Bacaan: Yesaya 5:1-7
NATS: [Allah menantikan] supaya kebun itu menghasilkan buah anggur yang baik, tetapi yang dihasilkannya ialah buah anggur yang asam (Yesaya 5:2)
Kidung Yesaya yang menggambarkan bangsa Israel sebagai kebun anggur milik Allah telah mengajarkan kepada kita bahwa Allah berhak untuk mengharapkan kasih, penyembahan, dan ketaatan dari orang-orang yang diberkati-Nya. Sayangnya, seperti orang-orang pada zaman Yesaya, banyak di antara kita yang menunjukkan sedikit rasa terima kasih. Dan kita dengan sengaja merusak hukum-hukum moral-Nya. Ketika kita bersikap seperti ini, Allah tentunya berhak untuk memberikan hukuman.
Sejarah mengungkapkan bahwa apabila sebuah bangsa mengabaikan Allah dan menolak firman-Nya, bangsa itu akan menuai buah yang pahit.
Pada hari ini kita diingatkan kembali mengenai kemerdekaan yang telah kita nikmati. Kita harus benar-benar mensyukuri kemerdekaan ini. Namun, kadang-kadang kita menyepelekannya, kurang peduli terhadap orang-orang yang mendapatkan berkat tidak terlalu banyak. Kita menjadi bangsa individual yang secara egois memaksakan hak, melakukan hal-hal yang tidak adil terhadap orang lain, dan tidak memikirkan kesejahteraan mereka.
Yang terburuk, sewaktu menuntut untuk mendapatkan kemerdekaan pribadi, kita tidak terlalu mendengarkan hak-hak Allah. Karena itu, kita perlu menyadari bahwa Dia adalah Tuan atas kebun anggur. Dia berharap agar kita menghasilkan buah-buah kasih dan ketaatan, dan bukannya anggur asam dari rasa tak bersyukur dan kejahatan (Yesaya 5:2).
Saat kita bersyukur kepada Allah atas hak-hak kita, janganlah kita melupakan hak-hak Allah HVL
KEMERDEKAAN SEJATI ITU BUKAN BERJALAN MENURUTI DIRI SENDIRI
MELAINKAN BERSERAH DI JALAN ALLAH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar