita yang penuh dengan kelemahan. Hal ini akan membuat mata rohani kita terbuka bahwa kita tidak cukup kuat untuk berjalan sendiri.
Kedua, kasih sayang Tuhan yang sangat besar bagi kita. Dia sendiri tahu siapa kita, Dia ingat bahwa kita ini debu yang penuh kelemahan. Itulah sebabnya kasih karunia pengampunan selalu Dia sediakan bagi kita.
Bagaimanakah kita mendapatkan kasih karunia pengampunan ini? "Dosaku kuberitahukan kepadaMu . . . 'Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku,' dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku." (Mzm 32:5). Daud berbicara dari pengalamannya sebagai orang yang takut akan Tuhan, yang juga melakukan pelanggaran. Namun pengakuan dosa Daud ini menjadi teladan bagi kita, sebab, "Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak berjiwa penipu!" (Mzm 32:2).
Kita harus memiliki kebesaran hati untuk mengakui setiap pelanggaran kita, dan tidak menipu Tuhan dengan menyembunyikannya seolah-olah Tuhan tidak tahu.
Dengan menyadari semua kebenaran ini, marilah kita memiliki sikap hati yang terbuka dan peka. Bila kita melihat seorang percaya yang melakukan kesalahan, ingatlah bahwa kita pun tidak luput dari kesalahan. Hal ini menghindarkan kita untuk menghakimi rekan-rekan seiman. Dan bila kita menyadari akan pelanggaran kita, jauhilah sikap menipu Tuhan.
Akuilah segala jalan kita di hadapanNya, dan nikmatilah panjang sabar, kesetiaan, serta kebesaran kasih Tuhan di dalam hidup kita. Dia ingat kita hanyalah debu.
"Tidak mengaku pelanggaran di hadapan Tuhan sama halnya dengan menipu Tuhan."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar