Ketika pengkhotbah Charles Spurgeon masih muda, ia merasa sangat bersalah karena dosanya. Ia pergi dari satu gereja ke gereja yang lain di seluruh kota, berusaha mengetahui bagaimana ia dapat diampuni. Pada suatu hari Minggu, dengan badai salju yang hebat, ia menemukan sebuah gereja kecil yang jemaatnya hanya lima belas orang. Pendetanya tidak datang
karena badai hebat itu. Sebagai
penggantinya, seorang anggota jemaat berkhotbah. Karena ia tidak tahu
cara berkotbah, maka sebagian besar khotbahnya hanya mengulang-ulang
teks Alkitab. Karena ia tidak dapat mengatakan apa-apa lagi, ia
mengarahkan pandangannya kepada Spurgeon yang duduk di bagian belakang
dan berkata, "Hai pemuda, engkau kelihatan sangat sedih, dan engkau
tidak akan pernah terlepas dari kesedihan itu. Tetapi jika engkau
memandang kepada Yesus, engkau akan diselamatkan." Kemudian dengan suara
keras ia berseru, "Hai pemuda, pandanglah Yesus!" Pada saat itu
Spurgeon berhenti memikirkan dosa dan ketidaklayakkannya.
Keputusasaannya lenyap dan hatinya penuh dengan sukacita. Ia tahu bahwa
dosa-dosanya telah diampuni, semata-mata karena ia telah memandang
kepada Kristus.
Itulah juga yang terjadi dengan bangsa Israel ketika berada di padang gurun, dalam perjalanan menuju Tanah Perjanjian. Ketika mereka bersungut-sungut tentang makanan yang mereka makan di padang gurun, Tuhan sangat murka. Ia menyuruh ular-ular tedung memagut mereka sehingga banyak yang tewas. Lalu Musa berdoa kepada Tuhan untuk malapetaka itu sehingga Ia menghentikannya. Kemudian Tuhan memerintahkan Musa untuk membuat ular tembaga di sebuah tiang. Dan siapa yang dipagut ular dan memandang pada ular tembaga itu, maka ia akan tetap hidup. Maksud pembuatan ular tembaga itu sebenarnya adalah sebagai lambang bahwa perlindungan mereka hanyalah pada Tuhan. Namun sayang sekali, di kemudian hari bangsa Israel malah menyembah patung ular tersebut (2 Rj. 18:4).
Ternyata dari pernyataan Tuhan Yesus sendiri kita tahu bahwa ular tembaga tersebut adalah gambaran tentang Kristus yang harus "ditinggikan" agar kita yang memandang kepada-Nya boleh diselamatkan (Yoh 3:14-15). Maksud "ditinggikan" di sini tentu adalah disalibkan, seperti yang juga disebutkan oleh Tuhan Yesus dalam Yoh 12:32-33. Sebagaimana orang Israel selamat dari pagutan ular jika mereka memandang pada ular tembaga, demikian juga kita orang percaya akan selamat dari dosa jika kita memandang pada salib Kristus. Dan bukan hanya itu, kapan pun kita merasa hidup ini terlalu berat, maka kita boleh senantiasa memandang pada salib Kristus sehingga kita tetap kuat dan berkemenangan. Jika kita hanya melihat pada diri kita sendiri, sebagaimana kisah Spurgeon di atas, maka yang ada hanyalah kelemahan, kekecewaan, dan penyesalan. Tetapi, jika kita memandang pada salib Kristus, maka kita akan beroleh kekuatan, pengampunan, dan hidup yang bermakna.
"Memandang pada diri sendiri hanya ada kekecewaan, tetapi memandang pada salib Yesus ada kekuatan."
Itulah juga yang terjadi dengan bangsa Israel ketika berada di padang gurun, dalam perjalanan menuju Tanah Perjanjian. Ketika mereka bersungut-sungut tentang makanan yang mereka makan di padang gurun, Tuhan sangat murka. Ia menyuruh ular-ular tedung memagut mereka sehingga banyak yang tewas. Lalu Musa berdoa kepada Tuhan untuk malapetaka itu sehingga Ia menghentikannya. Kemudian Tuhan memerintahkan Musa untuk membuat ular tembaga di sebuah tiang. Dan siapa yang dipagut ular dan memandang pada ular tembaga itu, maka ia akan tetap hidup. Maksud pembuatan ular tembaga itu sebenarnya adalah sebagai lambang bahwa perlindungan mereka hanyalah pada Tuhan. Namun sayang sekali, di kemudian hari bangsa Israel malah menyembah patung ular tersebut (2 Rj. 18:4).
Ternyata dari pernyataan Tuhan Yesus sendiri kita tahu bahwa ular tembaga tersebut adalah gambaran tentang Kristus yang harus "ditinggikan" agar kita yang memandang kepada-Nya boleh diselamatkan (Yoh 3:14-15). Maksud "ditinggikan" di sini tentu adalah disalibkan, seperti yang juga disebutkan oleh Tuhan Yesus dalam Yoh 12:32-33. Sebagaimana orang Israel selamat dari pagutan ular jika mereka memandang pada ular tembaga, demikian juga kita orang percaya akan selamat dari dosa jika kita memandang pada salib Kristus. Dan bukan hanya itu, kapan pun kita merasa hidup ini terlalu berat, maka kita boleh senantiasa memandang pada salib Kristus sehingga kita tetap kuat dan berkemenangan. Jika kita hanya melihat pada diri kita sendiri, sebagaimana kisah Spurgeon di atas, maka yang ada hanyalah kelemahan, kekecewaan, dan penyesalan. Tetapi, jika kita memandang pada salib Kristus, maka kita akan beroleh kekuatan, pengampunan, dan hidup yang bermakna.
"Memandang pada diri sendiri hanya ada kekecewaan, tetapi memandang pada salib Yesus ada kekuatan."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar