Jumat, 10 Mei 2013

Air Mata yang Kering

Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur (Matius 5:4)

Saya membaca sebuah berita tentang seorang wanita yang tidak pernah menangis selama 18 tahun yang disebabkan oleh faktor fisik, bukan emosional. Para dokter mengatakan bahwa ia menderita suatu penyakit langka, yakni sindrom Sjogren. Tanpa diketahui sebabnya, antibodi pada tubuhnya menyerang kelenjar air matanya, seolah-olah kelenjar itu adalah benda asing yang tidak diinginkan.
Itu mengingatkan saya pada masalah kerohanian yang dihadapi umat Allah. Mereka seharusnya dapat menangis, tetapi tidak dapat. Mereka seharusnya belajar dari apa yang dimaksudkan Yesus ketika Dia berkata, "Berbahagialah orang yang berdukacita" (Matius 5:4).
Kadang kala kita berpikir bahwa air mata menandakan kelemahan. Namun, jika benar demikian, mengapa Yesus menangis? (Lukas 19:41). Mengapa Yakobus minta orang-orang kristiani supaya menangisi dosa- dosa mereka? (Yakobus 4:9).
Ya, setiap orang memiliki cara berbeda-beda dalam mengekspresikan emosi. Namun air mata, dalam arti sebenarnya, bukanlah pokok permasalahan yang sesungguhnya. Yang terpenting adalah sikap hati. Seberapa dalamkah kita merasakan dampak dari dosa kita. Apakah kita benar-benar merasa sedih secara rohani? Apakah kita menderita melihat konsekuensi tragis yang ditimbulkan oleh dosa kita dalam relasi kita dengan orang lain? Yang saya maksudkan bukanlah menunjukkan kesedihan pura-pura, tetapi apakah kita juga merasakan kesedihan yang sama dengan yang dirasakan Allah terhadap kejahatan? Apakah kita bersedia mengubahnya? Ataukah air mata kita juga sudah kering? –Mart De Haan II

Tidak ada komentar:

Posting Komentar