Masakan Allah membengkokkan keadilan? Masakan Yang Mahakuasa membengkokkan kebenaran?
[Bacaan Alkitab: Ayub 8:1-22]
Terlalu besar dan sulit dimengerti hikmat Allah untuk dipikir dengan akal manusia. Karenanya banyak anak Tuhan mengeluh dan bahkan menggerutu kepada Tuhan bila mengalami penderitaan. Andaikan saja setiap anak Tuhan mau berfikir sejenak dan meno
leh
kebelakang ke masa yang lalu, bukankah perbuatan Tuhan yang besar dan
pertolongan tangan-Nya yang ajaib, telah pernah kita alami? Apakah Allah
berubah sesuai dengan perjalanan waktu?
Yang pasti bahwa Allah tidak pernah punya rencana untuk membuat menderita ciptaan-Nya, dan apapun yang Dia perbuat atas diri kita, tentu ada rencana yang indah dalam kehidupan kita, walaupun kita tidak mengerti sebelumnya.
Seperti halnya apa yang dialami Ayub. Dia mengalami penderitaan yang dahsyat tanpa ada pemberitahuan atau tanda-tanda lebih dahulu dari Tuhan. Bukankah Tuhan sendiri mengakui bahwa Ayub adalah seorang yang saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan (Ayub 1:8). Apa yang kurang pada diri Ayub?
Ayub merasa bahwa dirinya benar di hadapan Allah, sehingga ketika penderitaan menimpa dirinya, Ayub berani melawan Tuhan dengan berkata: " . . . aku lebih suka dicekik dan mati dari pada menanggung kesusahanku. Kalau aku berbuat dosa, apakah yang telah kulakukan terhadap Engkau, ya Penjaga manusia? Mengapa Engkau menjadikan aku sasaran-Mu, sehingga aku menjadi beban bagi diriku? Dan mengapa Engkau tidak mengampuni pelanggaranku, dan tidak menghapuskan kesalahanku?" (Ayub 7:15, 20, 21a).
Tetapi syukur ada Bildad yang membela keadilan Tuhan dengan berkata: "Berapa lamakah lagi engkau akan berbicara begitu, dan perkataan mulutmu seperti angin yang menderu? Masakan Allah membengkokkan keadilan? Masakan Yang Mahakuasa membengkokkan kebenaran? Tetapi engkau, kalau engkau mencari Allah, dan memohon belas kasihan dari Yang Mahakuasa, kalau engkau bersih dan jujur, maka Ia akan bangkit demi engkau dan Ia akan memulihkan rumah yang adalah hakmu." (Ayub 8:2, 3, 5, 6).
Setelah Ayub mencabut kata-katanya dan memohon belas kasihan, Allah memulihkan keadaannya.
"Tiap proses pasti sakit, tetapi percayalah tangan Tuhan yang memproses yang tidak pernah salah."
Yang pasti bahwa Allah tidak pernah punya rencana untuk membuat menderita ciptaan-Nya, dan apapun yang Dia perbuat atas diri kita, tentu ada rencana yang indah dalam kehidupan kita, walaupun kita tidak mengerti sebelumnya.
Seperti halnya apa yang dialami Ayub. Dia mengalami penderitaan yang dahsyat tanpa ada pemberitahuan atau tanda-tanda lebih dahulu dari Tuhan. Bukankah Tuhan sendiri mengakui bahwa Ayub adalah seorang yang saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan (Ayub 1:8). Apa yang kurang pada diri Ayub?
Ayub merasa bahwa dirinya benar di hadapan Allah, sehingga ketika penderitaan menimpa dirinya, Ayub berani melawan Tuhan dengan berkata: " . . . aku lebih suka dicekik dan mati dari pada menanggung kesusahanku. Kalau aku berbuat dosa, apakah yang telah kulakukan terhadap Engkau, ya Penjaga manusia? Mengapa Engkau menjadikan aku sasaran-Mu, sehingga aku menjadi beban bagi diriku? Dan mengapa Engkau tidak mengampuni pelanggaranku, dan tidak menghapuskan kesalahanku?" (Ayub 7:15, 20, 21a).
Tetapi syukur ada Bildad yang membela keadilan Tuhan dengan berkata: "Berapa lamakah lagi engkau akan berbicara begitu, dan perkataan mulutmu seperti angin yang menderu? Masakan Allah membengkokkan keadilan? Masakan Yang Mahakuasa membengkokkan kebenaran? Tetapi engkau, kalau engkau mencari Allah, dan memohon belas kasihan dari Yang Mahakuasa, kalau engkau bersih dan jujur, maka Ia akan bangkit demi engkau dan Ia akan memulihkan rumah yang adalah hakmu." (Ayub 8:2, 3, 5, 6).
Setelah Ayub mencabut kata-katanya dan memohon belas kasihan, Allah memulihkan keadaannya.
"Tiap proses pasti sakit, tetapi percayalah tangan Tuhan yang memproses yang tidak pernah salah."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar