Minggu, 18 Mei 2014

TANDA SAJA TAK CUKUP

Bacaan: Yohanes 6:25-35
NATS: "Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah." ... Kata mereka kepada-Nya, "Tanda apakah yang Engkau perbuat?" (Yohanes 6:29,30)

Sutradara film Woody Allen pernah berkata, "Andai saja Allah dapat memberi saya beberapa tanda yang jelas! Misalnya, Dia memasukkan deposito yang besar atas nama saya di bank Swiss."

Alasan-alasan yang diberikan orang untuk tidak memercayai Allah kerap kali dapat diringkas menjadi sesuatu yang mereka inginkan agar Allah lakukan demi membuktikan keberadaan-Nya. Sayangnya, dengan membuat daftar "hal-hal yang harus dilakukan" Allah, kita menjadi tidak dapat melihat begitu banyak hal yang telah dilakukan-Nya bagi kita.

Bahkan orang-orang yang tinggal di dekat Yesus dan menyaksikan berbagai mukjizat-Nya meminta lebih banyak bukti lagi. Saat membandingkan Yesus dengan Musa, mereka bertanya, "Tanda apakah yang Engkau perbuat, supaya dapat kami melihatnya dan percaya kepada-Mu? ... Nenek moyang kami telah makan manna di padang gurun, seperti ada tertulis: Mereka diberi-Nya makan roti dari surga" (Yohanes 6:30,31).

Yang membuat permintaan mereka mengejutkan ialah; baru sehari sebelumnya Yesus telah benar-benar memberi mereka roti. Ia memberi makan 5.000 orang dari mereka dengan roti yang dibawa seorang anak kecil untuk makan siangnya!

Seandainya kita menjadi Yesus, mungkin kita akan berkata, "Bagaimana dengan roti yang telah Kuberikan kepadamu untuk dimakan kemarin?" Akan tetapi, Yesus justru memakai kesempatan itu untuk mengajar mereka, "Aku adalah roti kehidupan" (ayat 35).

Daripada menunggu dalam kebimbangan dan kekecewaan agar Allah melakukan sesuatu yang kita minta, pakailah waktu itu untuk memandang segala hal yang telah Allah lakukan bagi kita --JAL

YANG KITA KETAHUI TENTANG ALLAH MENDORONG KITA
UNTUK MEMERCAYAI-NYA DALAM SEGALA HAL YANG TAK KITA KETAHUI

Jumat, 16 Mei 2014

INGATAN YANG BERKARAT

Bacaan: Ibrani 5:12-14
NATS: Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang ... yang memiliki indra yang terlatih untuk membedakan yang baik dari yang jahat (Ibrani 5:14)

Sumbangan Leonardo da Vinci bagi seni, ilmu pengetahuan, dan keahlian teknik menempatkannya sebagai salah seorang yang jenius dalam sejarah dunia. Entah ia sedang menggambar pesawat terbang atau melukis Mona Lisa, ingatannya hidup, tajam penuh pengamatan, dan kreatif. Ia dipercaya membuat komentar berikut tentang mempertahankan ketajaman ingatan: "Besi menjadi berkarat karena tidak dipakai; air yang mandek akan kehilangan kemurniannya; ... demikian juga tanpa kerja, daya ingatan seseorang akan melemah."

Kita juga dapat mengalami kemandekan dalam hidup kristiani kita. Inilah yang terjadi pada para penerima kitab Ibrani. Sang pengarang yang mendapat ilham dapat melihat gejala-gejalanya dan tahu bagaimana menyembuhkannya. "Makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang memiliki indra yang terlatih untuk membedakan yang baik dari yang jahat" (Ibrani 5:14).

Kata "terlatih" berasal dari kata Yunani gymnasium. Kata ini berhubungan dengan gambaran kita mengenai olahraga yang dilakukan secara disiplin. Kehidupan kristiani adalah kehidupan yang bertumbuh dalam pengetahuan sehingga kita dapat belajar untuk memilih jalan yang benar. Dan kita melakukannya dengan melihat firman Allah.

Bacalah Alkitab dengan semangat yang baru dan mintalah kepada Allah untuk memberikan berbagai pengertian yang baru mengenai hubungan Anda dengan-Nya, dan juga dengan orang lain. Berusahalah untuk selalu mempertahankan kesehatan rohani Anda --HDF

PERTUMBUHAN ROHANI MEMERLUKAN MAKANAN KERAS
DARI FIRMAN TUHAN

Kamis, 15 Mei 2014

PERMOHONAN MULIA

Bacaan: Kisah Para Rasul 9:1-9
NATS: Maka gemetarlah ia dan keheranan, katanya, "Tuhan, apa yang Engkau ingin aku lakukan?" (Kisah Para Rasul 9:6)

Ketika masih menjadi mahasiswa seminari, saya sering terkesan oleh kisah-kisah orang kristiani yang telah melakukan pekerjaan besar bagi Allah. Maka saya memohon kepada Tuhan untuk mengaruniakan wawasan dan kekuatan rohani seperti yang mereka miliki. Kelihatannya itu permohonan yang mulia. Tetapi suatu hari saya menyadari bahwa itu sebenarnya doa yang egois. Maka, bukannya meminta Tuhan untuk menjadikan saya seperti orang lain, saya justru mulai meminta Tuhan untuk menunjukkan apa yang Dia ingin saya lakukan.

Ketika Saulus dari Tarsus bertobat sewaktu ia dalam perjalan ke Damaskus, ia mengajukan dua pertanyaan. Pertama, "Siapakah Engkau, Tuhan?" Dan karena menyadari bahwa ia berada di hadirat Allah yang hidup, maka hanya ada satu pertanyaan lagi yang penting: "Tuhan, apa yang Engkau ingin aku lakukan?" (Kisah Para Rasul 9:5,6). Ia menyadari bahwa ketaatan kepada kehendak Allah merupakan fokus utama sepanjang sisa hidupnya.

Permohonan akan kesehatan, kesembuhan, keberhasilan, dan bahkan kekuatan rohani tidaklah salah, tetapi bisa menjadi doa yang egois jika tidak mengalir dari hati yang berketetapan untuk taat kepada Allah. Yesus mengatakan, "Barang siapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barang siapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku" (Yohanes 14:21). Ketaatan menyatakan cinta kita kepada Allah dan memungkinkan kita mengalami cinta-Nya bagi kita.

Apakah Anda sudah menyampaikan permohonan mulia: "Tuhan, apa yang Engkau ingin saya lakukan?" —HVL

CARA TERBAIK UNTUK MENGETAHUI KEHENDAK ALLAH
ADALAH MENGATAKAN "SAYA BERSEDIA" KEPADA ALLAH

Selasa, 13 Mei 2014

TERIMA KASIH ATAS KESUSAHAN!

Seorang nenek membawa cucunya ke pantai. Mereka bersenang-senang di situ sampai ketika suatu ombak besar datang menyeret anak kecil itu ke tengah laut. Nenek itu berlutut dan berdoa,

"Kumohon, kembalikanlah cucuku - itu saja permohonanku! Kumohon!!"

Tak lama kemudian, ajaib, suatu gelombang datang dari laut mendamparkan anak kecil itu ke pantai, basah, tetapi tak mengalami cedera apapun. Namun nenek itu tetap menengadah ke langit sambil marah berkata, "Ketika kami datang ia memakai topi!"

Kita mengharapkan nenek itu bersyukur untuk hal luar biasa yang terjadi. Kita diajar untuk menunjukkan rasa syukur kita untuk segala kebaikan yang kita terima. Tetapi, dapatkah kita bersyukur bila sesuatu berjalan tidak menurut keinginan kita? Lebih lagi, haruskah kita?

Beberapa tahun yang lalu, seseorang mencuri dompet isteri saya. Ketika saya sedang sibuk mengurus penggantian KTP dan kartu-kartu lainnya yang hilang, saya teringat kata-kata penulis Matthew Henry. Henry juga pernah dirampok. Tetapi ia justru bersyukur atas kejadian itu. Ia berkata,

"Saya berterima kasih bahwa saya belum pernah dirampok sebelum ini; dan walau pun ia mengambil dompet saya, ia tidak membunuh saya; walau pun ia mengambil semuanya, itu tidak terlalu banyak; dan akhirnya untung saya yang dirampok bukan saya yang merampok." Ia boleh jadi berkata juga, "Terima kasih untuk kesusahan ini!"

AKHIRNYA, KITA TAK AKAN MERASA SUSAH BILA KITA SELALU SIBUK BERSYUKUR

"Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki YAHWEH di dalam Kristus Yesus bagi kamu." (1 Tesalonika 5:18)

Senin, 12 Mei 2014

WARISAN

Bacaan: Mazmur 34:12-23
NATS: Bagiku tidak ada sukacita yang lebih besar daripada mendengar bahwa anak-anakku hidup dalam kebenaran (3Yohanes 1:4)

Kariernya sebagai pengarang berlangsung selama tiga puluh tahun, yakni dari pertengahan tahun 1960-an sampai pertengahan tahun 1990-an. Ia menulis 12 buku dan menerima 16 penghargaan doktor honoris causa. Namun, tiga tahun sebelum meninggal dunia karena kanker pada tahun 1996, seorang yang terkenal humoris, Erma Bombeck, berkata kepada seorang pewawancara dari TV ABC bahwa berapa pun jumlah artikel yang ditulisnya, warisan terbaiknya adalah ketiga anaknya. "Apabila saya tidak dapat membesarkan mereka dengan baik," katanya, "maka setiap hal yang saya lakukan tidaklah terlalu penting."

Bombeck memiliki kekayaan dan kemasyhuran serta digemari oleh jutaan pembacanya. Akan tetapi, ia sadar bahwa prioritas utamanya ialah merawat anak-anaknya.

Meskipun tidak ada orangtua yang dapat menjamin bahwa anaknya akan menjadi penduduk teladan yang beriman, sebagai orangtua kita harus berusaha memiliki sikap seperti Erma. Motivasi kita ialah memenuhi kebutuhan jiwa, raga, dan emosi anak-anak kita. Merekalah warisan kita.

Ini berarti kita harus memperkenalkan mereka kepada Sang Juru Selamat, menyediakan bimbingan rohani (Mazmur 34:12-15), berdoa bagi mereka, dan mendorong mereka untuk menemukan para pembimbing bijak yang dapat menolong mereka dalam menjalani hidup kristiani yang saleh.

Ya, ini merupakan perjuangan yang berat. Kerap kali bahkan menyita banyak waktu dan menuntut banyak pengorbanan. Namun, nilai seorang anak jauh melebihi semuanya --JDB

ANAK-ANAK KECIL SANGAT BERHARGA BAGI ALLAH