Bacaan: Habakuk 1:12-2:3
NATS: Aku mau berdiri di tempat pengintaianku dan berdiri tegak di menara, aku mau meninjau dan menantikan apa yang akan difirmankan-Nya kepadaku (Habakuk 2:1)
Menanti adalah hal yang berat bagi saya. Saya ingin mendapatkan jawabannya sekarang. Penangguhan membuat saya bingung; penundaan mematahkan semangat. Saya frustrasi atas penundaan oleh Allah, dan saya bertanya-tanya mengapa itu terjadi dan kapan waktunya akan tiba. "Berapa lama lagi, oh, Tuhan?"
Nabi Habakuk juga ingin mendapat jawaban, tetapi Allah memilih waktu-Nya sendiri. "Aku mau berdiri di tempat pengintaianku ... menantikan apa yang akan difirmankan Allah kepadaku," tulis Habakuk (2:1). "Penglihatan itu masih menanti saatnya," jawab Allah. "Nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang" (ayat 3).
Iman tidak pernah putus asa. Iman tahu bahwa selain yang terlihat, semua berjalan dengan baik. Iman dapat menunggu tanpa melihat tanda-tanda atau petunjuk yang jelas bahwa Allah sedang bekerja, sebab dengan iman kita memercayai-Nya. "Semua penangguhan itu sungguh baik, sebab kita selamat jika berada di tangan Allah," kata Madame Guyon (1648-1717).
Kita harus belajar memandang setiap penundaan sebagai hal yang "sungguh baik". Penangguhan justru dapat menjadi kesempatan untuk berdoa, bukannya menjadi cemas, tak sabar, dan jengkel. Penangguhan adalah kesempatan bagi Allah untuk membangun sifat abadi yang sulit kita peroleh, yaitu kerendahan hati, kesabaran, ketenangan, dan kekuatan. Allah tak pernah berkata, "Tunggu sebentar," kecuali Dia berencana melakukan sesuatu dengan keadaan kita -- atau di dalam kita. Dia menunggu menunjukkan kasih karunia-Nya.
Jadi, bersabarlah! Jika jawaban Allah tampak lambat, "Nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang" --DHR
ALLAH MENGULUR KESABARAN KITA
SUPAYA KITA BERJIWA BESAR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar