Minggu, 21 Oktober 2012

"Perempuan Dari Lembah Sorek!"

Hakim-Hakim 16:4

Sejenak kita memperhatikan judul-judul cerita berikut ini: "Si Buta Dari Gua Hantu", "Si Manis Jembatan Ancol", "Si Jampang Jago Betawi". Bukan kebetulan atau bukan hanya "numpang lewat" kalau nama-nama tempat itu disebut di dalam judul-judul cerita tersebut. Tempat-tempat yang disebut di dalam judul-judul cerita itu menunjukan asal atau tempat ting

gal tokoh utamanya. Nama tempat itu menjadi khusu tokoh tempat tersebut. Yang disebut "Si Manis Jembatan Ancol" pasti arwah perempuan yang diyakini gentayangan, dan suka menampakkan diri kepada orang yang malam-malam berada di Jembatan Ancol, bukan di tempat lain.

Kali ini kita belajar tentang "perempuan dari Lembah Sorek". Ini bukan sebuah cerita fiksi. Ini adalah cerita nyata, cerita tentang seorang perempuan yang bernama Delila. Lembah Sorek merupakan tempat asal perempuan tersebut. Lembah Sorek masih termasuk wilayah Kanaan. Para ahli berbeda pendapat mengenai lokasi yang sesungguhnya dari Lembah Sorek ini. Adrichomius memperkirakan bahwa Lembah Sorek berada tidak jauh dari Lemah Eskol, suatu lokasi di mana para pengintai memotong setandan buah anggur sebagai bukti kesuburan Kanaan, Tanah Perjanjian. Jerome menyebutnya dengan sebutan Capharsorech, yang artinya desa Sorek, di mana lokasinya tidak jauh dari Zora, tempat asal Simson. Bunting memperkirakan lokasinya berjarak 12 mil dari Yerusalem. Wycliffe memperkirakan bahwa Lembah Sorek itu adalah yang sekarang disebut Wadi es-Surar. Sekalipun berbeda mengenai perkiraan lokasinya, tetapi para ahli mempunyai pendapat yang sama tentang kesuburan Lembah Sorek. Arti namanya pun mendukung pengertian ini. "Sorek" (Ibr, soreq) artinya anggur pilihan. Dengan melihat keberadaan Lembah Sorek yang subur itu, sesungguhnya bisa diperkirakan bahwa penduduk di situ bukan penduduk miskin. Tanah mereka sudah bisa menghidupi mereka, bahkan bisa memberikan hasil yang lebih, karena anggur yang dihasilkan adalah anggur pilihan. Namun sayang, apa yang dilakukan Delali, si perempuan dari Lembah Sorek itu malah tidak menunjukkan bahwa dia berasal dari tempat yang bisa memberi kepuasan. Menjadi perempuan gampangan dan menerima seribu seratus uang perak dari setiap raja-raja kota orang Filistin membuktikan bahwa dia tidak puas.

Secara jasmani, seharusnya hidup kita mencerminkan sesuatu yang baik dari daerah asal kita. Contoh, jika kita dari Solo atau Yogyakarta yang dikenal kelembutannya, maka jadilah lembut dalam bertutur kata dan bertindak. Ingat, setiap daerah pasti ada hal yang baik. Secara rohani, asal kita adalah Sorga (Flp 3:20). Tutur kata, perbuatan, dan pandang hidup kita seharusnya mencerminkan dari mana kita berasal. Ini penting, karena akan menjadi satu kesaksian bagi orang lain. Cepat atau lambar orang lain akan bertanya tentang prinsip hidup kita dan mereka bisa tertarik menjadi orang percaya melalui kesaksian kita itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar