Bacaan: Amsal 15:1-4
NATS: Yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya (Lukas 6:45)
Sejak 1968 para tokoh dalam komik The Lockhorns saling melemparkan lelucon pedas dan sindiran terhadap pernikahan. Kini dengan dimuat di lebih dari 500 surat kabar, kartun itu menghibur jutaan pembaca lewat tokoh Leroy yang mengatakan hal-hal seperti ini kepada Lorretta, "Tentu saja kita kini bisa mengobrol. Asal, jangan berdiri di depan televisi." Tanpa kehilangan kata-kata atau balasan, Lorretta menyahut, "Tentu saja, aku membelanjakan uang lebih banyak daripada penghasilanmu. Aku memercayai kemampuanmu untuk menghasilkan lebih."
Sembari tertawa, sekilas kita bisa menangkap gambaran tentang diri kita sendiri. Sekarang ini, kata-kata pedas atau ejekan kasar (sarkasme) sudah terlalu biasa, padahal dampaknya bisa sangat serius. Sarkasme yang tidak berperasaan bisa lebih membahayakan daripada memar fisik. Salomo berkata bahwa ada orang yang mengucapkan kata-kata setajam pedang (Amsal 12:18), dan perkataan yang keji itu dapat melukai hati (15:4).
Mengendalikan perkataan kita tidaklah mudah, karena masalah yang sebenarnya bukan terletak pada kata-kata, melainkan hati kita. Di balik kekasaran itu, kita mungkin akan menemukan rasa tidak aman, rasa takut, atau rasa bersalah di dalam diri kita yang mendorong kita melindungi diri dengan mengorbankan orang lain.
Adakah sisi positif dari kata-kata yang kasar? Tak ada, kecuali sebagai peringatan bahwa kita tidak berjalan bersama Kristus. Dalam perlindungan dan kasih karunia-Nya, janganlah menyerang satu sama lain dalam upaya untuk melindungi diri sendiri --MRD II
Alih-alih melontarkan perkataan amarah
Yang melukai dan menyulut pertikaian,
Pakailah perkataan yang penuh kasih dan ramah,
Yang menyembuhkan dan merawat kehidupan. --Sper
PERKATAAN YANG KASAR
MENGUNGKAPKAN HATI YANG PENUH DOSA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar